Bab 5 Cari Info

417 60 1
                                    

Percakapan Pasutri:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percakapan Pasutri:

W: “Mas, banyak readers yang enggak tekan bintang. Kita apain, ya?”

Y: “Masukkan ke keranjang sampah, terus buang ke TPA.”

😅 Tuh pembaca, jangan lupa tekan bintang, ya. Muehehe ⭐⭐⭐

❤️❤️❤️

Yuwa termangu. Tangan menopang dagu. Dulu dia akan merasakan bulu-bulu kasar mantan jenggot di sana, tetapi sekarang halus, mulus, dan lembut.

“Sebab apa kita jadi seperti ini? Itu yang harus kita kuak,” papar Yuwa serius.

“Doaku, Mas Yu?” ragu Wasana menjawab, menjatuhkan suasana keseriusan yang sudah ada.

Yuwa masih berpikir. Sekali tepuk jidat, meremehkan kelakuan istrinya. Tetapi, kalau dinalar mungkin bisa karena doa, masalahnya se-mujarab itukah doa Wasana?

Tidak!

Yuwa mencoba menepis pikiran itu. Sejauh otak memindai kejadian masa lalu, Yuwa tidak pernah memukul istrinya. Jadi, pasti bukan karena doa teraniaya. Berbuat tidak senonoh juga tidak. Justru, ranjang di kamar tidur ada dua. Satu tuk Wasana, satunya lagi untuknya. Hanya terhalang oleh semacam pembatas dari kayu tepat di tengah. Apa karena ingin menikah lagi? Apa itu pemicu terjadinya? Huh! Memusingkan.

Daripada mencari sebab, lebih bagus mencari cara agar tubuh Yuwa kembali.

“Aku pernah baca,” ucap Wasana tetiba, “membenturkan diri pada sesuatu bisa menghilangkan sial.” Dan tanpa babibu, Wasana secepat angin kinton Son Go Ku, membenturkan kepalanya ke kepala Yuwa.

Yuwa yang memang tidak tahu dan tidak memiliki ancang-ancang membentengi diri, jadi menjerit dan mengelus keningnya. Rasa sakit menjalar cepat. Dentuman keras pada kening membuatnya pening. Dia percepat usapan pada korban perundungan sang istri.

“WARAAAK!” protes Yuwa, masih setia mengelus. Ada sedikit tonjolan yang mencuat dan memerah. “Apa kamu ingin membunuhku?”

“Mas.” Wasana berkedip dua kali. “Aku punya ide berkat kata Mas barusan.” Lagi, Wasana tak peduli kata permisi. Dia langsung menyeret Yuwa. Mereka berlari keluar rumah. Terus berlari, tak acuh atas sapaan tetangga.

Dan ketika Wasana berhenti tepat di tengah jalan raya, sedang sebuah angkot tengah melaju kemari, Yuwa melotot dan menarik istrinya itu.

“Hoe!” Si sopir angkot menyemburkan sumpah serapah. “Sudah dewasa kelakuan anak kecil. Kalau mau bunuh diri jangan menyusahkan orang lain.” Setelah mengatakan itu, sopir lantas tancap gas.

Jiwa yang Tertukar (TAMAT)Where stories live. Discover now