Chapter 2.

17.8K 1.4K 24
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

BUK..

BUK..

"Hiks.. Abang maafin Adek hiks.. Adek gak janji gak akan nakal lagi, hiks.."

"Abang, hiks.. Adek gak berani, HUWWEEE.."

"Abang bukain pintunya!!!"

BUK..

BUK..

BUK..

Suara tangisan, teriakan, dan pukulan pintu terus terdengar dari pintu bercat hitam yang terletak di ujung ruangan mansion mewah itu.

Sedangkan di balik pintu itu sendiri ada sosok mungil yang beberapa waktu lalu berbuat kekacauan di meja dapur, sedang bersimpuh di belakang pintu itu.

Air mata tak henti-hentinya mengalir dari sepasang manik cokelat galap itu, dengan wajahnya yang memerah Aufa terus memukul pintu kamar dan berteriak memanggil sang abang.

Sampai akhirnya dia mendengar suara seperti benda jatuh dan tak lama setelahnya dapat dia rasakan sesuatu bergerak mendusel di telapak kakinya.

Meong..

Meong..

"AAAA.." setelah mendengar suara itu segera saja Aufa berdiri.

BUK..

BUK..

BUK..

"ABANG! ABANG, BUKA PINTUNYA!!"

"ADEK GAK BERANI!!"

Aufa melompat-lompat sambil menggedor pintu kamar itu, berteriak sekeras mungkin yang dia mampu.

Biarkan saja abangnya itu akan tambah marah, itu urusan nanti. Sekarang yang dia pikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari kamar itu. Dia takut.

Bagaimana dia gak tajut coba kalau hukuman yang dia dapatkan nyatanya adalah hal yang sangat dia takutkan?

Di kamar bercat hitam dengan barang-barang yang juga berwarna hitam serta pencahayaan yang remang-remang terdapat 10 ekor kucing hitam yang berpencar di ruangan itu.

Dulunya Aufa tak takut dengan hewan berbulu itu, tapi karena suatu kejadian membuatnya jadi seperti sekarang.

Flashback on.

Saat itu Aufa masih berusia 6 tahun, dia dan kedua orang tuanya akan menghadiri acara salah satu kolega bisnis sang daddy yang diadakan di tempat terbuka.

"Sayang, ayo cepat!! Nanti kita akan terlambat," ucap sang mommy seraya menarik tangan kecil Aufa untuk mengikutinya.

"Emangnya kita mau kemana Mom?" tanya Aufa kecil.

"Kita akan menghadiri acara teman Daddy," jawab sang mommy setelah sampai di depan pintu mobil yang telah terbuka.

"Adek gak mau ikut," entah kenapa perasaan Aufa kecil begitu tak mengenakkan.

"Baby harus ikut!!" suara lain terdengar dari belakang tubuh Aufa.

"Daddy, Adek gak mau!" tolak Aufa sambil mempoutkan bibirnya dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Sayangnya Daddy tak terima penolakan," tegas sang daddy, lalu membawa tubuh kecil sang anak ke dalam gendongannya.

"Ish.. Adek ngambek pokoknya sama Daddy," ujar Aufa sembari memalingkan wajahnya.

Indigo Or Psychopath Family [END]Where stories live. Discover now