33

41.2K 5.2K 796
                                    

Happy reading
.
.
.

"Awss l-lepas Al."

Clarisa terus merintih hingga sampai di kamar apartemen mereka.

"Jangan mimpi!" Desis Alfaro.

"Brak."

Pria itu menghempaskan tubuh ringkih Clarisa ke lantai hingga kepalanya terbentur ujung lemari dan mengeluarkan darah segar.

Setelah mengunci pintu dan menaruh kunci tersebut ke saku celananya, dia berbalik menatap tajam Clarisa.

"Kau sudah membuatku marah Clarisa."

Alfaro mengambil sebuah gunting yang ada diatas nakas. Dia berjalan mendekat ke tubuh Clarisa.

"A-apa yang akan kau lakukan! Jangan gila Alfaro."

Clarisa memberingsut ketakutan saat melihat pria dihadapannya mengambil benda tajam.

Siapa yang tidak takut eh? Selama ini wanita itu tidak pernah melihat Alfaro semarah sekarang.

Dia hanya tau dimanja oleh pria dihadapannya.

Ketakutan Clarisa semakin menjadi ketika kaki Alfaro semakin dekat melangkah ke arahnya.

"Aku baru tau, ternyata selama ini aku memiliki kekasih seorang jalang."

Ujung gunting tersebut menyentuh kulit Clarisa dan membuat wanita itu mengangkat dagunya dengan badan gemetar.

"Bisa-bisanya aku memilih sampah busuk sepertimu dan membuang berlian seperti Lesya."

Alfaro menggoreskan ujung gunting tersebut hingga menyebabkan sayatan yang lumayan panjang di leher Clarisa.

Darah mengalir disana, wanita itu meringis ngilu merasakannya.

"S-stop, aku minta maaf karena membunuh anakmu."

"Cih teruslah memohon karna aku tidak akan pernah melepaskanmu."

"Arkh"

Clarisa berteriak kesakitan saat Alfaro semakin menekan benda itu.

Dia sudah tak tahan, akhirnya wanita itu berusaha memberontak agar terbebas dari iblis dihadapannya.

Alfaro semakin marah, dia mengambil seuntai tali di laci paling bawah lemari lalu mengikatkannya pada tangan Clarisa.

"Brengsek!"

"Lepaskan aku sialan."

"Dasar iblis."

"Argh TOLONG."

"LEPASKAN AKU KEPARAT."

"LEPAS BRENGSEK!"

"TOLONG."

"SIAPAPUN TOLONG AKU."

Clarisa menggerakkan tubuhnya kesana kemari mencoba lepas dari ikatan yang dibuat.

Dia berteriak meminta tolong ketika tau bahwa keadaannya saat ini sungguh sangat berbahaya.

Dia sama sekali tidak tau bahwa Alfaro bisa senekat ini. Wanita itu tidak mau mati mengenaskan ditangan manusia keparat.

"Mulutmu sangat cerewet."

Tangan Alfaro terangkat mengambil benang dan jarum.

Dengan telaten dia menjahit bibir Clarisa hingga tak dapat membuka suara lagi.

Darah wanita itu banyak terbuang sia-sia, mulai dari kepala, leher hingga bibirnya.

Air mata mengalir deras dari pelupuk mata Clarisa. Tidak ada rasa belas kasih yang Alfaro tunjukan.

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now