Chapter 6.

10.8K 1K 6
                                    

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

BRAKK..

"BAGAIMANA BISA?" murka seorang pria yang berada di ruangan bercat hitam.

"Maaf Tuan," balas pria lain yang berdiri di depan meja yang ditempati sang tuan.

"Kerahkan semua anggota mu untuk mencarinya!!" kata sang tuan dengan tangan yang mengepal kuat.

"Baik Tuan," jawab sang bawahan sambil mengangguk patuh.

"Keluar!!"

"Permisi Tuan," ujar sang bawahan seraya membungkuk sebelum keluar dari ruangan itu.

Pria itu kembali duduk di kursinya, memijat pangkal hidungnya.

"Kau tak akan bisa lepas dari kejaran ku," ucapnya dengan dingin disertai seringai yang membuat orang-orang takut saat melihatnya.

***

"Akh.."

"Ssss.. jidat gue. Gak bangun, gak tidur, nih bocah suka banget nyiksa gue," gerutu Ersya selepas mendapat keplakkan sayang dari Aufa.

"Nasib jadi orang ganteng ya gini. Ada aja yang mau nyentuh wajah tampan gue," ucapnya, percaya diri sekali.

"Ya Tuhan, ampuni Ersya. Padahal Engkau cuma menitipkan satu Adik pada Ersya, tapi Ersya sudah sering mengeluh kepada-Mu. Kalau aja ada yang mau tukeran basketball card limited edition sama nih bocah, bakal gue kasih, ikhlas gue," ujar Ersya begitu mendramatisir.

"Sabar Ersya! Bangunin bocah kebo itu ada caranya. Kek gini," kata Ersya.

Ersya mulai menghirup napas dalam, tahan! Sedetik kemudian,

"AUFAAAAA.."

"DADDY, hiks.."

"Lah kenapa?" panik Ersya setelah mendengar satu isakan lolos dari sosok mungil itu.

"Hiks.. Da-daddy," Aufa terisak saat mimpi yang mengerikan itu kembali melintas di ingatannya.

"Daddy lagi keluar, ada urusan," jawab Ersya, berusaha untuk tenang.

"Mau hiks.. Da-daddy hiks.." tangis Aufa memanggil sang daddy.

"Sama Abang dulu ya, kita tunggu di bawah!! Udah berhenti nangis nya! Cup.. cup.. cup.." ujar Ersya, lalu menggendong tubuh sang adik, mengelus punggung ringkih itu.

Ersya membawa langkah menuju ruang keluarga. Sesampainya disana sudah ada sang mommy.

"Loh, kenapa Bang?" tanya mommy Risha pada Ersya saat melihat Aufa yang menenggelamkan wajah di ceruk leher sang abang.

"Hehe.. maaf Mom, gara-gara Ersya dan mimpi bad. Adek juga sempat nyariin Daddy," jelas Ersya.

"Mau hiks.. Mo-mommy," ujar Aufa disela-sela tangisnya.

"Sini sama Mommy!" ucap mommy Risha, mengambil alih tubuh kecil Aufa.

Mommy Risha mengelus punggung kecil si bungsu yang masih terisak di pelukannya.

"Ersya buatin susu dulu ya Mom," kata Ersya yang berdiri di samping sang mommy.

"Iya, terima kasih Abang," balas mommy Risha.

"Sama-sama Mom," jawab Ersya, berlalu menuju dapur.

Jika menyangkut kebutuhan pribadi si bungsu keluarga Gunadhya yang turun tangan langsung mengurusnya.

Bukannya mereka tak percaya pada maid di mansion itu tapi mereka hanya berjaga-jaga takutnya diantara maid itu ada orang suruhan dari pihak musuh yang berniat menghancurkan mereka lewat si bungsu.

"Kenapa Mom?" tanya Afif yang ikut bergabung bersama mommy dan adiknya.

"Cariin Daddy," jawab mommy Risha.

Afif menganggukkan kepala mendengarnya.

"Ini Mom," ujar Ersya, menyerahkan botol susu untuk sang adik pada mommy nya.

Mommy Risha menerima botol susu itu, mengarahkannya pada si bungsu yang kini terdiam sambil menatap cengo botol susu itu dengan mata bulatnya.

Aufa mengerjapkan matanya pelan lalu beralih menatap sang abang yang duduk di samping sang mommy.

"HIKS.. HUWWEEEE.. BANG ERYYY.. ISH.." tangis Aufa semakin kencang, tangan kecilnya bergerak untuk memukul sang abang.

"Aww.."

"Adek," tegur mommy Risha dengan lembut.

"Hiks.. Mommy~, Adek gak mau pake dot bayi~," rengek Aufa dengan cemberut.

"Kenapa?" tanya Afif yang duduk di singel sofa.

Tumben sekali adiknya itu menolak, biasanya malah tak mau minum susu jika tak di botol dot bermotif robot kucing dari Jepang yang jadi kesayangan si bungsu itu.

"Adek itu udah besar," balas Aufa dengan wajah yang memerah karena tangis.

"Kata siapa?"

"Adek lah, siapa lagi?" jawab Aufa begitu saja tanpa melihat siapa yang bertanya.

"Benarkah?"

"Iy-, DADDYY.." Aufa yang awalnya ingin menjawab 'iya' malah berteriak saat melihat siapa yang bertanya.

"Sayang, suaranya pelan kan sedikit ya!" pinta mommy Risha pada Aufa yang telah melupakan kesedihannya.

Daddy Rezvan berdiri dengan setelan kantornya. Di tangannya terdapat tiga paper bag dari merek ternama.

Aufa segera berlari memeluk sang daddy.

"Jangan tinggalin Adek!" pinta Aufa yang telah berada di gendongan daddy Rezvan.

Cup..

"Tak akan pernah terjadi, baby," balas daddy Rezvan meskipun sedikit bingung dengan ucapan si bungsu.

***

"Minggu depan teman Daddy berkunjung ke sini," ucap daddy Rezvan memecah keheningan yang berlangsung di meja makan itu.

"Ngapain Dad?" tanya Ersya yang duduk di samping Afif.

"Bertemu Adik mu," jawab daddy Rezvan.

Sarapan pagi telah usai jadilah mereka bebas berbicara saat di meja makan, sebelum melakukan kegiatan selanjutnya.

"Siapa Dad?"

"Nanti Abang akan tahu," ujar daddy Rezvan.

"Ya sudah kalau gitu Daddy sama Bang Dhafi berangkat dulu," lanjut daddy Rezvan, berdiri diikuti Dhafi setelahnya.

"Ersya juga mau berangkat Mom," sambung Ersya sambil merapikan seragam nya.

"Daddy?" panggil Aufa pada sang daddy yang mengecup keningnya.

"Kenapa hm?" tanya daddy Rezvan, menatap wajah si bungsu yang kini terlihat sedikit murung.

"Adek juga mau sekolah kaya Bang Ery."
.
.

《TBC.》

Jadilah pembaca yang bijak!

Revisi : 07 Juni 2022
Publish : 24 Juli 2021
HaNa_Nad

Indigo Or Psychopath Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang