6

6K 590 96
                                    

Gulf berlari sekencang yang ia bisa. Getaran dan dering dari benda di tangannya sudah berhenti beberapa saat lalu. Tapi, dengan kesunyian yang ada Gulf merasa semakin takut. Ia sungguh takut akan resiko yang menantinya. Ia takut akan... suaminya.
Gulf semakin memaksa tubuhnya saat ia melihat pintu kecoklatan itu. Pintu bungalow mereka. Dengan tanpa memikirkan hal lain Gulf langsung saja membuka pintu, berharap ia tak terlambat untuk apapun yang Tuannya inginkan.

Dan Gulf menyesali itu.
Ia amat sangat menyesal, karena disana, di tempat tidur mereka, yang bahkan belum sempat ia pakai, Gulf melihatnya dengan jelas. Tuan muda Jongcheveevat, Tuannya, Suaminya, sedang dalam tahap awal menuju surga dunia. Siapapun manusia yang sudah mendapatkan pendidikan seks, entah berapapun usianya, akan segera tau bahwa yang dilakukan dua orang dewasa di atas ranjang itu adalah bagian dari foreplay.

Mew disana, bersandar di kepala ranjang, dengan kedua tangan berurat meremas bokong pemuda di pangkuannya. Sedangkan si pemuda tengah melakukan sesuatu pada leher Mew, karena wajahnya ada disana, membelakangi Gulf.

Semua kegiatan terhenti. Mew, pemuda itu yang terkejut bahkan sampai tak bisa berbalik menatap Gulf, dan Gulf sendiri yang masih memegang knop pintu.

"Maaf Tuan, saya hanya berkeliaran di pantai dekat sini." Gulf duluan bersuara. Tapi suaranya bergetar. Gulf sendiri tak tau kenapa. Mungkin ia takut, mungkin juga hal lain. Intinya, dadanya sesak. Mungkin karena berlari.
"Tuan?" Suara Mew dingin terdengar di telinga Gulf.
"P-Phi. Maaf, phi"
Gulf kelepasan. Ia terlalu takut, terlalu bingung. Pernah sekali Mew memarahinya karena memanggil Mew Tuan. Katanya, terlalu berjarak. Padahal, Mew tidak pernah sedikitpun mencoba mengikis jarak itu.

Suasana kembali hening. Gulf menunduk, bingung, tak mungkin kan ia terus-terusan disini. Jadi, dengan keberanian yang masih tersisa Gulf mencoba pamit.
"Phi, karena kau sepertinya sibuk, aku akan keluar. Aku tak akan kemana-mana. Hanya duduk di lobby."
Saat Gulf hendak menutup pintu, suara Mew terdengar lagi.
"Kata siapa kau boleh pergi? Kemari. Duduk di sampingku."
Dan saat mendengar itu, Gulf reflek mengangkat wajah. Duduk? Disamping? Tapi jelas-jelas mereka akan bercinta. Mengapa mengajak Gulf duduk disana?

"Kemari, Gulf."
Lagi. Suara dingin itu terdengar.
Mau tak mau, Gulf melangkah ke arah ranjang. Dalam setiap langkahnya, Gulf mencoba menenangkan diri.

Ikuti saja, Gulf. Kau bisa. Diam dan ikuti. Jika kau diam, semua aman.
.
.
"Mhm.. mmmm... mhkm"
Sedari tadi hanya suara-suara sejenis yang terdengar, pemuda tadi , yang berada di pangkuan Mew, sekarang tengah melakukan blow job. Pemuda itu terus menerus memaju mundurkan kepalanya di selangkangan Mew. Sedangkan Mew masih pada posisi awal, tapi bedanya kali ini ada Gulf yang duduk di samping kanannya.

Mungkin sudah lima menit lebih Gulf duduk disana, tanpa bereaksi apapun. Kepalanya tertunduk, tak berani melihat ke asal suara, matanya menatap lurus ke arah kedua tangannya yang saat ini berada di pangkuannya, kulit lengannya kadang bersentuhan dengan kulit Mew. Ranjang besar berukuran king size itu sengaja Mew biarkan kosong di sisi kiri. Gulf duduk terhimpit, antara nakas dengan lampu tidur di atasnya, dan Mew yang tengah di puaskan.

"Kau kemana tadi?" Pertanyaan Mew sempat membuat si pemuda berhenti sejenak, lalu kembali bekerja.
"Berjalan-jalan, Phi. Hanya sekitaran resort. Kebetulan melihat bar pinggir pantai, singgah sebentar untuk minum." Gulf berusaha sedetail mungkin.
"Bersama siapa?" Mew agak menggeram di akhir. Sepertinya ada yang akan cum.
"Sendirian, phi."
"Yakinnhh"
"Ya, phi."

Dan dengan jawaban Gulf, si pemuda tadi sukses menyelesaikan kerjanya. Gulf sebenarnya benar-benar terganggu sedari tadi. Bukan karena kegiatan dua orang di sampingnya, ia tak terlalu ambil pusing. Tapi pheromon. Pheromon Mew benar-benar terasa sekarang, mungkin karena Gulf sekarang tau, bahwa bau ini adalah pheromon Mew. Wewangian ini jadi berdampak aneh padanya, pada tubuhnya.
Gulf melirik ke samping, Mew sedang memejamkan matanya, dengan tangan kiri menutup matanya. Kepalanya mendongak. Gulf bahkan tak yakin Mew mendengar jawaban terakhir darinya tadi.

USWhere stories live. Discover now