Chapter 9.

8.8K 874 23
                                    

"Jangan gegabah dalam mengambil keputusan! Karena kalau kau salah menentukan pilihan, maka hanya kekecewaan yang akan kau dapatkan!"
~HaNa_Nad

__👑__👑__👑__
Happy Reading!

"Bye bye.. Om Cemal, hati-hati di jalan!" ucap Aufa sambil melambaikan tangan pada Cemal yang melangkah memasuki mobil.

"Bye bye.. anak nakal," balas Cemal, membuat wajah Aufa berubah cemberut seketika.

Dengan wajah cemberut Aufa beralih menatap daddy Rezvan, "Daddy, Adek dibilang nakal."

Daddy Rezvan hanya tersenyum tipis mendengar sang anak mengadu padanya.

"Om Cemal. Kata Mommy, Aufa itu anak baik. Buktinya saja Aufa mau menemui Om Cemal yang datang tanpa membawa apa-apa untuk Aufa," Aufa kembali berujar dengan wajah polosnya.

Ersya yang awalnya memasang wajah tanpa ekspresi hampir tertawa mendengar ucapan sang adik.

Adiknya itu mood booster nya. Sifat polos dan asal ceplos sang adik selalu bisa mengubah mood nya menjadi lebih baik.

"Hey.. apa kau tak ikhlas menemui Om?" tanya Cemal yang duduk di kursi penumpang.

"Aufa ikhlas Om," balas Aufa sedikit mendongak untuk melihat Cemal.

"Kali ini Om percaya. Nanti Om akan datang lagi dan membawa banyak hadiah untuk Aufa. Tunggu saja!"

"Aufa tunggu, tapi pastikan itu bukan sekedar ucapan! Karena terkadang satu ucapan yang memberi harapan selalu diiringi dengan ketidak pastian," bijak sekali kamu Nak. Sampai-sampai Ersya takjub mendengarnya.

'Itu beneran Adik gue?' batin Ersya.

"Om pastikan itu. Om pulang dulu ya. Van, pikirkan lagi ucapan ku!" Cemal kembali berucap pada daddy Rezvan.

"Hm," balas daddy Rezvan yang berdiri di belakang Aufa.

Setelah mobil Cemal menghilang di balik pintu gerbang mansion Gunadhya barulah mereka kembali ke dalam mansion.

Dhafi yang berjalan di samping kanan sang daddy menatap intens sang adik yang berjalan di depan, dia mempercepat langkahnya mendekati si bungsu, lalu membawa tubuh beraroma bayi itu ke dalam gendongannya.

"Bang Ara," pekik Aufa.

Cup..

"Malam ini tidur di kamar Abang!"

Entahlah, setelah pembicaraan tadi rasanya dia ingin selalu berada didekat si bungsu.

Dia tak rela melepas bayi besarnya berkeliaran di luar sana. Tapi dia juga tak mau ucapan Cemal itu sampai terjadi pada adiknya.

"Boys, nanti temui Daddy di ruang kerja!!" ucap daddy Rezvan.

Dhafi, Afif, dan Ersya mengangguk paham.

"Ngapain Daddy?" tanya Aufa.

"Bayi besar Abang tak perlu ikut, ya!" balas Afif yang berjalan di sisi kanan Dhafi.

Indigo Or Psychopath Family [END]Where stories live. Discover now