Chapter 15.

7.3K 786 31
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

Tuk..

Tuk..

Tuk..

Suara ketukan sepatu pantofel mengisi kesunyian di sepanjang lorong gelap bangunan yang terlihat menyeramkan, hanya diterangi api obor di kedua sisi tembok lorong itu.

Sang pemilik raga menghentikan langkahnya tepat di depan pintu bercat hitam yang bertuliskan papan nama 'Your Angel' ditulis menggunakan darah dan dua kata lainnya yang berukuran sedikit lebih kecil di sisi kanan bawah 'Of Death'.

"Masih tak mau menjawab, eoh?"

"Sampai uhuk.. kapan pun saya tak akan menjawab uhuk.. pertanyaan Anda."

"Cambuk dia!!"

Ctas!

Ctarr!

"Aaarrggh.."

Teriakan, cambukan, dan rintihan kesakitan terdengar jelas dari balik pintu itu memecah kesunyian di malam hari.

Kreeek..

Dia mendorong pintu tua itu dan segera saja satu orang diantaranya tampak berjalan mendekatinya.

Orang itu membungkuk hormat mempersilahkan dia masuk ke ruangan yang diterangi cahaya lampu remang-remang.

"Bagaimana?" tanyanya, dia terus memperhatikan sosok yang terkulai lemas dengan tangan terikat pada dua tiang.

"Dia masih tak mau menjawab Mr. Wolf," jawab pemuda yang berdiri di sampingnya.

"Haha.. uhuk.. bahkan sampai mati pun saya tak akan uhuk.. menjawab pertanyaan kalian," lirih pria yang terikat, dengan susah payah mengangkat kepalanya.

"Lakukan seperti yang dia katakan! Ambil organ tubuhnya yang bisa dijual, lalu berikan sisanya pada Wolf!!" ujar pemuda berjas hitam yang dipanggil 'Mr. Wolf' dengan dingin.

"Baik Mr," balas sang bawahan.

Setelah mendapat balasan pemuda itu berbalik meninggalkan tempat yang kini terdengar jeritan kesakitan dari sang tahanan, cairan berwarna merah pun turut menghiasi ruangan itu.

Kenapa bukan sosok itu saja yang menyiksa orang itu?

Perlu diketahui seorang Mr. Wolf sekali bermain tak akan puas jika hanya bermain dengan satu mainan. Setidaknya lima atau sepuluh mainan baru dia akan puas.

Tidak ada asap kalau tidak ada api. Mungkin peribahasa itulah yang bisa menggambarkan kejadian nan terjadi saat ini.

***

Satu minggu berlalu.

Aufa telah menyelesaikan tes tertulisnya, tinggal menunggu hasil akhir yang menentukan dia lolos atau tidak untuk syarat pertama.

"Ayo Dad, lihat hasilnya!! Adek gak berani," ucap Aufa mengagetkan sang daddy karena anak itu datang tiba-tiba menghampiri daddy Rezvan yang memegang sebuah amplop dari pak Bayu.

"Tunggu Bang Dhafi, Bang Afif sama Bang Ersya dulu ya!" balas daddy Rezvan, merangkul bahu Aufa mendekat ke arahnya.

"Eng.. Emang Bang Ara kemana?" tanya Aufa, menengadah untuk menatap sang daddy.

Indigo Or Psychopath Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang