26

3.9K 463 60
                                    

"Kita kemana?"
"Kantorku. Aku tak bisa mengantarmu pulang, Gulf. Jadi ikut saja bersamaku."

Pasangan berparas luar biasa indah itu memasuki mobil porsche yg biasa dikendarai si dominan. Keduanya membelah jalanan tanpa suara.

Gulf hanya mengikuti Mew, kali ini terlihat senang. Bagaimana tidak, ia merasa bahwa setidaknya kali ini Mew tidak meninggalkannya dalam gelap dan berusaha sendiri menyelesaikan segalanya. Setidaknya kali ini suaminya menagajaknya ikut dengannya.

Sesampainya di kantor Mew mereka langsung menuju ruang kerjanya, dan disana Kaow dan Off sudah duduk di sofa dengan ponsel di masing-masing telinga dan tangan beberapa kali menulis sesuatu.

"Cintaku, kau duduk disini saja ya. Kami akan mencoba melacak sejauh mana ayah melangkah."
Mew berkata setelah mendudukan Gulf dengan lembut di kursi kebanggannya. Lalu mengecup singkat bibir Gulf yg mengundang deheman tanda sedikit iri dari bibir kedua orang lainnya.
Yang membuat Gulf mendorong Mew pelan, dan berakhir Mew membawa dirinya ikut duduk di sofa ruang kerjanya.

Setelahnya Mew dan dua orang lainnya mulai berbicara di ponsel masing-masing, sambil sesekali mengecek layar iPad ataupun mencoret-coret sesuatu pada kertas di meja.

Gulf yg tak kebagian melakukan tugas apapun langsung berinisiatif memeriksa meja kerja Mew. Sebenarnya agar ia tak bosan.
Ia mulai kerjaan anehnya dari laci barisan kiri.

Laci paling atas berisi satu fotonya, sedang tertidur lelap. Laci itu hanya berisi foto itu saja. Padahal di atas meja kerja Mew sudah ada dua bingkai foto. Satu foto pernikahan mereka, satunya lagi foto dirinya sedang tersenyum lebar.
Laci kedua berisi beberapa berkas yg Gulf tak mengerti. Begitu juga laci ketiga.

Tak ada yg istimewa pada laci pertama di sebelah kanan, namun Gulf menemukan begitu banyak amplop coklat di laci kedua. Ia lalu membukanya satu persatu. Dan Gulf kaget begitu melihat isinya adalah surat perceraian.
Ia lalu menghitungnya. Hanya iseng. Dan jumlahnya sama persis dengan jumlah hari setelah ayah mertuanya datang tempo lalu.

"Dia mengirim itu setiap hari ke pintu rumah kita. Aku tak mau kau melihatnya, jadi kubawa saja kemari. Siapa tau kau tiba-tiba berpikir menandatanganinya seperti pertama kali dulu."
Gulf sudah bilang, Mew itu seperti punya mata di bagian lain kepalanya.

Saat ini jelas-jelas mereka bertiga sedang tertunduk dan berkonsentrasi pada tugas masing-masing. Tapi Mew masih saja tau apa yg sedang Gulf lakukan, bahkan tanyakan dalam hatinya.

"Kenapa tak dibuang?"

"Nanti kukirim kembali padanya, tiap hari di jam yg sama."
Isengnya mulai muncul.

Saat sampai pada laci paling bawah, Gulf menyadari hanya laci itu yg terkunci.
Kombinasi tombol.
Ingin bertanya pada Mew, tapi tentu ada alasan mengapa tempat itu terkunci.

Iseng, Gulf memasukan tanggal lahir suaminya, tak bisa. Ia melirik pada suaminya, sepertinya mereka tak terganggu dengan bunyi barusan.
Percobaan kedua Gulf memasukan tanggal pernikahan mereka. Masih salah.
Ketiga tanggal lahirnya, masih juga salah.

Gulf mulai berpikir, dan satu kombinasi angka lain muncul dalam kepalanya. Ia lalu memasukan tanggal lahir ibu mertuanya dan bunyi klik kecil terdengar.

Gulf sudah tak memperhatikan mereka bertiga, masih menganggap mereka terlalu sibuk untuk mendengar segala yg ia lakukan.

"Suamimu berhasil membukanya, Mew." Itu Kaow. Tangan ketiganya berhenti bergerak saat bunyi klik itu terdengar.
"Biarkan saja." Jawab Mew sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Kau yakin? Di dalamnya ada buku harian ibumu." Kali ini Off, yg membuat Kaow kaget. Karena jujur saja Kaownah sendiri sebagai sekretaris pribadi Mew bahkan tak tau isi laci itu. Passwordnya saja ia tak tau.

USWhere stories live. Discover now