29

3.4K 440 217
                                    

Gulf perlahan membuka mata. Ingatan terakhirnya adalah saat ia melihat Win di pintu kamar hotel. Sebentar, ia ingat melihat Win seperti jatuh bebas menuju lantai, apa Win pingsan?
Mengingat itu Gulf langsung menegakan badan dari duduknya, dan yg didapatnya adalah ia yg sedang duduk di kursi mobil samping kemudi, sendirian.
Kepalanya sedikit pening, tapi Gulf memutuskan untuk keluar. Ia harus tau sedang ada dimana.
Saat tangannya bergerak membuka pintu mobil, ia merasa sedikit perih pada lehernya. Tapi Gulf tak ambil pusing, apalagi saat ia melihat dengan jelas tulisan UGD di depan matanya.
Ia di klinik? Rumah sakit? Tapi bersama siapa?

Lalu Gulf kembali mengingat Win, yg membuat ia melanglah pasti dan masuk ke area rumah sakit. Setelah melewati resepsionis, Gulf diarahkan pada tempat Win.
Dan saat kakinya ia bawa untuk berbelok pada lorong menuju ruangan Win yg berada diujung, Gulf dapat melihat banyak wajah yg ia kenal.
Kedua ayah Win, Bright, dan suaminya, Mew.

Semua orang itu melihatnya saat ia melangkah makin dekat, tapi dengan sorot yang amat berbeda. Kedua ayah Win, sulit sekali ditebak, terutama ayah Win.
Lalu Bright, kenapa ia terlihat sangat menyesal? Kenapa sorot matanya seperti itu menatap Gulf?
Dan yg membuat langkah Gulf berubah amat berat adalah sorot mata suaminya. Mata itu kosong, tak bisa sama sekali untuk dibaca.

Langkah Gulf terhenti ditengah lorong, entah mengapa ia tak bisa membawa langkahnya makin dekat.
Kini giliran Mew yg membawa langkahnya mendekat pada Gulf. Langkahnya terlihat berat, kakinya seperti diseret. Mata itu memandang, sedih? Ah, bukan. Dalam jarak sedekat ini, Gulf bisa melihat kekecewaan yg amat sangat pada kedua mata jernih itu.

Mew tak banyak bicara, ia hanya berjalan mendekat dan berhenti saat mereka hanya terpisah jarak selangkah. Telapaknya ia angkat, menuju pipi Gulf. Dan Gulf tak tau mengapa, tapi air dari mata Mew itu tiba-tiba jatuh.
Perlahan Mew membawa wajahnya pada leher Gulf sebelah kiri, yg baru Gulf sadari sedikit perih.

Saat wajahnya bahkan belum sedekat yg ia inginkan, Mew sudah bisa merasakannya. Cintanya, hatinya, suami tersayangnya, tidak lagi berbau segar seperti pantai dengan tambahan strawberry dan sedikit coklat. Mew tak lagi dapat mencium wewangian kesukaannya.
Dan lihat itu, Gulf bahkan tak bergeming, meskipun Mew sudah menyebarkan pheromonnya sedari tadi. Gulf sudah tak bisa mengenali harum tubuhnya.

Gulf telah ditandai.

Masih belum bisa menerima, Mew membawa tangannya turun. Menuju kerah kemeja Gulf, lalu sedikit menyingkap di area perpotongan lehernya.

Dan senyum kecut itu muncul. Jelas sekali tercetak disana, tapi lukanya bahkan telah kering. Mew dengan jelas bisa melihat bekas gigitan dileher Gulf.

Hatinya sakit luar biasa. Seperti ada tangan tak kasat mata yg perlahan tapi pasti mencengkram erat hatinya.
Baru saja semua kekacauan yg ia alami seminggu ini berhasil didinginkan dan diatasi. Baru saja ia akan berlari menuju pelukan terhangat yg pernah ia rasa, baru saja ia akan kembali pada tempat ternyaman yg ia punya.

Akan tetapi, seperti dalam hitungan detik, semuanya jadi terasa asing.

Rumahnya yg seharusnya terasa hangat, nyaman, dan amat sangat familiar, berubah menjadi sangat asing dalam satu jentikan jari.

Harum tubuh Gulf sudah sepenuhnya mengcopy Bright.

Haruskah Mew bersyukur? Bahwa yg menandai Gulf adalah Bright dan bukan ayahnya? Haruskan Mew berterimakasih pada Bright karena menyelamatkan Gulf? Haruskah ia tersenyum lebar ke arah dua sahabat yg pernah punya rencana berdua di belakangnya?

Saat Newwie tiba-tiba saja membuat video yg menjelaskan tentang semua, bagaimana ia membuka semua tentang aib dan dosa ayahnya tanpa meminta persetujuan Mew, bagaimana video itu membuka semua busuk ayahnya, dan membuat mata orang-orang terbuka dan setidaknya tak begitu menyudutkannya, hal pertama yg ingin Mew lakukan adalah berlari dan memeluk suami tercintanya, hatinya.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang