8

5.5K 585 36
                                    

"Phi Mew kenapa? Bahkan makanannya tidak dihabiskan." Itu Win, menatap prihatin pada punggung sepupu satu-satunya.
"Mungkin masih kenyang. Dia datang ke restaurant saat kau sudah pulang, Win. Dia sempat makan agak sore." Gulf tidak merasa ada yang aneh.
"Tapi aku rasa phi Mew dalam mood yang kurang bagus." Win memang peka.
"Dia memang selalu seperti itu" balas Gulf datar, kemudian melanjutkan makan.

Win yang melihat itu hanya mengangkat bahu sebentar. Yaa, tau apa dia tentang sepupunya jika di bandingkan dengan iparnya ini? Win memilih acuh dan mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.

Berbeda lagi dengan Bright yang makan sambil melirik sisi kirinya. Ia tau Kananya sedari tadi melirik kecil ke arahnya. Ia menikmati ini. Itu berarti, Kana penasaran padanya.
.
.
Acara selesai di pukul 10 malam. Sebenarnya ini hanya makan malam, tapi yang di undang semuanya bau uang. Kaya.

Saat akan pulang, Win mencegat Gulf.

"Phi akan berjalan sendiri?"
Gulf tersenyum kecil, memegang pundak Win lalu menjawab,
"Win, aku bukan anak kecil, aku bukan anak gadis, aku bukan wanita, aku tidak mabuk. Aku lebih dari mampu untuk pulang sendirian."

"Ya. Tapi phi seorang omega."

Gulf terdiam. Ia memang omega, tapi ia tidak selemah itu. Ingin sekali membantah, tapi Win lebih cepat berbicara
"Biarkan suamiku yang mengantarmu. Ya phi?"
"Tapi Win-"
"Ayolah phi. Aku tak mau diomeli Phi Mew. Kau tak boleh pulang sendiri. Bungalow kalian berada paling ujung Phi. Siangnya saja kelihatan luas dan indah. Malamnya malah jadi menyeramkan."

Justru itu Win, aku tak mau Mew melihat kami berdua. Aku tak mau kejadian dulu terulang.

Saat Gulf sudah ingin membantah, Bright muncul di samping Win.
"Ya. Biar aku antar, Ipar."

Gulf menoleh. Sumpah, senyuman itu benar-benar ia rindukan. Terang sekali. Hangat sekali.

"Ya. Biar phi di antar phi Bright. Baiklah, setelah itu susul aku ke kamar. Oke phi?"
Dan setelah itu Win langsung berbalik dan berlari ke dalam ruang aula. Menyusul ayah dan papanya mungkin.

Gulf yang ditinggal berdua dengan Bright hanya bisa tersenyum canggung.
"Tak usah mengantarku, Bright. Aku bisa pulang sendiri. Sampai jumpa."
Gulf langsung berbalik. Hendak berlari jika saja suara itu tak terdengar.

"Kau tak merindukanku, Kana?"
Suara itu, lembut sekali, hangat sekali. Masih selembut dulu, sehangat dulu.

Dan pertahanan Gulf runtuh. Sudah sedari tadi ia menahan semuanya. Sedari tadi, ia terus mengingatkan pada diri sendiri, Bright yang berdiri di sampingnya sekarang adalah suami Win, bukan Bight cinta pertamanya.

"Jangan menangis disini. Setidaknya tahan sampai beberapa meter ke depan. Semua tamu masih dapat melihat kita."

Lalu Bright berjalan pelan, yang mau tak mau Gulf ikuti beberapa langkah di belakang.
Sebenarnya Gulf sudah tidak bisa menahan tangis. Tapi ia tak bersuara sedari tadi. Ia berjalam menunduk. Matanya penuh dengan air mata. Bibir bawahnya ia gigit kuat.
Makin lama matanya makin buram. Ia hanya mengikuti jejak Bright walau samar. Hingga tiba-tiba ia berjalan masuk ke pelukan hangat seseorang.
Tunggu, seingatnya ia berjalan mengikuti jejak Bright, bukan berjalan menuju pelukan Bright. Karena Gulf tau siapa yang kini tengan memeluknya erat. Ini Wangi Bright. Ini pheromon Bright. Samar, tapi masih Ia ingat jelas.

"Bright?"
Tak ada jawaban.
"Bright.."
Masih sunyi.
"Baii..." kali ini Gulf sedikit mendorong Bright, plus ada sedikit nada rengekan disana. Gulf bahkan lupa, ia baru saja menangis sepanjang jalan.

"Sebentar saja, Kana. Aku benar-benar merindukanmu." Kali ini Bright menjawab. Tapi bukannya melepas, Bright malah mengeratkan pelukannya.
Kali ini ia bahkan meletakkan wajahnya di perpotongan leher Gulf.
"Kana tidak rindu?"

USDonde viven las historias. Descúbrelo ahora