Chapter 20.

6.2K 782 49
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

Dari awal munculnya Zavi sampai bel istirahat berbunyi, sosok itu terus mengikuti ke mana pun Aufa pergi. Bagai anak ayam yang tak ingin pisah dari induknya.

Saat Aufa menyuruhnya untuk pergi, Zavi menolak dengan alasan, 'Zavi mau jagain Aufa biar gak hilang. Kalau Aufa hilang nanti Zavi main sama siapa?'

Mendengar hal itu membuat Aufa memilih mengalah, membiarkan Zavi mengikutinya sampai ke kantin.

Dalam diam mereka berempat menikmati makan siang di kantin sekolah. Sesekali Niko berbicara yang hanya ditanggapi deheman oleh Farrel dan Zee. Sedangkan Aufa hanya mengangguk menjawabnya.

Zavi masih setia mengikutinya, sosok itu berdiri di belakangnya.

Oh, dan jangan lupakan orang-orang berwajah pucat di belakang Farrel yang membuat Zavi terus menatap ke arah orang-orang itu.

Tapi ada yang aneh dari orang-orang itu, mereka tak lagi mengucap kata 'Pembunuh', malah sekarang mereka hanya diam dengan tatapan terus tertuju pada Farrel.

Aneh. Itulah yang ada di pikiran Aufa. Sejak awal pertemuannya dengan Farrel orang-orang itu terus mengucapkan kata 'Pembunuh', tapi sekarang? Aufa benar-benar tak paham apa yang membuat mereka diam.

"Adik Manis," panggil Niko seraya meletakkan gelas minumnya yang kosong ke atas meja.

"Ya? Kenapa Abang?" tanya Aufa, tangannya bergerak untuk mengambil botol minumnya. Eitss, kali ini botol minum biasa bukan botol dot.

"Adik Manis udah nentuin mau masuk ekskul apa?" tanya Niko sambil memasukan keripik kentang ke mulutnya.

"Eum.. udah. Tapi Aufa mau izin dulu sama Daddy," jawab Aufa sebelum meneguk susu cokelat nya.

"Emangnya Adik Manis mau ikut ekskul apa?" tanya Niko lagi.

Farrel dan Zee hanya diam mendengarkan.

"Melukis," balas Aufa dengan ceria.

"Wahh.. emang Adik Manis bisa melukis?" Niko kembali bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Bisa dong. Kalau Bang Niko gak percaya, nanti datang aja ke rumah Aufa!" Aufa gak salah bicarakan? Toh, dia emang bisa melukis, meski hasilnya masih amburadul.

"Abang percaya sama Adik Manis," ucap Niko. Dia percaya, tapi untuk datang ke rumah Aufa rasanya dia tak bisa, mungkin.

"Aufa!!"

Lagi? Zavi memanggil nya dalam situasi seperti ini? Tak bisakah temannya itu mengerti sedikit dengan keadaannya?

Karena tak mendapat jawaban Zavi kembali memanggilnya, "Aufa, jangan cuekin Zavi!"

Oh, ya ampun. Bisakah Aufa meminjam lampu ajaib Aladin? Aufa mau mengungsikan Zavi di tempat itu saja rasanya.

Bagaimana bisa dia menjawab panggilan Zavi sedangkan di depannya ada orang yang tak bisa melihat sosok itu?

Kadang Aufa ingin bertanya, apa Zavi itu pernah sekolah? Karena terkadang sosok itu tak bisa membaca situasi saat berbicara dengannya.

Indigo Or Psychopath Family [END]Where stories live. Discover now