22

48.5K 6.2K 223
                                    

Happy reading
.
.
.

Setelah membereskan dan memasukkan semua barang-barangnya kedalam koper, Lesya segera menariknya keluar dari kamar.

Saat membuka pintu disana terdapat pria yang tak lain adalah Alfaro sedang berdiri dengan raut yang tidak dapat dijelaskan.

"Ngapain kamu disini? Awas aku mau keluar."

Alfaro tidak mengindahkan ucapan Lesya. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah gadis itu.

Lesya melangkah mundur dengan wajah was-was. "Mau apa kamu?"

"Aku cinta banget sama kamu sayang. Aku gamau kamu pergi dari hidupku. Kalau ini bisa buat kamu tetep disini aku akan lakuin sekalipun itu buat kamu semakin benci sama aku."
Alfaro menutup pintu kamar Lesya.

"JANGAN DEKET-DEKET BAJINGAN!" Bentak Lesya.

"Iya aku memang bajingan sayang."

Lesya berusaha mendorong tubuh Alfaro yang semakin rapat dengan tubuhnya.

Gadis itu menengok kebelakang. "Shit." Umpatnya saat melihat dinding yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dengan gerakan cepat Alfaro mendorong tubuh Lesya hingga punggung gadis itu terbentur dinding kamar.

"Sakit bab1." Erang Lesya.

"Dug"

Lesya menendang perut Alfaro dengan kuat hingga pria itu mundur beberapa langkah.

"Plak"

Wajah Lesya menoleh kesamping kanan saat merasakan pipi kirinya menyentuh telapak tangan dengan kencang.

Jemari Lesya menyentuh pipinya, dia merasakan panas menjalar di sana dan Lesya tebak pasti pipi itu sudah memerah bak tomat busuk.

Disisi lain Alfaro tengah memandang tangan yang menampar istrinya.

Salah ini salah, Alfaro tidak ingin menampar Lesya tapi gerakan itu spontan dia lakukan.

"Maaf sayang aku gak bermaksud untuk nyakitin kamu."

Lesya menatap tajam manik mata didepannya. Dia benci pria itu.

"Aku sangat membencimu Alfaro dan kupastikan tak lama lagi surat cerai kita akan berada ditanganmu." Tekan Lesya.

"ENGGAK! Aku gak mau pisah sama kamu!" Bantah Alfaro.

Pikiran pria itu berkecamuk. Dia menarik rambutnya frustasi.

Tiba-tiba mata Alfaro menajam dan menggelap diliputi kabut gairah.

Dia mendekat ke arah Lesya lalu mengukung gadis itu dalam kedua tangannya. Kakinya menyapit kedua kaki Lesya agar tidak bisa pergi.

"Apapun akan aku lakukan agar kamu tidak pergi dari hidupku. Termasuk memperkosamu sekarang juga sayang." Lirih Alfaro.

Mendengar ucapan itu Lesya kalut dan memberontak berusaha keluar dari kukungan Alfaro.

"JANGAN GILA KAMU AL." Teriak Lesya didepan wajah Alfaro.

"Aku memang gila sayang. Aku gila karna kamu."

Merasa gerakan Lesya semakin menjadi, Alfaro mengambil kedua lengan itu dengan satu tangan lalu menguncinya diatas kepala Lesya.

"LEPAS BRENGSEK!"

"JANGAN SENTUH AKU."

Emosi gadis itu memuncak saat dengan lancang tangan Alfaro membelai pipi mulusnya.

"Emh pipimu sangat halus sayang." Gumam Alfaro sambil tersenyum kecil.

"LEPAS."

"TANGAN KOTORMU TIDAK PANTAS MENYENTUH PIPI SUCIKU."

"SIALAN!"

"AKU JIJIK DENGANMU."

"ENYAH KAU DARI HADAPANKU!"

"Bibirmu terlihat sangat imut saat berbicara sayang. Ah aku jadi ingin merasakannya." Ujar Alfaro.
Mata pria itu menuju kearah bibir pink Lesya dengan terbinar.

Gila. Pria didepannya sudah tidak waras. Lesya terus memberontak agar dilepaskan.

Jika terus seperti ini akan berdampak buruk padannya. Rasanya gadis itu ingin meninju wajah jelek Alfaro namun sayang seluruh tubuhnya terkunci.

Ditengah-tengah kekalutannya sebuah nama terlintas didalam otak Lesya.

"Caron. Anak buah Fathan." Ucapnya dalam hati.

"TOLONG."

"CARON HELP ME."

"CARON CARON."

Mendengar sang istri yang menyebut nama pria lain, genggaman tangannya pada Lesya semakin mengerat hingga gadis itu merintih kesakitan.

"Awssh"

"CARON TOLONG AKU."

"Beraninya kamu menyebut nama pria lain didepanku Lesya." Geram Alfaro.

Pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah Lesya mencoba memangut bibir pink tersebut.

Kepala Lesya menoleh kesana kemari agar bibirnya terselamatkan. Namun sayang pipi sucinya menjadi sasaran dan terkena bibir penuh kuman milik Alfaro.

Satu tangan Alfaro yang bebas mulai menyingkap baju Lesya hingga tangan itu dapat mengelus pelan perutnya.

"Engh" Lenguh Lesya pelan.

"Keparat."

"Fathan tolong bawa aku." Lirih Lesya dengan pilu.

Mendengar itu Alfaro menghentikan aksinya. Tangan yang tadi mengelus perut Lesya berganti menjambak rambut gadis itu.

"Bug."

"ARRGH sakit." Alfaro membenturkan kepala bagian belakang Lesya pada dinding dengan kuat hingga darah mengalir deras disana.

Gadis itu memejamkan matanya lalu berteriak kencang dengan sisah tenaga yang ada. "CARONNNN."

"Brakk."

"Bug."

"Bug."

"Brak."

"Bug."

"Bug."

"Arrggh."

Suara teriakan Lesya bebarengan dengan pintu yang terbuka dengan keras, lalu disusul suara pukulan.

Lesya membuka matanya perlahan saat tidak merasakan kehadiran Alfaro didepannya.

Sebelum benar-benar membuka mata, tubuh gadis itu sudah meluruh kelantai yang dingin. Kepala Lesya berkunang-kunang dan matanya semakin buram saat terbuka hingga tak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi didepannya.

Tak berselang lama kemudian Lesya merasa tubuhnya melayang ke udara kemudian kegelapan merenggutnya.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang