13

58.5K 7.7K 175
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Eugh"

Lesya mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Mata gadis itu menatap sebuah jam di dinding.

"Setengah tujuh" Gumamnya lirih dengan suara serak.

Kemudian Lesya menyingkap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya lalu beranjak dari tidur untuk duduk menyender.

Tangannya terulur mengambil ponselnya yang ada diatas nakas dekat tempat tidur.

Mata Gadis itu seketika membulat melihat beberapa pesan dari Alfaro.
Pesan yang dikirim oleh pria itu pukul lima pagi.

_________________________________________


Alfaro

PULANG AILEEN!

Ah ralat
PULANG LESYA!

PULANG SEKARANG JUGA ATAU KAU AKAN TAU AKIBATNYA.

_________________________________________

Lesya berdecak kesal menatap ponselnya. Dengan kaki dihentak-hentakkan ke lantai dia berjalan ke kamar mandi.

"Cih dulu aja ga peduli, bahkan ni tubuh sering di siksa eh sekarang malah sok-sokan nyuruh pulang."

"Emng aku ga takut apa sama ancemannya."

"Jijik banget."

"Sialan."

Selama menuju kamar mandi Lesya terus mengoceh merutuki sang pengirim pesan.

"Brakk"

Gadis yang sedang emosi itu menutup pintu kamar mandi dengan keras hingga menimbulkan suara nyaring.

Tidak berselang lama.
Lesya keluar menggunakan kemeja kotak-kotak lengan panjang tanpa dikancingkan berwarna hitam dan abu-abu dilapisi kaos putih didalamnya dan juga celana jeans hitam panjang sedikit robek di tengah bagian paha bawah yang menambah kesan tomboy.

Dia berjalan ke meja rias lalu memakaikan skincare diwajahnya. Gadis itu menambahkan bedak tipis pada area kulit wajah juga liblam dibibir.

Sebelum keluar, Lesya memakai sneakers putih pada kakinya dan menyambar ponsel kemudian memasukkan ponsel tersebut kedalam saku celana.

Dengan langkah pelan kaki Gadis itu melangkah keluar dari lift.

Saat sudah berada didepan gedung apartemen dia berhenti untuk mengetikkan sebuah pesan singkat pada bawahannya.

Tin tin

Kepala Lesya mendongak, kemudian dia masuk kedalam sebuah mobil hitam yang berhenti didepannya.

"Cari tempat makan bubur ayam dekat sini pak."

"Baik non."

Beberapa menit kemudian, mobil yang ditumpangi Lesya berhenti didepan sebuah warung bubur ayam.

"Pak tolong pesenin buat saya satu ga pake daun bawang sama sate telur puyuhnya lima tusuk ya. Oh iya kalo bapak belom makan bisa sekalian pesen juga ga papa." Titahnya.

"Siap non. Gak usah repot-repot non, saya sudah sarapan ko."

"Yaudah terserah bapak aja."

***

"Wuahh jalangnya udah pulang."

Lesya memberhentikan langkahnya saat mendengar suara dengan nada meremehkan itu.

Dia berbalik menatap sepasang kekasih yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Lesya mengurungkan niatnya untuk ke lantai atas. Sebelah alisnya terangkat saat Alfaro dan Clarisa mendekat kearahnya.

"Jadi ini yang kamu lakukan saat aku tak ada dirumah eh? Tidak pulang kerumah semalaman." Ucap Alfaro memandang dingin wajah Lesya.

"Ck! Apa urusannya denganmu? Mau aku pulang atau tidak itu urusanku. Jangn ikut campur!" Tekan Lesya menjawab ucapan pria itu.

"Dasar jalang!"

"Cuihh. Jalang ko teriak jalang." Ujar Gadis itu membalas ucapan Clarisa.

"Krek"

"Argh"

"Sialan!"

Dengan gerakan cepat Lesya menahan dan memuntir lengan Alfaro yang hendak menampar pipinya hingga terdengar suara retakan.

"Jangan pernah bermimpi untuk menyentuh kulit pipiku yang mulus dengan tangan berkumanmu itu."

"Bug"

"Auwh"

Kaki kanannya dengan keras menendang perut Clarisa yang berupaya untuk menarik rambutnya.

"Eh eh eh jangan berani-berani merusak tatanan rambutku. Aku merawat rambut ini dengan mahal, tangan najismu itu tidak berhak menyentuhnya. Bahkan harga salon rambutku lebih malah daripada harga dirimu." Lesya tersenyum remeh memandang wanita yang meringis kesakitan bergeletak tak berdaya di lantai.

"APA YANG KAU LAKUKAN LESYA!" Marah Alfaro setelah melihat kekasihnya yang mengenaskan.

"Apa? Aku tak melakukan apa-apa." Ucap Lesya dengan tampang polos.
"Ah kalian telah merusak mood ku hari ini." Sambungnya lalu pergi menaiki tangga meninggalkan dua orang tersebut.

Rahang Alfaro mengeras menatap punggung Lesya. Ingin rasanya dia menampar dan memukuli tubuh mungil itu yang telah berani menyakiti dia dan wanitanya.

Namun naas dewi fortuna tak berpihak padanya. Alfaro tidak bisa menyakiti Lesya dengan tangan itu karena sepertinya lengan tangan pria itu patah.

Dia benci Lesya dengan sifat yang sekarang. Dia ingin sifat gadis itu yang dulu saat masih dipanggil dengan nama Aileen bukan pembangkang seperti sekarang ini.

Sambil menahan nyeri lengannya, Alfaro menghubungi sopir untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit.

Pria itu membantu Clarisa yang masih menahan sakit untuk berdiri kemudian pergi keluar dari sana dengan segudang kekesalan dan kemarahan di diri masing-masing.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang