22

4.4K 474 31
                                    

           TW!!! TRIGGER WARNING !!!

Cerita berikut mengandung Child Abusse, Rape, Suicide.

.
.
.
.
.

Rencana Mew dan Gulf untuk langsung bertemu Newwie esok harinya ternyata harus tertunda hampir tiga minggu lamanya.

Awalnya pekerjaan Mew yg membutuhkan perhatian, karena hal ini terkait dengan pekerja resortnya yg mengalami pelecehan dari beberapa nama besar. Yang membuat Mew dan tim kuasa hukumnya harus bekerja ekstra untuk mampu setidaknya menyingkap inisial pelaku pada publik.

Setelah kasus itu selesai, kini giliran Gulf yg menahan mereka dikarenakan heatnya yg kembali datang. Tentu saja menurut Mew lebih berada pada sisi menguntungkan, karena ia akan menghabiskan dua harinya bersama suami tercinta. Melayani segala kebutuhan ranjang suami manisnya itu.

Lalu kedatangan mertua Mew dua hari lalu di Mansion keluarga Jongcheveevat, yg sebenarnya hanya ingin melihat keadaan anaknya saja. Serta sedikit menagih janji kerja keras dari Mew. Yang pulang dengan bahagia saat melihat leher anaknya yg sengaja ditutupi ternyata penuh bekas sedotan.

Dan tibalah hari dimana akhirnya, pertemuan itu bisa terlaksanakan. Gulf pikir mereka akan bertemu di café atau di tempat makan dengan ruang privat seperti biasanya. Tapi tempat yg mereka datangi sekarang sangat jauh dari perkiraan.
Apalagi saat Mew membawa mobilnya menuju sebuah vila, tak terlalu mewah, tapi benar terlihat mahal.

Setelah memarkir mobil dan membuka pintu untuk Gulf, Mew membawa pinggang Gulf dalam rangkulannya, sesuatu yg kini menjadi kebiasaan kemanapun mereka berdua melangkah.

Mereka disambut seseorang yg sepertinya penjaga kawasan vila ini. Anehnya lelaki tua itu lalu membuka pintu vila, seakan vila itu kosong. Padahal jelas lampu di dalamnya menyala.

Mew kemudian mendorong perlahan pinggang Gulf, membawanya memasuki vila. Mata Gulf disambut dengan ruang tamu yg luas, sofa-sofa besar berwarna biru gelap, sebuah lukisan samudra luas dengan dihiasi sebongkah es di permukaanya dan seekor beruang kutub seperti sedang mencoba menyentuh hewan lainnya, seekor paus jenis orca yg sepertinya sedang berusaha mencapai bongkahan es diatasnya di tengah-tengah lukisan, yg dipajang pada dinding langsung menghadap pintu masuk, ada dua lampu sorot kecil di atas dan bawah lukisan itu.

Suara langkah kaki lalu muncul dari balik tembok tersebut. Sepertinya tembok itu hanya sebagai pemisah ruang.

Dan New berdiri disana. Cantik dengan apron putihnya.

"Selamat datang, phi. Selamat datang, khun Gulf." Sapanya lembut.

Saat sapaan Newwie terdengar, Gulf dapat merasakan Mew melepas pinggangnya. Ia lalu melihat suaminya berjalan kearah Newwie memeluknya sebentar, lalu kembali pada sisi Gulf.
Jujur, Gulf tak suka. Ia masih cemburu. Ia masih ingat siang hari itu di Phuket.

"Mari, langsung ke meja makan. Aku tau kalian belum makan apapun." New berbalik setelah mengajak mereka makan.

New memang benar, lebih tepatnya untuk Gulf. Ia tak sempat makan pagi, terlalu gugup untuk bertemu mantan teman seranjang suaminya.
Mereka berdua lalu mengikuti arahan New menuju dapur.

Mereka bertiga makan dalam diam. Suasananya tak tegang, tak juga santai. Tak ada yg makan dalam paksaan, tak juga ada yg selahap itu. Mereka hanya makan karena harus.

Setelah ketiganya selesai, New membereskan meja makan. Gulf sudah hendak berdiri membantu saat telapak Mew menahannya. Saat Gulf menoleh ia dapat melihat gelengan kecil suaminya. Jadi ia menurut. Menunggu saja sembari New melakukan segalanya, hingga mencuci piring.

USWhere stories live. Discover now