Chapter 21.

6.1K 732 57
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

Suara roda brankar emergency yang didorong dengan cepat terdengar di sepanjang lorong bangunan bercat putih itu.

Memecah kesunyian di tengah malam diiringi dengan suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai keramik, membuat suasana malam itu terasa menegangkan.

"Sebentar lagi, sayang! Bertahan lah!" ucap seorang pria yang ikut mendorong brankar itu dengan satu tangan menggenggam erat tangan yang lebih kecil darinya.

Dibantu dua orang perawat, brankar itu terus didorong memasuki ruang operasi.

Satu orang perawat menahan pria itu saat ingin memasuki ruang operasi menemani seseorang di dalam sana.

Pria itu sempat memberontak, tapi tak lama setelah diberi penjelasan pria itu mulai tenang dan mengalah membiarkan pintu ruang operasi ditutup.

"Kamu kuat, sayang. Aku yakin, bertahanlah!" lirih pria itu, dia duduk menunduk di kursi tunggu depan ruang operasi.

Larut dalam kesedihan membuatnya lupa akan sesuatu. Dia segera beranjak setelah mengingat hal itu, melangkah sedikit menjauh dari ruang operasi.

Pria itu mengambil handphone nya, mengetik beberapa huruf di atas layar, lalu menekan ikon kirim.

Tak cukup dengan hal itu. Perasaan cemas, khawatir, dan takut mulai menggerogoti hatinya. Dia berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi.

"Kenapa lama sekali?" ujarnya yang mulai frustasi.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai keramik kini kembali terdengar saling bersahutan.

Semakin dekat ke arahnya yang kini menengok ke sumber suara, dilihatnya dua orang paruh baya menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Son!" panggil pria paruh baya yang berdiri di depan pria itu.

"Pa," lirihnya. Dia sangat takut dengan kemungkinan yang akan dia terima.

Grep..

"Tak apa. Tenangkan dirimu dan berdoa lah! Untuk keselamatan istri dan anakmu, son!" ucap pria paruh baya, ayah dari pria itu.

"Istrimu orang yang kuat. Dia pasti bisa melewati semua ini," kata wanita paruh baya yang hanya menyaksikan adegan pelukan antara ayah dan anak itu.

"Iya, Ma. Istriku, dia orang yang kuat dan anakku juga pasti orang yang kuat. Mereka pasti selamat," balas pria itu, membuat pasangan paruh baya itu tersenyum setelah mendengarnya.

Mereka menunggu, masih setia menunggu, menanti lampu pertanda operasi itu padam.

Hampir memakan waktu dua jam barulah hal yang dinantikan akhirnya terwujud kan. Suara tangisan bayi pun turut terdengar.

Cklek..

Seorang dokter keluar dengan wajah yang terlihat senang, bangga, dan juga lega?

"Selamat Tuan, anak dan istri Anda selamat. Anak kalian laki-laki. Sebentar lagi mereka akan dipindahkan ke ruang rawat," jelas sang dokter sebelum pria itu bertanya.

Indigo Or Psychopath Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang