Chapter 7.

9.9K 977 29
                                    

"Masa lalu ada agar kita bisa belajar darinya. Ambil yang baik buang yang buruk. Karena kehidupan akan terus berjalan, tak selamanya kita akan bertumpu pada kenangan."
~HaNa_Nad

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

Selepas kejadian si bungsu mengatakan keinginannya yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh sang daddy dan ketiga abangnya, selama seminggu terakhir ini sikap anak itu jadi lebih pembangkang.

"Adek itu cuma mau sekolah, bukan kabur dari rumah," ujar Aufa pada daddy Rezvan yang duduk di sofa bersama mommy Risha.

"Sekali tidak tetap tidak," tegas daddy Rezvan.

"Daddy~, Adek juga mau merasakan gimana sekolah, punya banyak teman. Bang Ery aja Daddy bolehin kenapa Adek enggak? Adek bosen kalau di rumah terus," Aufa mulai menjelaskan keinginannya.

"Apa semua fasilitas yang Daddy berikan selama ini kurang, hingga anak kesayangan Daddy ini bosan?" tanya daddy Rezvan pada si bungsu yang duduk di lantai, terus merengek.

"Bukan begitu Daddy. Daddy~ cobalah untuk mengerti Adek!-" pinta Aufa seraya menggerak gerakan kakinya.

"Apa yang harus Daddy mengerti? Semua yang menyangkut anak-anak Daddy selalu Daddy mengerti," potong daddy Rezvan.

"Tapi saat ini Daddy gak mengerti Adek," bantah Aufa sambil melipat tangannya di depan dada.

"Oh ya? Daddy yang gak mengerti baby atau baby yang gak mengerti Daddy? Semua yang Daddy lakukan itu hanya untuk kebaikan anak-anak Daddy," balas daddy Rezvan yang terus mengganti saluran televisi dengan remote di tangannya.

"Adek mau sekolah pokoknya!!" Aufa berdiri dari tempatnya.

"Apa yang membuatmu berani bersikap seperti ini, hm?" tanya Dhafi yang baru bergabung bersama Afif.

"Abang~."

"Kenapa jadi ingin sekolah, hm? Apa yang membuat Adik Abang ini ingin sekali sekolah?" Afif turut bertanya dengan lembut pada si bungsu.

Sebelum mereka sampai di ruang keluarga sayup-sayup mereka mendengar rengekan si bungsu dan suara sang daddy yang beradu mulut.

"Satu minggu yang lalu Adek lihat di televisi. Nobita, Shizuka, Giant, dan Suneo sekolah, terus mereka main lempar tangkap bola di lapangan," jelas Aufa.

Kartun lagi?
Haruskah daddy Rezvan hancurkan semua televisi yang ada di mansion nya ini?

"Terus?" tanya Ersya yang dari awal hanya diam seraya memakan cemilan yang ada di pangkuannya.

"Adek juga mau punya banyak teman, biar bisa main bareng kaya Nobita," jelas Aufa lagi.

"Masuk kamar!!" tegas Dhafi yang duduk di sofa samping Afif.

"Bang Ara~," rengek Aufa dengan wajah cemberut.

"Abang bilang masuk kamar!! Boleh keluar kalau Abang mengizinkan!!" tegas Dhafi dengan dingin.

Indigo Or Psychopath Family [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt