Chapter 11.

8.1K 904 34
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

"A-ahahaha.. bau darah?" tanya Ersya, percayalah dia sangat terkejut mendengar pertanyaan yang terlontar dari sang adik.

"Bang Dhafi wangi gini Aufa bilang bau darah?" sambung Ersya sambil mengendus-endus tubuh Dhafi agar si bungsu percaya.

"Tapi beneran," balas Aufa. Dia menatap Dhafi yang mengambil posisi sedikit menjauh darinya.

"Tapi Abang juga beneran, Bang Dhafi wangiii," ujar Ersya.

'Wangi darah maksudnya,' sambung Ersya dalam hati.

"Hidung Aufa kayanya yang bermasalah nih," ucap Ersya.

Dia berjalan mendekati Aufa dengan se toples biskuit di tangannya yang dia ambil dari atas meja ruangan itu.

"Ohh.. atau jangan-jangan. Ini gara-gara Aufa habis terapi tadi? Pembahasan nya pasti mengenai darah kan? Nah, bisa saja efeknya ke bawa sampai sekarang," kata Ersya.

Dia tak mengerti sama sekali masalah terapi yang dijalani sang adik, jadilah dia menjawab dengan asal. Gak mikirin benar atau salah ucapannya itu.

Tapi yang namanya Aufa ya tetap Aufa. Jadi anak itu mengangguk saja, tak lama setelahnya dia kembali terdiam sambil memasang pose berpikir. 

"Emang bisa ya?" tanya Aufa kemudian.

"Ohh.. jelas-."

'I don't know,' jawab batin Ersya.

Abang pertamanya itu kenapa ceroboh sekali hari ini? Untung saja ada dia yang bisa mengatasi. Semoga saja adiknya itu percaya, harapnya.

"Sudah cukup!! Son, lebih baik kau pergi ke kamar mu! Bersihkan dirimu!" ucap daddy Rezvan yang tak mau pembahasan itu semakin berlanjut.

"Hm," balas Dhafi, berlalu menuruti ucapan sang daddy.

Aufa terus memperhatikan sang abang yang berjalan menuju lift. Dia yakin dengan aroma yang di deteksi indra pencium nya tadi. Itu bau darah, tapi kenapa abang ketiganya malah berucap seperti tadi?

"Eehhh.. Adik Bang Ery yang manis," panggil Ersya sambil menangkup kedua pipi gembul sang adik agar menatap ke arahnya.

"Ini. Daripada bayi besar Abang mikirin yang enggak-enggak, mending makan biskuit saja ya!! Sambil nunggu Daddy sama Abang selesai mandi!!" lanjut Ersya sembari memberikan toples biskuit tadi kepada Aufa.

Ersya memposisikan tangan Aufa untuk memeluk toples kaca itu dan juga membukakan penutup nya.

"Daddy ke atas dulu," kata daddy Rezvan.

"Silahkan Dad! and Mom serahkan bayi besar ini pada Ersya!" jawab Ersya sekaligus mewakili Aufa yang mulutnya tersumpal biskuit.

"Abang nanti mandi ya! Mommy ke dapur dulu," ucap mommy Risha, berlalu menuju dapur.

"Siap Mom!" balas Ersya dengan tangan yang masih menahan biskuit yang tersumpal di mulut Aufa.

Indigo Or Psychopath Family [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum