11

4.8K 568 78
                                    

Gulf tak tau harus berkata apa. Sekarang ia sedang diseret Tuannya menuju bungalow mereka. Setelah terdiam mendengar pernyataan Win, hal berikut yang diingat Gulf adalah telapak besar Mew yang tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar.
Ia tak sempat berpamitan, tak sempat menjelaskan pada Win, tak sempat melihat wajah Bright.

Ia hanya mengikuti langkah kaki tuannya. Pergelangan tangannya agak perih, Mew sedikit terlalu kencang menggenggam.

Kaki Mew berhenti. Matanya dapat melihat dengan jelas, ayahnya sedang berdiri di depan pintu bungalow mereka.

"Ada apa?"
Mew menyapa ayahnya.
"Ah, akhirnya datang juga. Anakku dan suaminya."

Tn. Jong berjalan mendekati mereka berdua, melirik Gulf yang berdiri di samping Mew.
Ia kemudian melempar sebuah amplop coklat pada dada Mew, yang di tangkap Mew dengan baik.

"Kau bisa melihat-lihat terlebih dahulu. Namanya Gun Attapan. Ia anak dari keluarga Phunsawat.
Seorang pria omega, jadi kalian bisa punya anak. Percuma punya menantu omega dominan jika ternyata mandul.
Tak ada gunannya memakai New, ia beta. Tak bisa hamil.
Karna kulihat kau lebih berselera pada pria, makanya kupilih anak Punsawat.
Fisiknya menarik, tubuhnya putih kecil. Wajahnya juga manis."

Setelah mengeluarkan kalimat terpanjang dan menyakitkan sudut kecil hati Gulf, tn. Jong ternyata masih belum puas.
Saat hendak melewati Gulf, tn. Jong berhenti sebentar lalu melanjutkan,
"Waktumu sudah habis. Perceraian kalian dimulai sebulan dari sekarang. Kalau kau bisa menarik suami keponakanku untuk menggerayangimu di pagi hari dekat pantai, kenapa tak coba seret anakku malam ini ke tepi pantai? Siapa tau ia akan mau menghamilimu. Baju kalian bahkan sudah berserakan di pantai pagi tadi."

Dan Gulf menegang, ia benar tak menyangka seseorang akan melihat atau melaporkan mereka. Ia juga tak menyangka, ada yang tahu kejadian pagi tadi selain dirinya dan Bright.
Gulf terlalu terkejut dan takut. Ia bahkan tak berani untuk sekedar melihat reaksi Mew. Ia lalu teringat Bright, Gulf tak ingin ia terkena masalah. Tn. Jong hampir bisa melakukan segalanya.

Tapi, andai saja Gulf tak sekaget itu, ia pasti bisa mendengar nada cemburu pada kalimat ayah mertuanya. Satu dari banyak hal yang membut Mew mengepalkan tangannya keras.

"Aku sudah pernah bilang kan, aku tau segalanya. Tak perlu kaget begitu. Banyak hal tentangku yang tak kau tau, Gulf."

Nada lembut itu mengusik telinga Gulf lebih dari seharusnya, perasaan aneh dan risih itu kembali pada Gulf. Yang selama ini diam-diam selalu ia rasakan bila harus dipertemukan dengan ayah mertuanya.
Tanpa Gulf sadari, bulu di sekitar tubuhnya menegang, sampai satu suara lain terdengar.

"Cukup, pak tua. Pergi sekarang."
Suara rendah bernada dingin itu terdengar.

Kekehan tn. Jong lalu terdengar.
"Jangan lupa dilihat, Mew. Setelah kalian bercerai, pernikahannya akan menyusul. Kali ini akan megah. Tak akan sebanding saat kau menikah dengan orang kelas rendah."

Dan tn. Jong kemudian meneruskan langkahnya sambil masih menertawakan sesuatu. Entah itu Gulf, atau Mew yang ia sadari mulai ingin memberontak padanya.
.
.
Setelah tn. Jong pergi, Mew kembali menarik tangan Gulf memasuki kamar mereka. Kali ini tak sekasar tadi, meskipun belum selembut yang Gulf inginkan.

Mereka berdua duduk diam. Mew baru saja duduk setelah selesai membersihkan diri. Gulf lebih dulu mandi, memberikan waktu untuk Mew agar dapat membuka amplop coklat tadi.
Tapi anehnya, saat Mew selesai mengganti baju pun amplop itu masih tersegel.

"Mau lihat isi amplopnya?"
Itu suara Mew.

Gulf tak menjawab.
Buat apa? Apa gunanya Gulf melihat isi amplop itu? Mew pamer? Sekarang? Di hadapannya?
Gulf tak bisa mengontrol raut mukanya, ia mungkin tak sadar, tapi Mew melihat dengan jelas wajah itu mengeras tak suka.

USWhere stories live. Discover now