Chapter 12.

8K 905 42
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

"Itu yang mengganggu pikiran baby, hm? Baby melihat mereka?" tanya Afif yang berjongkok di depan Aufa.

"Iya. Apa Abang melihatnya?" Aufa balik bertanya dengan mata yang sedikit melebar.

"Abang tak bisa melihat mereka, baby," Afif terkekeh kecil sambil mengelus surai cokelat tua si bungsu.

Wajah Aufa terlihat murung selepas mendengar ucapan Afif, tak lama kemudian dia berucap, "Kenapa hanya Adek yang bisa melihat mereka? Kenapa Abang, Daddy, sama Mommy enggak? Adek kan juga mau kaya Abang."

"Hey.. Listen to me!!" Afif kembali menangkup wajah sang adik.

"Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini sudah menjadi ketentuan-Nya. Tuhan memberi keistimewaan pada baby pasti ada sebabnya. Tuhan percaya pada baby, bahwa baby bisa menjaga dan menggunakan keistimewaan itu dengan baik. Percaya sama Abang, suatu saat nanti keistimewaan itu akan berguna bagi seseorang di luar sana," jelas Afif, dapat dia lihat netra bulat itu berair sekali kedip saja air itu akan keluar dari tempatnya.

Aufa terus menatap manik cokelat gelap milik sang abang, menunggu abangnya itu melanjutkan ucapannya.

"Perlu baby ingat perkataan Abang sebelumnya!! Gunakan keistimewaan baby dengan sebaik-baiknya! Okay!!"

Aufa, anak itu bisa saja membaca pikiran, melihat gambaran masa depan maupun masa lalu seseorang jika dia mau. Tapi dia memiliki satu alasan yang membuatnya jarang sekali melakukan itu, karena ucapan sang abang.

Dan dia juga cukup tahu diri setiap orang punya privasi nya masing-masing.

"Senyum dong!! Mana bayi besar Abang yang selalu tersenyum? Kenapa sekarang hanya ada si cengeng?"

Aufa segera memeluk erat Afif, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang abang, "Hiks.. Adek takut."

Satu isakan lolos, suaranya terdengar begitu lirih. Afif hanya bisa tersenyum sambil mengusap punggung kecil yang bergetar itu.

"Kenapa harus takut, hm? Baby masih punya Bang Ares, Bang Ara, Bang Ery, Daddy, dan Mommy, kapan pun baby butuh kami selalu ada untuk baby. Berbagilah dengan kami, ceritakan pada kami apapun itu yang mengganggu pikiran baby!! Kami pasti akan membantu, baby."

Setelah dirasa sang adik mulai tenang barulah Afif kembali berkata, "Kita ke ruang makan ya?!"

Aufa mengangguk masih dalam pelukan Afif. Afif menggendong sang adik di depan tubuhnya, sambil membisikkan kalimat penenang pada Aufa.

Bahkan Aufa melupakan pertanyaan yang dia tanyakan pada abangnya itu.

***

"Mau makan apa, sayang?" tanya mommy Risha pada Aufa yang duduk di sampingnya.

"Ayam goreng," cicit Aufa yang duduk di antara mommy dan abang pertamanya.

"Mau makan sendiri atau Mommy suapin?" tanya mommy Risha seraya meletakkan sepotong ayam goreng ke piring Aufa.

"Makan sendiri," jawab Aufa, mengambil sendok dan garpu yang ada di samping piring nya.

Indigo Or Psychopath Family [END]Where stories live. Discover now