15

56.8K 7K 138
                                    

Happy reading
.
.
.

"Masak apa bi?" Tanya Lesya setelah mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi bar.

"Spaghetti, capcay, steak, sama ayam teriyaki non."

Lesya menganggukkan kepalannya tanda mengerti.

"Bi tolong buatin coklat panas satu ya." Ujar Lesya pada maid yang lain.

Didalam dapur tersebut terdapat tiga orang maid wanita yang masing-masing berumur sekitar tiga puluh tahunan, jadi Lesya bisa meminta tolong pada salah satu dari mereka untuk membuatkannya minuman sementara dua lainnya menyelesaikan masakan tersebut.

"Ini non coklat panasnya."
Maid tersebut meletakkan cangkirnya diatas meja bar depan Lesya.

Lesya tersenyum menanggapi. "Makasih bi." Ucapnya dengan tulus.

"Iya sama-sama non."
Maid wanita itu berbalik pergi membantu teman-teman.

Senyum Lesya mengembang, dia mengambil cangkir tersebut lalu meminumnya dengan pelan dan anggun.

Sekarang jam menunjukkan pukul setengah delapan malam, sangat pas meminum coklat panas dengan udara yang lumayan dingin.

"Alfaro belom pulang bi?" Tanya Lesya setelah meletakkan minumannya yang tinggal setengah.

"Belom non. Mungkin tuan malam ini ga pulang tidur di apartemennya." Jawab Maid yang tadi membuat coklat panas.

"Owhh."

Gadis itu tak heran mendengar Alfaro yang menginap di apartemen karena memang dari dulu pria itu lebih sering tidur disana bersama kekasihnya dibanding pulang kerumah.

Kalaupun Alfaro pulang dia hanya bisa menyakiti hati dan fisik tubuh Lesya yang dulu saja.

Jika dulu tubuh ini sangat menginginkan Alfaro untuk pulang sekalipun merasakan siksaan, maka sekarang Lesya malah sangat bersyukur karena pria itu tidak pulang kerumah kalau perlu selamanya saja dia tidak usah pulang.

Akhirnya Lesya melanjutkan acara minumnya sambil menunggu makan malam siap.

"Non, ini makanannya udah siap."

"Eh iya bi. Coklat panasnya juga udah abis jadi saya tunggu di ruang makan aja ya bi."

"Iya non."

Lesya beranjak pergi dari sana menuju ruang makan lalu duduk di salah satu kursi.

Tidak lama kemudian, ketiga maid tersebut datang membawa makanan yang mereka masak dan meletakkannya keatas meja.

Tanpa mengulur waktu setelah melihat maid-maid itu pergi dengan pelan Lesya memakan makanannya.

Beberapa menit kemudian. Gadis itu pergi ke kamarnya meninggalkan piring dan gelas kosong di atas meja yang nantinya akan di bersihkan oleh salah satu maid.

Jika dulu gadis itu hanya makan satu kali sehari dan tentunya harus membersihkan rumah ini seperti layaknya babu, maka sekarang tidak lagi.

Lesya telah menegaskan kekuasaannya dirumah ini, baik pada seluruh pelayan maupun Alfaro sendiri.

Tidak ada lagi yang berani memerintah Lesya. Semua orang ada di rumah ini tunduk pada perintahnya seperti mereka tunduk pada perintah Alfaro.

Setelah sampai di dalam kamarnya, gadis itu dengan cepat merebahkan tubuhnya diatas kasur lembut itu.

Dia beranjak menyender pada kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.

_________________________________________

Bang Elvan

Dek?
Lesya.

Iya bang?
Kenapa?

Kamu baik² ajakan disana?

Iya bang,

Lesya baik ko disini.

Alhamdulillah deh kalo gitu.
Em Bang Angga katanya besok

mau kesana nemuin kamu.

Beneran bang?
Ga boong kan?

Iya sayang. Abang ga boong ko.

Besok beneran bang?

Iya.
Besok malem sampe baru indo.

Oke.
Abang kapan ketemu Bang Angga?

Kemaren.
Waktu Abang ada perjalanan bisnis kesana.

Oh iya Abang udah nitipin coklat dari Paris buat kamu ke Bang Angga.
Sama beberapa baju yang menurut Abang cocok buat kamu.

Owlh iya iya.

Aww Abang baik banget deh sama
Lesya, makasih banyak ya bang.
Coklatnya pasti enak banget sama
Bajunya juga pasti bagus-bagus.

Iya sayang.
Apasih yang engga buat adek Abang yang cantik ini.

Yaudah Abang masih ada kerjaan nih
Abang mau off dulu.

Oke bang.
Jaga kesehatan disana ya.
Lesya sayang Abang banyak-banyak.

Siap Bu bos.
Abang juga sayang Lesya.

/Setiker

_________________________________________

Lesya meletakkan ponselnya sembarang arah. Badannya berguling kesana kemari dengan senyum yang merekah sempurna.

"Huaaa gak sabar ketemu Bang Angga." Ujarnya dengan bahagia.

"Gak sabar makan coklat titipan Bang Elvan juga." Ucapnya sambil mengentak-hentakkan kaki ke udara.

"Pasti coklatnya enak banget. Apalagi Made in Paris, ah ga sabar buat nyobain." Monolognya.

Sambil membayangkan bagaimana dia memakan coklat ditemani oleh sang Abang, akhirnya perlahan mata Lesya tertutup menuju alam mimpi dengan bibir yang menyunggingkan senyum kecil.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now