Chapter 27.

4.8K 637 25
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

"Terima kasih atas bantuan Anda, dokter Van," ucap pria berjas hitam pada sang dokter, lalu pandangannya beralih pada sosok yang masih memejamkan mata.

"Sama-sama, Tuan. Tapi saya hanya membantu setengahnya. Selebihnya itu karena bantuan dokter Afif dan Adiknya. Jika bukan karena bantuan mereka mungkin saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menyelamatkan putra Anda," balas dokter itu, Vandra.

"Iya, saya mengerti. Saya juga ingin berterima kasih pada mereka, terutama pada Adiknya itu. Tapi saya belum bertemu dengan mereka sejak tadi. Apa Anda tahu dimana mereka, dokter?" pria dewasa itu kembali berucap diakhiri pertanyaan pada Vandra, teman Afif.

"Ah.. sepertinya mereka ada di taman."

***

Taman rumah sakit itu terlihat sangat asri dan sejuk meski jam telah menunjukkan pukul 2 siang, pepohonan hijau tumbuh begitu suburnya di sekitar taman yang luas itu.

Beberapa pasien terlihat berjalan-jalan sekedar menghilangkan bosan di taman itu.

Di salah satu kursi yang bertempat di bawah pohon besar, Afif terus mengelus punggung kecil sang adik yang terlelap dengan mata sedikit bengkak.

Anak itu baru berhenti menangis sejak 5 menit yang lalu setelah menghabiskan banyak air mata selama berjam-jam.

Flashback On.

"MAMA?!"

Jeritan Aciel terdengar begitu bahagia mengalihkan perhatian Aufa yang mendengarnya, masih dalam gendongan sang abang yang kini membalik badan untuk melihat pemilik suara.

Dapat Aufa lihat dengan jelas bagaimana Aciel memeluk kaki wanita itu dengan air mata yang mengalir dari sepasang manik cokelat mendekati hitam itu.

"Tidak, Nyonya. Saya hanya ingin memantau keadaannya saja," jawab Vandra.

"Baiklah," lalu perhatiannya teralihkan pada dua sosok asing yang berdiri di samping dokter yang menangani anaknya selama 2 tahun ini.

Seolah mengerti dengan tatapan wanita itu, Vandra kembali berucap, "Perkenalkan dia dokter Afif, dokter dari Endriya Hospital dan Adiknya."

Afif memberikan senyum saat wanita itu kembali menatapnya juga Aufa yang masih setia menunduk melihat Aciel.

Wanita yang merupakan ibu dari Aciel itu balas tersenyum, lalu mengangguk paham, "Saya Aara, Ibunya Aciel."

"Boleh minta waktunya sebentar, Nyonya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda mengenai putra Anda, Aciel," mendengar nama putranya disebut tanpa ragu Aara mengangguk dengan perasaan yang kentara khawatir.

"Sebaiknya kita bicarakan hal ini di ruangan saya!" ucap Vandra, dia sudah tahu kemana arah pembicaraan yang ingin temannya itu bicarakan.

Setibanya di ruangan Vandra, Afif mulai angkat bicara, menjelaskan semua inti permasalahan yang melibatkan adik bungsunya dalam masalah ini.

Sesekali Afif menanyakan beberapa hal pada Aufa yang duduk di sampingnya untuk memastikan, Aufa mengangguk menjawabnya karena sedari awal dia hanya fokus pada Aciel yang terus menempel pada ibunya itu.

Indigo Or Psychopath Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang