Bab 6 Tukar Peran

380 44 4
                                    

####

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

####

Wasana bercermin. Pantulan wajah di depannya kini adalah sang suami, bukan wajah wanita yang sudah 28 tahun telah setia membaluti jiwanya.

Dia menoleh kanan kiri, memastikan sekaligus takjub. "Ini memang suatu keajaban sekali. Mengagumkan."

Rahang tegas yang kalau disentuh ada rambut-rambut halus bekas cukuran. Cukup membangunkan rasa geli di tangan. Wasana tersenyum-senyum kegirangan. Tiba-tiba, terlintas sebuah ide. Namun, dia harus pastikan suaminya tidak ada di dekat jangkauan. Bisa bahaya. Segera Wasana menyempatkan diri untuk melongok ke luar pintu kamar. Dan suara-suara di dapur menyatakan Yuwa masih di sana, meneruskan makan atau mungkin menghancurkan seisi dapur. Tidak masalah. Yang penting ...

“Aman," ucap Wasana pamer senyum usil.

Wanita itu menutup pintu kamar sangat pelan, lalu mengambil ponsel miliknya dari tas selempang yang tergeletak di atas kursi.

"Sebentar, mana holder hp nya?" Ternyata holder tidak berada bersama dengan ponsel dalam tas itu. Padahal seingatnya, dia selalu menaruhnya di sana agar kedua benda itu bisa saling mencintai dan membuat keluarga, hingga terlahirlah tongsis alias tongkat narsis. Lumayan tak perlu beli. Tapi jelas itu mustahil.

Mata mencari holder yang baru beberapa minggu dibeli. Harganya cukup murah di online shop apalagi dengan diskon serta gratis ongkir yang menggiurkan, semakin memikat mata Emak-emak. Cocok untuk penganut "Hemat adalah segalanya, tapi tetap kualitas nomor dua".

"Ah, ini dia." Begitu ketemu --yang ternyata ada dalam nakas-- Wasana mulai merekam diri sendiri dengan ponsel dan memulai bermonolog.

Wasana sempatkan berdeham singkat, lalu buat suara yang manis dan imut.

“Aku sayang istriku. Aku cinta istriku. Wasana Rawika namanya. Warak panggilan cintaku. Wanita cantik dengan beribu kebaikan. I love you, Wasana. I love you, Istriku.” Diakhiri dengan senyuman dan juga jari telunjuk dan jempol disatukan membentuk hati kecil.

Setelah mengucapkan kalimat-kalimat itu, Wasana mengecek hasil video.

“NAJIS!” Rasa jijik menggeliat, menegakkan bulu ketiak. Ternyata melihat Mas Yuyu berbicara mendayu-dayu, tidak sesuai karakter, sukses meyakinkan Wasana untuk menghapusnya tanpa perlu berpikir dua kali. “Hapus! Hiii ...!” Bulu kuduknya meriang seolah terkena virus flu.

Ketika akan memulai merekam lagi, ketukan pada pintu, mengurungkan niat Wasana. Malah dia jadi kalang kabut. Bingung harus menyembunyikan ponselnya.

“WARAK! BUKAAA!” Yuwa berteriak geram. Daun pintu dipukul membabi buta. Beruntung itu hanya daun pintu, bukan wajah Wasana. Bisa babar belur wajah suaminya ini. Berkurang nanti ketampanannya.

“Iya, sebentar.” Wasana bergegas, sebelum si suami mengaum persis serigala. Menakutkan. Untung-untung tidak berubah juga.

“Lama!” bentak Yuwa tepat sedetik setelah pintu terbuka. “Aduuuh. Kenapa rasanya sial mulu?!”

Jiwa yang Tertukar (TAMAT)Where stories live. Discover now