Bab 19

155 32 21
                                    

Holla akak-akak pembaca. Shima cuma mau bilang, karya ini boleh dibaca OFFLINE, tapi waktu mau Vote please pas ONLINE, ya. 😭🤧 Biar Shima dapat notifikasi. Kan jadi senang hatiku. 🥰

Terima kasih bagi yang bersedia. 😭🙏

🌟🌟🌟


“Eh, tahu enggak, kalau artis Budi Alfabet mau nikah beneran sama si artis Cantik Dedenting.”

“Eh, beneran? Astaga.”

“Iya. Usut punya usut mereka udah pacaran lama cuma enggak kecium sama media aja. Ditambah lagi, katanya itu Dedenting dah hamidun alias hamil duluan.“

Suara campuran terkesiap dan ngeri terdengar bebarengan.

“Akurat enggak, sih, Jeng?”

“Akuratlah. Aku dapat informasi ini dari Bibir Dower. Itu akun gosip terpercaya.”

Yuwa menguap menimpali percakapan para wanita. Beginilah wanita kalau sudah berkumpul. Arah pembicaraannya kalau tidak aib orang, aib orang, ya aib orang.

Satu kalimat yang terngiang yaitu: “Akun gosip terpercaya.” Memang gosip bisa dipercaya? Sejak kapan gosip bukan hoaks? Yuwa terkadang sampai mikir apa faedah dari bergosip selain nambah dosa? Sepertinya tidak ada.

“Eh, Wasana,” panggil Dora dengan menepuk lengan Yuwa. Wanita itu lanjut berbisik, “Katanya Yuwa berniat menikah lagi, ya?”

Ekspresi Yuwa sebisa mungkin datar dan tidak menampakkan keterkejutan. Bisa bahaya jika tukang gosip dapat bahan gosip, meski itu fakta.

“Bener, enggak, sih?”

Lagi-lagi Yuwa tidak merespons. Alhasil Dora si penjelajah gosip manyun dan membuang muka.

Ketika dirasa hidup sudah aman sentosa, datanglah perusak suasana. Wasana ujug-ujug menggenggam tangan Yuwa sambil berkata, “Maaf, Nona-nona. Saya pinjam istri saya dulu.” Lantas berkedip genit.

Kalau begini Yuwa tidak bisa mempertahankan tampang anti ekspresi. Karena matanya sekarang sudah melebar dengan bibir menganga dan sedikit berkedut di ujungnya.

Dan benar saja, Yuwa merasa telinganya dihuni demit-demit yang melancarkan serangan berupa sorakan bagai tim penyorak.

Tanpa bisa menolak, Yuwa menuruti ke mana Wasana membawanya. Pasrah saja kalau begini. Eh, tapi, kok, sampai keluar rumah?

“Mau ke mana, Warak?!”

Wasana berhenti dan berbalik badan menatap lurus Yuwa. “Mas, enggak pingin pulang gitu?”

Ternyata. Yuwa mengerti bahwa Wasana sama tidak nyamannya dengan dirinya.

“Boleh. Kita, 'kan, sudah datang. Dan kalaupun pulang sekarang, enggak masalah.”

Wajah istrinya berubah gembira.

“Kalau begitu, ayo pulang.” Wasana langsung menarik lagi Yuwa. Tentu Yuwa menahan.

“Ayo!” ajak Wasana, menarik-narik pelan.

“He, Warak! Ya bilang dulu, dong, sama pemilik rumah kalau mau pulang. Bukan main pergi aja. Umurmu berapa, sih?”

Jiwa yang Tertukar (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن