31

45.6K 5.4K 119
                                    

Happy reading
.
.
.

"Om, Fathan masih lama ya? Ko belom sampe-sampe sih."

Lesya memberenggut kesal, sudah lebih dari tiga puluh menit dia berdiri menunggu Fathan datang.

Hari ini Fathan pulang dan Lesya menunggunya di bandara bersama beberapa bodyguard yang menjaga.

"Sebentar lagi pasti tuan sampai non."

Salah satu bodyguard menggelengkan kepalanya melihat kelakuan nonanya yang dari tadi sudah mengoceh tak jelas.

"Ihh dari tadi sebentar-sebentar mulu tapi ga dateng-dateng orangnya." Ujarnya.

"Om, mana susu punya Lesya?" Tanya Lesya.

"Ini non."

Dengan cepat gadis itu mengambil sebuah susu kotak yang disodorkan untuknya lalu meminumnya dengan nikmat.

"Nona itu tuan sampai."

Lesya yang mendengar ucapan itu segera menyerahkan susu kotak ditangannya pada seorang pria yang ada dibelakang.

Matanya mendongak menatap sekeliling bandara mencari sang tunangan yang disebut-sebut telah sampai.

"FATHAN." Teriak gadis itu memanggil seorang pria dengan setelan jas hitam yang sangat tampan.

Dia berlari dan melompat kedalam pelukan Fathan.

"Hii Fathan lama banget sih. Lesya kan nunggunya udah cape."

Fathan memegang tubuh Lesya dengan erat agar gadis itu tidak jatuh ke lantai.

Pria itu menggendong Lesya di depan ala koala. Sebelah tangannya terangkat mengelus rambut panjang tunangannya itu dengan penuh kasih sayang.

"Kamu meluk aku cuma karna cape? Kamu gak kangen gitu sama aku?" Tanya Fathan tepat di samping telinga kanan Lesya dengan nada rendah.

Tangan gadis itu mengerat di leher Fathan. "Kangen lah masa gak kangen."

Dia tersenyum tipis mendengar jawaban Lesya lalu mengecup pipi gadis itu sekilas.

Lesya yang merasakan kecupan di pipinya segera menyembunyikan wajah ke ceruk leher Fathan dan semakin mengeratkan pelukannya.

Tanpa memperdulikan sekitar yang memandang mereka dengan tatapan kagum, iri dan juga sinis, Fathan melangkahkan kakinya dengan posisi Lesya yang masih di gendongan ke arah mobil diikuti semua bodyguard dibelakang.

Fathan duduk di tengah dengan Lesya yang berada di pangkuannya.

"Oleh-oleh buat Lesya mana?" Dia menjauhkan wajahnya sedikit dari wajah pria dihadapannya.
Mata gadis itu memicing menatap mata Fathan.

"Ah aku lupa kayaknya oleh-oleh buat kamu ketinggalan di pesawat deh."

"Bohong dosaaa." Lesya memegang kedua pipi Fathan dan menatap wajah yang tengah menampilkan ekspresi tengil itu.

"Sebentar aku inget-inget dulu tadi oleh-olehnya disimpen dimana."

"Buruan inget-ingetnya! Itu ada coklat sama baju aku, enak aja asal hilang gitu aja. Gak ikhlas aku kalo beneran hilang."

Lesya mengerucutkan bibirnya, dia merasa sangat kesal karena ulah Fathan kali ini. Tangan yang masih setia di wajah pria itupun mulai mencubit pipi tirus tersebut untuk menyalurkan rasa kesalnya.

"Sakit sayang." Tangan yang tadinya berada di pinggang Lesya kini berpindah ke pipi gadis itu kemudian mengelusnya pelan.

"Biarin."

Fathan menampilkan senyumnya saat melihat wajah Lesya yang kesal. "Iya iya, itu oleh-olehnya udah ada di mobil belakang ko." Ucapnya.

"Beneran? No boong tipu-tipu kan?"

"Iya sayangnya Fathan."

Seketika Lesya mengembangkan senyumnya yang membuat Fathan gemas lalu mengecup pipi putih itu berkali-kali.

"Kangen banget sama kamu." Ujar Fathan disela-sela kecupannya.

"Lesya juga kangen pake banget banget banget sama Fathan."

Mereka berdua terus berpelukan menyalurkan rasa sayang dan rindu secara bersamaan disepanjang jalan.

Sifat Lesya memang seperti gadis pada umumnya yang akan bersifat manja pada orang yang dia sayangi dan cintai.

Fathan pun tidak merasa risih dengan sifat yang ditunjukkan Lesya padanya bahkan dia malah merasa senang karena dapat memanjangkan sang kekasih baik ditubuh yang dulu maupun yang sekarang.

***

"Om om buruan dong bawa kopernya."

Sejak turun dari mobil Lesya terus memandori para bodyguard yang bertugas membawa koper-koper bawaan Fathan.

Sementara Fathan sendiri dia sudah masuk kedalam mansion untuk membersihkan tubuhnya.

Sebenarnya Fathan sudah mengajak Lesya untuk menunggu oleh-olehnya didalam tapi melihat bagaimana penolakan serta rasa antusiasnya, akhirnya Fathan mengalah dan membiarkan Lesya agar gadis itu merasa senang.

Fathan sudah menerima semuanya dari awal saat dia tau bahwa jiwa sang tunangan memasuki raga orang lain.

Bahkan pria itu merasa bersyukur karena masih dapat bersama dengan Lesya disaat dia sedang putus asa mendengar kabar kematian Lesya dan melihat jasad gadis itu secara langsung.

Orang yang menabrak Lesya pun sudah masuk ke alam kubur. Penabrak tersebut merupakan seorang gadis yang merasa iri dengan kehidupan Lesya hingga sengaja menghilangkan nyawanya.

"Wuahh emang kalo coklat itu gak ada duanya."

Suara itu terdengar ketika Fathan keluar dari kamarnya.

Dia berjalan mendekati Lesya yang tengah menyicipi segala macam makanan dan coklat didepannya.

"Jangan makan coklat banyak-banyak sayang. Nanti gigi kamu jadi sakit." Tutur Fathan.
Pria itu duduk tepat di samping Lesya.

"Dress-dress kamu dimana?" Tanyanya.

Lesya meletakkan makanan yang ada ditangannya ke atas meja. "Udah di taro kamar."

Gadis itu menggeserkan tubuhnya ke arah Fathan lalu memeluk pria itu dengan erat.

"Kenapa hm?"

"Cape, ngantuk." Adu Lesya dengan mata sayu.

"Sini kamu tidur di paha aku aja, nanti aku elusin kepalanya sampe kamu tidur." Ujar Fathan.

Gadis itu mengangkat kakinya hingga berada diatas sofa. Dia meletakkan kepalanya kepaha Fathan dengan wajah menghadap ke perut pria itu.

Sofanya memang panjang jadi Lesya tidak perlu menekuk kakinya untuk tidur.

Fathan dengan pelan mengelus kepala Lesya hingga gadis itu tertidur. Dia menatap wajah damai tersebut dengan memuja.

Dengan pelan Fathan menyingkir dari sana kemudian mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya kedalam kamar Lesya.

Pria itu ikut membaringkan tubuhnya keatas ranjang Lesya lalu memeluknya dari samping memberikan kehangatan untuk gadisnya.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now