3

6.7K 681 12
                                    

Setelah percakapannya malam itu dengan Kaownah, Mew tak bisa berhenti memikirkan hal itu. Gulf tau? Gulf tau Mew selalu menghabiskan Ruth dengan orang lain? Gulf tau?
Pertanyaan itu selalu saja berputar di kepala Mew. Padahal ini sudah hari keempat. Dan pagi ini juga adalah pagi keempat Mew memberanikan diri untuk bertanya pada Gulf. Setelah pagi-pagi yang lainnya ia buang dengan sia-sia. Pagi ini ia harus mendapat jawabannya.

Lain halnya dengan Gulf, pagi harinya terlihat biasa saja di mata Gulf. Mew yang bangun pagi sekali, Mew yang berolahraga ringan di halaman belakang, Mew yang bersiap ke kantor, tapi tidak dengan Mew yang ini. Mew yang duduk di meja makan dan menunggunya menyiapkan sarapan berbeda dari biasanya. Suaminya itu memang selalu menunggu sarapan pagi yang Gulf buat, sesederhana apapun masakannya. Tapi selama 5 tahun pernikahan mereka, Gulf tidak pernah merasa punggungnya di lubangi oleh tatapan suaminya. Biasanya Mew hanya akan menyibukan diri dengan iPad, entah untuk urusan apa. Tapi pagi ini, Gulf rasa punggungnya berlubang disana sini. Gulf mungkin akan berpikir itu hanya perasaanya saja, jika si Omega tak sengaja melihatnya lewat sudut mata. Mew benar-benar memperhatikan setiap geriknya.

"Silahkan dimakan, Phi" katanya saat acara memanggang roti dan menggoreng telurnya sudah selesai, dan telah menyajikan semuanya di meja makan.

Tak seperti dugaan Gulf, Mew hanya memakan makanannya tanpa mengatakan sepatah katapun. Padahal ia sudah bersiap dengan apapun yang akan dibicarakan parternya itu. Mew tak mungkin melihatnya selama hampir 20 menit tanpa alasan apapun. Gulf tau, Mew tak setertarik itu padanya.

Selesai keduanya makan, Gulf secara kebiasaan langsung mengambil piring dan gelas bekas suaminya untuk dibawa ke dapur, saat tangan berurat dibalut jam tangan Rolex itu menggenggam pergelangan tangan kanan Gulf.
Sedikit terkejut, tapi Gulf hanya diam dan menunggu.

"Kau tau kebiasaanku saat Ruth?" akhirnya Mew bertanya setelah diam hampir semenit.
"Maaf Phi. Aku tak pernah melihatmu dalam masa itu." jawab Gulf tenang, toh ia memang tak pernah melihat Mew saat Ruth. Jangankan melihat Mew Ruth, tau bau Pheromon Mew saja tidak.
Mew mendongakan wajah, menatap lurus ke mata parternya. Agak tidak menyangka kalau parternya sebegini naif.

"Bukan itu. Tapi yang kulakukan dimasa Ruthku." Mew mencoba lagi.

"Maaf phi, tapi aku benar-benar tak tau. Aku tak pernah melihat seseorang Ruth."

Astaga. Mew memejamkan matanya. Bukan, ia tak marah, hanya saja... menggemaskan. Mata bulat dengan sorotan mata polosnya itu, menggemaskan.
Tapi Mew merasa harus mendapatkan jawabannya.

"Selalu menghabiskan Ruthku dengan orang lain, kau tau itu?" Kini Mew berdiri, wajahnya sejajar dengan wajah Gulf.

Lama terdiam, Gulf masih menimbang, jujur atau diam saja, seperti biasanya.

"Hadapi dia Gulf. Bicaralah padanya. Ia partnermu bukan?"

Kalimat terakhir yang ia dengar dari Mild kemarin. Haruskah dicoba? Tapi kenapa sekarang, setelah 5 tahun diam?

"Tidak, Phi."
'Ya, setelah 5 tahun diam, kenapa harus berubah sekarang?'

"Benarkah?" mata Mew menyipit, tatapannya menyelidik.

"Ya, phi." Gulf menarik tangan kanannya, melepaskan cengkraman Mew dan lanjut membersihkan meja makan.

Setelah membersihkan meja Gulf beranjak menuju wastafel, niatnya ingin langsung mencuci piring. Tapi gerakan tangannya langsung berhenti saat bokongnya di tempeli dari belakang. Tubuh suaminya benar-benar dekat, dan sangat menempel. Gulf terhimpit, maju tak bisa, mundur pun tdk mungkin.
Ini suaminya kan? Biasanya tak akan ada orang lain sepagi ini di rumah. Maid dan Phi Mild datang pukul 10, sekarang bahkan belum pukul 9 pagi. Tapi, jika ini suaminya, mengapa berbeda sekali?
Gulf masih mematung dengan posisi tangannya memegang piring, kepala agak tertunduk, saat ia merasakan nafas hangat suaminya di daerah tengkuk. Mew sedang bebicara dengan posisi terlalu intim.

"Benarkah?" Terlau bnyak angin hangat yang menerpa tengkuknya. Sial, kenapa ia memakai tanktop tadi? Kenapa bukan piyama biasa yang ia pakai?

"Benar kau tak tau kebiasaan Ruthku? Benar tak tau?"

Sekarang Mew seperti berbisik. Gulf masih belum bisa bergerak. Masih memproses perubahan suaminya yang terlalu tiba-tiba.

Cup

Kecupan ringan di tengkuk Gulf.
"Jawab" suara Mew merendah. Ada nada memerintah yang kental.

"Y-Ya. Aku tau. Aku tau apa yang, yang Phi lakukan saat, saat, saat Ruth." Bagaimana Gulf tidak panik? Satu kecupan ringan tadi berubah. Berubah jadi basah dengan beberapa kali jilatan... dan.. dan... gigitan. Ya.. gigitan-gigitan kecil. Kali ini bukan hanya di daerah tengkuknya saja. Tapi mendekati daerah itu.

Ciuman basah dan gigitan lembut yang makin mengarah pada bagian itu... bagian lengkungan antara leher dan pundak. Tempat yang menurut ahli, menjadi tempat yang harum Pheromonnya paling kuat, paling murni. Tempat kasat mata ketika seorang Omega telah ditandai. Tempat yang tidak pernah mau disentuh tuannya.

Tapi kenapa? Gulf bahkan tidak sedang mengeluarkan pheromonnya. Ia bahkan tidak sedang heat. Tidak ada alasan untuk perlakuan sensual Tuan besarnya ini. Tidak ada alasan untuk kecupan basah, gigitan kecil, dan kedua telapak tangan besar ini untuk mengusap lengannya lembut dan sensual.

Saat kecupan basah berulang dan usapan serta remasan lembut nan senual di tubuh Gulf membangkitkan sesuatu di tubuhnya, detik itu pula Gulf dapat merasakan dinginnya AC ruangan.
Ya, sedetik setelah desahan kecil keluar dari mulutnya, sang Tuan yang secara kebetulan adalah suaminya itu berhenti dari segala kegiatannya dan melangkah begitu saja menuju meja makan, mengambil semua barangnya dan pergi dengan langkah tegas yang biasa Gulf dengar.
.
.
.
.
.
Tbc

USWhere stories live. Discover now