26

45.8K 5.8K 154
                                    

Happy reading
.
.
.

Lesya menekan tombol bel berkali-kali.
Sekarang gadis itu berada tepat didepan pintu rumah orangtua Alfaro.

Seperti yang dikatakannya kemarin bahwa hari ini dia tidak sibuk jadi bisa memenuhi ajakan ibu Alfaro.

"Cklek"

Pintu tersebut terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian pelayan.

"Cari siapa ya?" Tanya wanita itu.

"Ah saya mencari Bu Gea apa ada?" Jawab Lesya sambil tersenyum.

Wanita tersebut membalas senyum Lesya dengan sopan. "Oh tamunya ibu. Ada non di dalem, mari silakan masuk."

Lesya berjalan mengikuti langkah wanita tersebut dari belakang.

"Enon bisa tunggu disini, biar saya panggilkan ibu dulu."

"Iya bi."

Lesya mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Aileen, Saya kira kamu tidak akan kemari."

Mata Lesya mengikuti gerakan wanita yang berjalan duduk di sofa yang berada didepannya.

Gadis itu tersenyum manis sebagai jawaban.

"Ayah Gara dimana bu? Sudah lama saya tidak bertemu dengannya." Lesya menatap Gea dengan tatapan bertanya.

"Dia masih di kantor, nanti siang pulangnya. Jadi sambil nunggu dia pulang kita berdua aja gapapa kan?"

"Gapapa bu."

"Bisa tidak kita bicaranya biasa aja, gak usah terlalu canggung."

"Bisa bu, tapi ibu jangan panggil Lesya dengan sebutan Aileen ya."

"Bukannya nama kamu emang Aileen? Atau ibu yang salah?"

"Lesya ganti nama bu soalnya lebih enak gitu kalo dipanggil Lesya daripada Aileen."

Gea hanya mengangguk mengiyakan ucapan Lesya.

"Kamu bisa buat kue Les? Kebetulan ibu lagi buat kue klepon belum selesai tu." Ucap Gea.

"Bisa dikit-dikit bu."

"Mau bantu ibu buat sekarang?"

"Boleh bu."

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan pergi ke dapur untuk membuat klepon.

Keduanya memasak sambil mengobrol ringan.
Lesya membantu sesuai dengan arahan dari ibu Alfaro.

Beberapa menit kemudian kue klepon yang mereka buat telah selesai.

Senyum Lesya mengembang menatap tampilan makanan yang ada di hadapannya.

Ini adalah kali pertama gadis itu membuat kue dengan taburan kelapa parut tersebut, dia sangat merasa puas saat melihat hasil akhirnya meskipun makanan ini tidak sepenuhnya buatan tangan Lesya.

Ini adalah kali pertama gadis itu membuat kue dengan taburan kelapa parut tersebut, dia sangat merasa puas saat melihat hasil akhirnya meskipun makanan ini tidak sepenuhnya buatan tangan Lesya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Aku malah pengen makan klepon beneran karna liat itu gambar:(]

Gea mendekati Lesya yang sedang berdiri. "Coba gih kamu makan, ibu mau tau gimana penilaian kamu tentang kue klepon itu."

"Boleh bu?" Tanya Lesya dengan wajah polos.

Gea terkikik geli. "Ya boleh lah, kita kan buat ini untuk dimakan bukan dipandang terus."

Gadis itu seketika tersenyum kaku. "Iya juga ya."

"Yaudah itu makan."

Lesya menurut dan mengambil satu buah bola klepon lalu memakannya dengan pelan.

Saat bola itu digigit Lesya merasakan rasa gurih dan manis masuk ke dalam mulutnya.

Seketika mata gadis itu terbinar dengan mulut mengunyah klepon.

"Wuahh Lesya kira rasanya gak akan seenak ini, em ini lebih enak dari yang pernah Lesya makan dulu." Ungkapnya.

"Gak boong nih?"

"Engga bu sumpah deh, makasih ya bu udah ajarin Lesya buat klepon."

"Haha iya sama-sama. Yaudah itu di abisin kamu aja."

"Terus ibu gamau makan? Buat ayah Gara gimana?"

"Tenang aja itu kan masih ada. Kamu makan di ruang tv aja sambil nunggu ayah."

"Oke bu siap."

Lesya membawa kue itu di tangannya sambil bersenandung kecil melangkah ke ruang tv.

Sementara Gea, dia ke kamarnya mengambil ponsel untuk menghubungi sang suami supaya cepat pulang agar tidak membuat Lesya merasa jenuh karna menunggu lama.

***

Gara yang menerima telepon dari istri tercinta segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

Sekarang ketiga manusia tersebut tengah duduk diruang tamu dalam keheningan.

Tadi saat Lesya tengah asik dengan dunianya sendiri ditemani salah satu kucing peliharaan Gea ada seorang maid yang menghampirinya.

Maid tersebut berucap bahwa sang tuan besar yang tak lain adalah Ayah Gara telah pulang dan sedang mengganti pakaiannya dikamar.

Gadis itu disuruh untuk menunggu Gea dan Gara diruang tamu sebentar hingga sepasang suami istri tersebut turun menghampirinya.

"Gimana kabarmu nak?" Gara memulai percakapan dengan bertanya kabar sang menantu.

"Baik yah, kalau ayah gimana kabarnya selama ini?"

"Ayah juga baik-baik aja."

"Syukurlah."

"Kemarin setelah istri saya pulang dia berbicara bahwa saat di mall bertemu dengan kamu, kalian mengobrol singkat dan dia juga berucap tentang hubunganmu dengan Alfaro yang sepertinya tidak berjalan baik."

Lesya menyimak ucapan Gara dalam diam.

Sudah dia duga bahwa pertemuan kali ini pasti akan berbicara tentang hubungannya dengan Alfaro.

"Iya yah, memang benar bahwa hubungan Lesya dan Alfaro tidak baik."

"Lesya?" Tanya Gara dengan raut bingung.

"En Lesya nama panggilan saya yang sekarang yah." Jelas Lesya.

"Oke. Jadi hubungan kamu dah Alfaro kedepannya akan bagaimana?"

Gara memasang raut serius dengan Gea yang berada di sampingnya.

"Lesya tidak merasakan kebahagiaan setelah menikah dengan Alfaro yah, dulu ayah datang ke Lesya untuk menawarkan kebahagiaan dengan menikah bersama Alfaro," Dia menghela nafas pelan. "tapi sampai saat ini Lesya belum juga mengerti dimana letak kebahagiaan itu. Selama ini Alfaro selalu menyakiti batin dan fisik saya." Lanjutannya.

Gadis itu sudah bulat dengan tekatnya bahwa dia akan mengungkapkan segalannya pada sepasang suami istri dihadapannya itu.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang