Bab 3 Bersawalah

479 59 7
                                    

Kegugupan menjalar begitu saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kegugupan menjalar begitu saja. Sesekali Yuwa curi-curi pandang dan berdeham. Sulit sekali untuk mengawali pembicaraan. Jelas. Sebab wanita di sampingnya adalah wanita yang pernah dia sukai waktu zaman SMK.

“Bagaimana kabarmu?” Akhirnya Yuwa membuka suara.

“Baik.” Raisa tersenyum manis. Bibirnya yang merah merona melengkung dengan begitu indah. Yuwa jadi terpesona.

“Ehm ...” Yuwa mengelus tengkuknya.

“Kamu sudah menikah, Yu?” tanya Raisa begitu saja.

Yuwa dan Raisa saling pandang. Di mata Yuwa ada keraguan untuk sekedar membicarakan masalah rumah tangganya yang didasari keterpaksaan.

“Kurasa pasti jawabannya sudah.” Lagi-lagi senyum Raisa menghipnotis Yuwa. “Aku pun juga, Yu. Tapi pernikahanku enggak bertahan lama. Semua kandas di tengah jalan.”

Ada satu kata yang membuat Yuwa mencoba mencerna agar paham. “Semua?”

Raisa tertawa pelan. Telapak tangannya sedikit menutupi mulut. Tawanya manis di mata Yuwa.

“Aku menjanda sudah tiga kali, eh bukan, tapi empat kali. Yang terakhir itu bertahan hanya tiga bulan,” tutur Raisa dengan raut biasa.

Sebanyak itu? pikir Yuwa. Lelaki itu tidak pernah menduga seorang Raisa, si ratu cantik, primadona zaman sekolah harus menjalani hidupnya yang kurang cinta. Andai saja Yuwa yang menikahi Raisa, mungkin saja wanita pujaannya itu tidak perlu menghadapi kehidupan yang pahit seperti sekarang.

“Aku turut prihatin mendengarnya. Sebenarnya aku sendiri enggak bahagia dengan menikahi Wasana. Ya ...,” ungkap Yuwa dengan mengangkat bahu singkat, “Wasana, istriku enggak memiliki kelebihan yang bisa kubanggakan. Kamu tahu, dia rakus, sedikit bodoh, dan wajahnya enggak cantik. Beda dengan dirimu.” Yuwa berdeham pada kalimat terakhir.

“Kamu bisa aja, Yu.” Raisa menempuk lengan Yuwa, ringan. “Aku jadi malu.”

“Aku enggak bohong. Waktu SMK kamu ingat? Banyak lelaki yang rela merebutkan hatimu. Termasuk sahabatku, Bayu.”

Kerenyahan tawa Raisa mampu mencuatkan rasa rindu Yuwa pada wanita itu.

“Ya, ya, aku ingat. Bayu bayam yang itu, ‘kan? Julukannya lucu,” timpal Raisa.

“Iya, yang dapat julukan itu.”

Yuwa mengenang kembali ke masa lalu yang indah. Masa saat pakaian putih abu-abu adalah pakaian kesehariannya.

“Yu,” sapa Bayu seraya menepuk bahu Yuwa.

Yuwa yang kala itu tengah membersihkan bola basket, karena bolanya mencebur selokan, kaget.

“Astaga! Bisa enggak jangan datang tiba-tiba dengan mengagetkan.”

“Sorry, Bro!” Bayu nyengir anti dosa.

Jiwa yang Tertukar (TAMAT)Where stories live. Discover now