32

3.8K 435 74
                                    

Sehari berlalu, dan sepasang suami itu melewatinya dengan berat, lagi.
Sekarang mereka berdua memang tidur seranjang, seperti yg seharusnya. Tapi sepertinya malam ini mereka juga harus puas jika salah seorang dari mereka memilih untuk pindah kamar. Pasalnya sedari tadi kedua manusia itu hanya terdiam. Tak ada yg saling bicara, setelah saat makan malam tadi Mew memberitahukan apa yg ia dapat dari pamannya. Tentang bagaimana mereka berdua bisa menghilangkan tanda yg diberikan Bright.

Mereka memutuskan memulai dengan kembali tidur sekamar. Namun sialnya, begitu tubuh mereka terbaring di ranjang, isi kepala mereka mulai menjelajah jauh. Ada keinginan untuk saling menyentuh, ada keinginan untuk saling berpelukan. Tapi lagi-lagi ada satu hal dalam diri keduanya yg enggan menyentuh dan disentuh.

"Kita perlu bilang pada Bright bahwa ada cara menghapus tanda miliknya. Benar, phi?" Gulf mulai buka suara, mencoba perlahan menyalurkan isi pikirannya.

"Apa sedari tadi kau hanya memikirkan tentang Bright?" Mew menoleh ke samping. Tak mau menyembunyikan nada tak suka dalam suaranya.

"Apa itu penting sekarang, phi? Aku sedang mencoba membayangkan darimana kita harus mulai." Gulf masih mencoba sabar. Tak ingin menoleh ke arah suaminya dan hanya menatap pada langit-langit.

"Sebenarnya apa yg kau bayangkan sedari tadi sampai Bright adalah orang pertama yg kau sebut setelahnya."
Mew tak tau, hanya saja seharian ini ia selalu mencium bau Bright kemanapun ia membawa langkahnya di rumah ini. Jadi saat Gulf sendiri yg menyinggung soal Bright ada rasa tak suka yg kental terasa di hatinya.

"Aku membayangkan bagaimana kita memulai semuanya. Setidaknya kita harus memberitahukan Bright dan Win. Atau setidaknya aku yg harus memberitahu keduanya. Agar rumah tangga mereka tak seberantakan kita berdua.
Aku seorang omega, begitu juga Win.
Menurutmu apa yg sedang terjadi antara keduanya sekarang, phi? Walau bagaimanapun, sebaik apapun manusia itu, jika pasangannya berkhianat padanya pasti akan sakit hati juga."
Gulf sudah mulai tersulut emosi Mew, tapi ia masih mencoba tenang. Berbeda dengan seseorang di sampingnya sekarang.

"Heh, tau begitu masih saja mau ditandai Bright."
Mew tak tau kenapa sampai nada meremehkan itu lolos begitu saja dari mulutnya.

"Kau pikir itu inginku ditandai oleh Bright? Kau pikir ini keinginanku? Kau pikir aku mau ditandai seorang alpha beromega, phi?" Sepertinya Gulf juga sudah mulai hilang kendali. Tubuhnya sudah ia bawa duduk, dengan wajah menoleh pada Mew yg masih setia memandang langit-langit kamar.

"Kalau begitu kenapa hari itu pergi? Kenapa bertemu ayahku? Hanya karena kau tak percaya padaku? Atau kau sengaja memanggil Bright kesana agar mengikutimu dan kau bisa punya alasan untuk ditandai? Waahh.. kenapa aku tak berpikir sampai kesana."
Mew tak tau, tapi Gulf menyinggung Bright dan Gulf seakan memihak Bright mungkin membuatnya cemburu. Tapi ada sesuatu yg membuatnya merasa seakan semua rasa itu berkali lipat lebih kuat. Membuatnya jadi tak bisa mengontrol diri dan malah melanjutkan.
"Atau jangan-jangan kau memang ingin ditandai ayahku."

Kalimat terakhir Mew membungkam kedua manusia itu. Gulf yg tadinya hendak menjawab dan Mew yg akhirnya menyadari ia sudah keterlaluan. Lama hening diantara keduanya. Gulf sudah sejak tadi berpaling muka.
Kalimat terakhir yg Mew dengar sebelum Gulf meninggalkan kamar mereka membuat Mew mengacak rambut frustasi setelahnya.

"Mungkin ditandai paman Max atau Bright memang lebih baik. Daripada ditandai olehmu yg selalu tidur dengan orang lain padahal sudah menikah sekian tahun."

.

Mew kini berdiri di depan pintu kamar tamu. Tangannya sudah terangkat sejak tadi. Ingin mengetuk pintu dihadapannya. Tapi tangannya terasa amat berat.
Ia lalu memantapkan hati, dan kemudian menarik napas dalam dan mencoba kembali mengetuk pintu. Tapi sama saja, jemarinya tak pernah bisa bersentuhan dengan pintu kayu berwarna hitam itu.
Lalu Mew menghela napas, diturunkannya tangan yg sedari tadi menggantung. Ia hanya menempelkan dahinya disana. Berbisik kecil pada benda mati dihadapannya, berharap bisikan itu sampai ke telinga suaminya.

USWhere stories live. Discover now