7

5.8K 611 66
                                    

"Phi, masih ingin disini?"
"Ya, Win. Phi disini saja. Buat apa berangkat jauh-jauh ke Phuket kalau seharian di kamar saja?"

Dusta. Penipu. Gulf hanya tak mau kembali kesana, setidaknya belum. Ia sekarang lebih memilih duduk di restaurant hotel. Sekitar sejam yang lalu, Win sengaja datang ke kamar Gulf dan Mew, hanya untuk mengajak makan siang. Yang tanpa Win sadari telah menyelamatkan Gulf dari situasi berbahaya, bagi hatinya.

Sekarang Gulf tinggal sendiri, setelah beberapa menit lalu Win pamit kembali ke kamarnya. Katanya, suaminya telah datang, bersama ayah Mew. Yang tentunya mengagetkan Gulf. Kemarin katanya beliau tak bisa datang.
Memangnya berapa lama penerbangan dari Swiss ke Thailand?

Tak ingin ambil pusing, Gulf kembali menikmati minumannya, Lemonnade.
Sebenarnya Gulf sudah sangat bosan. Sekarang sudah pukul 3 sore, ponselnya tertinggal di kamar mereka, dan ia sendiri. Gulf perlahan meletakan kepalanya di meja. Sepertinya tak apa istirahat disini sebentar.

"Mahkluk tidak berguna."

Gulf terkejut. Matanya langsung terbuka, badannya langsung terduduk tegak. Itu suara ayah mertuanya. Tuan besar keluarga Jongcheveevat itu masih terlihat bugar di usia akhir 50an. Tatapan mata itu sama dinginnya dengan sang anak. Tapi selalu ada sesuatu dalam sorot mata dingin itu yang membuat Gulf tak nyaman.

"Selamat sore, ayah." Gulf tetap berusaha sopan.
Tn. Jong duduk begitu saja di kursi yang sebelumnya ditempati Win, berhadapan Gulf.
"Lima tahun dan kau belum juga punya anak? Kau impoten?" Sinis sekali nada bicaranya.
"Sudah kubilang kan, kau hanya punya satu tugas. Lahirkan keturunan Jongcheveevat. Itu saja kau tak bisa."

Ahh, lagi-lagi. Ini yang Gulf benci saat bertemu mertuanya ini.
"Kau omega, tapi tak bisa punya keturunan. Memalukan. Ck."
Gulf masih menunduk. Tak bisa banyak bicara, tak tau harus membalas apa.

"Kalau kau berpikir aku tak tau Mew jarang menyentuhmu, kau salah. Aku tau semuanya. Kau tidak menarik. Itu masalahmu."

Kalimat barusan, entah mengapa tiba-tiba menampar Gulf sedemikian rupa. Ia entah mengapa langsung mengingat kejadian di kamar mereka, dan mau tak mau, pikiran Gulf mulai membandingkan dirinya dengan Newwie.

Kulit Newwie putih bersih, kulitnya lebih gelap dari Mew.
Tubuh Newwie lebih berisi dan montok, bagian berisi dari tubuh Gulf hanya perutnya yang sedikit buncit.
Wajah Newwie cantik dan seperti bayi, wajahnya bahkan harus merangkak di baris rata-rata.
Rambut Newwie terlihat halus, hitam dan lembut, rambutnya coklat, kasar bergelombang.
Bibir Newwie terlihat segar dan lembut, bibirnya terlihat aneh.

Masih banyak cacat fisiknya yang tiba-tiba saja muncul dalam pikiran Gulf, sampai hinaan lain menggoda masuk ke telinga Gulf.

"Setidaknya, jika kau tak bisa menarik hati anakku, ambil dan pakai benda di selangkangannya dan buat statusmu sebagai omega berguna. Tentunya selagi anakku mau memakaimu."

Kalimat itu masih sempat Gulf dengar sebelum bunyi kasar yang lain terdengar.

Traak

Meja di hadapannya bergetar sebentar. Gulf lalu menoleh ke samping, arah suara tadi. Disana, berdiri suaminya dengan kaos putih tanpa lengan, bekas ciuman di leher, dan sepiring nasi putih yang di lempar kasar ke atas meja. Di susul beberapa orang yang mengantarkan lauk pauk, hingga memenuhi meja berisikan tiga orang pria itu.

Gulf bingung, sejak kapan Tuannya disini.
Dan setelah semua makanannya terhidang, Mew bukannya langsung duduk, ia malah melihat ke arah Gulf.

"Gulf."

Yang di panggil mendongak, tak berkata apapun, hanya melihat ke dalam mata Mew.
Jemari Mew bergerak perlahan, menyelinap di antara rambut Gulf. Menahan kepala belakangnya yang mendongak, lalu menciumnya perlahan. Lembut sekali.

USWhere stories live. Discover now