21

49K 6.4K 428
                                    

Happy reading
.
.
.

"Clarisa dia..." Alfaro menunduk.

"Eh kalo ngomong yang bener dong jangan setengah-setengah, buat penasaran aja." Cetus Lesya kesal.

"Clarisa dia dia.."

***

"Clarisa dia dia hamil." Ucap Alfaro.

Kepala pria itu semakin menunduk tak mau menatap wajah gadis yang menyandang sebagai istrinya itu.

"Hamil?" Tanya Lesya yang masih belum paham.

"I-iya."

"Hamil yang perutnya jadi gede terus dalemnya ada anaknya?" Tanya Lesya sekali lagi.

Alfaro menganggukkan kepalanya pelan.

"Oh."

"Oh?" Pria itu mendongak menatap wajah Lesya.

"Iya oh. Emang kenapa? Kamu pikir aku bakalan marah gitu?" Ujar Lesya yang dibalas anggukkan ragu dari Alfaro.

"Aku marah? Ya enggak lah. Yakali marah cuma karna Clarisa hamil," gadis itu menjeda ucapannya sebentar "lagipula kalo Clarisa hamil harusnya aku bersyukur dong kan aku bisa cepet cerai dari kamu dan bebas dari sini." Lanjutnya santai.

"ENGGAK!" Teriak Alfaro saat mendengar kata cerai.

Seketika dia berdiri dari duduknya dengan amarah yang memuncak. "Aku gak akan cerain kamu sampai kapanpun." Ucapnya.

"Lah terus kamu ga mau tanggung jawab sama Clarisa gitu?" Tanya Lesya masih dengan wajah biasa saja.

"Aku bakal tanggung jawab karna yang ada di rahimnya itu anak aku. Tapi aku tetep ga akan lepasin kamu." Ucap Alfaro mutlak.

"Whahaha lucu. Kamu pikir aku mau di madu hah?"

"Mau gak mau kamu harus mau!"

"Heii siapa kamu ngatur-ngatur aku hm? Kamu itu bukan siapa-siapa aku jadi jaga batasan kamu."

Alfaro menggertakkan giginya, egonya sebagai suami tersentil mendengar ucapan sang istri.

"AKU SUAMI KAMU!" Teriaknya.

"Suami? Kamu nyebut diri kamu suami? Suami macam apa yang gak pernah ada untuk istrinya? Suami macam apa yang selalu menyakiti fisik dan batin istrinya? Suami mana yang menyentuh dan menghamili wanita lain? JAWAB SUAMI MACAM APA ITU!?"

Lesya berdiri, emosinya ikut terpancing dan tak bisa dibendung lagi. Nafas gadis itu naik turun menatap marah pada pria didepannya.

Lidah Alfaro kelu untuk menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan Lesya. Tubuhnya kaku dan hanya bisa menatap sendu gadis itu.

"M-maaf." Hanya itu yang dapat Alfaro ucapkan.

Ini semua salahnya, salahnya yang tidak bersyukur memiliki istri secantik dan sebaik Lesya.

Dia tidak ingin kehilangan gadis didepannya.

Dengan cepat Alfaro berjalan dan memeluk Lesya yang masih mengatur emosinya.

Mendapat serangan tiba-tiba membuat tubuh Lesya diam bagaikan patung.

Lesya akui jauh dilubuk hatinya merasakan sakit dan perih saat tau Alfaro menghamili wanita lain.
Mungkin rasa sakit itu milik sang tubuh asli yang dulu dan Lesya memakluminya.

Setelah kesadaran menyadarkannya, Lesya berontak berusaha melepaskan pelukan pria tersebut.

"Maaf maaf Lesya maaf."
Alfaro semakin mengeratkan pelukannya.

Gadis yang sudah muak itupun mendorong dengan kuat tubuh Alfaro hingga pelukan terlepas.

"PLAK"

"LANCANG!"

Suara tamparan dan bentakan dari Lesya menggema dirumah itu.

Para maid yang bekerja dirumah itu seketika terkaget dan pergi kearah suara tersebut.

Mereka semua menunduk takut melihat kedua orang yang masih berhadapan itu dan segera pergi berbondong-bondong dari sana mencari tempat yang jauh agar tidak mendengar pertengkaran mereka sang majikan.

"TERLAMBAT! KAU TAU KATA MAAFMU ITU SUDAH TAK BERPENGARUH DALAM HIDUPKU." Teriak Lesya penuh dengan penekanan.

Alfaro mencoba meraih tangan Lesya namun ditepis dengan cepat oleh gadis itu.

"Maaf Lesya aku menyesal aku mohon maafkan aku."

"Hahaha kata maaf kamu gak akan bisa mengganti semua rasa sakit yang kamu kasih ke tubuh dan hatiku dulu Alfaro."

"Maafkan aku. Aku menyesal tolong jangan pergi dari hidupku"

Air mata Alfaro luruh membasahi pipi tirusnya.

Pria itu benci mengakui bahwa dia mencintai istrinya. Entah sejak kapan rasa cinta itu muncul.

Saat membayangkan gadis didepannya pergi itu sangat menyakiti hatinya. Dia tidak rela melepaskan Lesya dari hidupnya.

Dia ingin memiliki Lesya seutuhnya tapi sepertinya semua itu hanyalah keinginan semata. Lesya kini sangat membencinya, tidak ada lagi tatapan memuju dan cinta yang diterima Alfaro dari gadis itu.

Andai dulu dia menerima pernikahan ini dengan lapang dada dan memberikan rasa sayang pada istrinya, pasti sekarang mereka sudah bahagia dengan malaikat-malaikat kecil yang lucu.

Andai dia tidak menyentuh dan menghamili Clarisa pasti dia bisa pergi dari hidup wanita itu.

Andai dan andai semua hanya andai dan tidak mungkin menjadi nyata.

"Alfaro."

Pria itu terkesiap dalam lamunannya, dia menatap mata teduh gadis didepannya.

"Kamu menyesal sekarang? Kemana kamu dulu? Kenapa baru sekarang kamu menyesal? Penyesalanmu itu hanya sia-sia tidak akan merubah apapun yang pernah terjadi Alfaro. Kalau maaf iya aku maafin kamu, udah kan? Puas kan? Tapi kalau tentang aku yang gak akan pergi dari hidup kamu itu rasanya gak mungkin. Aku udah cape sama Al, rasa sayang dan cinta buat kamu itu udah hilang karena kelakuan kamu sendiri." Ucap Lesya panjang lebar dan tidak bisa dibantah.

Lesya menepis rasa sesak dari pemilik tubuh ini yang dulu. Ini semua harus dia selesaikan agar hidupnya dapat terbebas dari ikatan pria itu.

Tanpa menghiraukan Alfaro yang tertunduk, Lesya pergi dari sana dengan terburu-buru menuju kamarnya.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now