5

6.1K 650 14
                                    

Sudah seminggu sejak Gulf berolahraga menggunjungi setiap bangunan di tanah utama ini, dan dua hari yang lalu ia baru saja menyelesaikan heatnya. Seperti kata Tuannya, ia sendiri di heatnya kali ini. Tanpa Mew. Bukan masalah besar bagi Gulf, mereka belum mating.
Biasanya, Omega yang terbiasa 'ditemani' saat heat akan kesusahan bila sendirian saat heatnya datang. Tapi tidak dengan Gulf. Ia membiasakan diri. Apalagi sejak ia mengetahui alasan Tuannya tak menghabiskan Rutnya bersama. Gulf mengerti, ia tak berniat ditandai oleh tuannya. Ia mengerti bahwa kebersamaan mereka selama heat Gulf murni karena insting Mew. Tak lebih.

Gulf sedang menyiram bunga-bunga cantiknya saat ia mendengar suara mobil masuk ke garasi samping rumah mereka. Suara mobil Tuannya. Tak lama, ia bisa melihat mereka. Suaminya dan Kaownah.

"Selamat siang, phi" Gulf langsung menyapa Mew setelah meninggalkan pekerjaannya menyiram bunga, tak lupa tersenyum manis pada Kaownah.
"Masuk sebentar. Ada yang perlu kubicarakan" lagi, tanpa balas menyapa Mew langsung melangkah masuk. Meninggalkan Kaownah dan Gulf di depan pintu rumah.

"Gulf.. " sapa Kaownah. Tak enak dengan kelakuan dingin Bossnya. Bagaimana hubungan mau berkembang kalau yang dominan saja tak mau bergerak.
"Ya, Kaow?"
"Bersabarlah. Mew, dia tak bermaksud" Kaownah mencoba sedikit membela bossnya.
"Aku tau. Lagipula, tak ada pengaruhnya. Aku sudah terbiasa, Kaow." Gulf menjawab dengan senyuman manisnya.

Kaownah kemudian pamit. Ia harus mengurus sesuatu bersama Mild. Urusan makan malam penting katanya. Tapi sebelum Kaownah benar-benar pergi,
"Jangan, Gulf. Jangan terbiasa dengan sikap diamnya. Tolong..." ia lalu berbalik, meninggalkan Gulf kebingungan di depan pintu rumahnya.
Tapi, Gulf memilih abai. Ia merasa itu hanya Kaownah yang tak enak padanya. Basic attitude, maybe?

Gulf berbalik, masuk kedalam rumah dan berjalan menuju ruang kerja suaminya.

Tok tok tok

"Phi, ini aku. Gulf."

Diam, tak ada respon apapun.

"Phi..?"

Masih diam.

Apa ia mandi dulu, baru kita bicara? Tapi tadi katanya penting. Gulf membatin, sambil sedikit menggelengkan kepala. Ia kemudian berbalik, mencoba mengecek kamarnya. Tapi

"Ekh_" Gulf kaget bukan main. Saat ia bru saja berbalik hendak menuju tangga, ia disambut wajah suaminya yang berjarak kurang dari 30 senti di depannya.
Perlahan Mew memajukan wajahnya, dengan tangan sebelah kanan perlahan naik ke sisi kiri Gulf.
"Lain kali, tak usah diketuk. Ini ruang kerja suamimu, bukan bossmu. Disini, ataupun di kantor nanti. Jika kau ingin masuk, tak usah mengetuk. Kau sejajar denganku, Gulf. Kau bukan pegawai atau bawahanku."

Cklek.

Dengan selesainya kalimat Mew, tangan kanannya yang tadi Gulf pikir akan menyentuh pinggangnya, ternyata ia gunakan untuk membuka knop pintu, sedangkan wajahnya yang tadi perlahan mendekat, berhasil mendaratkan bibir ke hidung Gulf.

"Masuklah"

Dan Gulf langsung tersadar. Wajahnya pasti merah sekali sekarang. Suaminya tak pernah begini. Bersikap semanis ini. Ia malu.
Gulf dengan cepat berbalik, berjalan masuk ke ruang kerja Mew dan duduk di salah satu sofa. Berhadapan dengan meja kerja Mew.

Mew yang melihat rona merah di pipi Gulf tersenyum tipis. Ia kemudian mengikuti Gulf dan duduk di samping Gulf. Tak terlalu rapat, tapi cukup untuk merasakan hangat dari samping kirinya.

"Jadi, ada apa?" Itu Gulf. Mencoba berbicara, setelah cukup lama mereka hanya terdiam.
Mew tak menjawab, ia hanya mengeluarkan sesuatu dari dalam jasnya.
Sebuah undangan.

"Pesta ulang tahun pernikahan."
"Siapa?"
Tanya Gulf, tangannya terulur untuk membuka undangan tersebut. Undangannya terlihat mewah. Kertasnya seperti benar-benar bercampur emas.
"Kenalan"
Kertasnya benar bercampur emas. Gulf kemudian membuka, iseng ingin melihat nama.

"Opas-iamkajorn?" Gulf mengernyit. Ia seperti mengingat nama itu. Dimana...
"Astaga!! Win?? Ahh, maksudku Ayah dan Papi Win? Kalau begitu mereka bukan kenalan. Mereka keluarga."
Gulf mengutuk mulutnya. Beraninya ia berteriak di hadapan Tuannya.

"Ya. Lusa. Pestanya di Phuket." Mew langsung berdiri, berjalan ke mejanya.
Dalam pikiran Gulf, Mew menghindar karena risih. Dalam kepala Mew, Gulf terlalu menggemaskan.
.
.
Dua hari berlalu, dan sekarang mereka telah berada di Phuket. Penginapan yang mereka tempati sekarang adalah milik keluarga Mew. Semua tamu undangan menginap di tempat yang sama. Pasti akan ramai sekali pikir Gulf. Penginapan ini lumayan besar.
Ah, ya. Mereka sekeluarga berangkat bersama tadi, kecuali ayah Mew yang memang tak berniat datang, dan suami Win. Katanya masih ada pekerjaan. Padahal Gulf ingin sekali bertemu dengan suami Win. Gulf bahkan sempat kaget saat tau Win sudah menikah, sekitar setengah tahun. Mereka menikah secara privat, dan Mew sudah pernah bertemu suami Win.
Menurut Gulf, Win adalah seorang omega lelaki yang beruntung. Ia kaya.

Dalam perjalanan barulah Gulf mengerti, Paman dan Bibi Mew ini ingin merayakan ulangtahun pernikahan dengan mengenang masa muda mereka. Masa kasmaran mereka di Phuket dulu.
Pantas saja yang dipakai adalah Resort milik Mew, yg adalah milik keluarga Jongcheveevat, keluarga papi Win.

Sore hari, setelah tiba di Resort, Gulf memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Hanya mengunjungi pantai terdekat, kemudian kebetulan ia melihat bar pinggir pantai. Ia memutuskan mampir. Sedikit bernostalgia juga. Walaupun bukan lokasi yang persis sama, tetapi tetap saja, sama-sama Phuket.

Sebenarnya, Phuket juga punya cerita tersendiri untuk Gulf. Phuket itu, tempat ia bertemu orang itu, tempat ia merasakan cinta. Phuket itu tempat ia bertemu sahabatnya. Phuket itu, tempat ia dan sahabatnya sering berlibur berdua. Phuket itu, tempat ia ingin menyerahkan v-cardnya pada seseorang... dulu. Tapi, apa mau dikata, V-cardnya sudah hilang. Ah, bukan hilang. Diambil, oleh orang yang berhak, tapi bukan orang yang diinginkan. Phuket selalu mengingatkannya pada orang itu, pada pria yang berhasil mencuri hatinya pertama kali, dulu sekali... Phuket mengingatkannya pada...

"Bright?"

Saat Gulf ingin mengecek, apakah orang yang dilihatnya benar sahabatnya Bright, ponselnya tiba-tiba berdering.

Nama Mew tertera disana. Gulf lupa. Ia lupa memberitahu Mew ia akan keluar sebentar. Dengan panik Gulf bergegas keluar dan berlari sekencang mungkin menuju resort. Ia tak boleh jauh dari jangkauan Tuannya.
.
.
.
"Sebentar lagi, Kana."
.
.
.
.
.
Tbc

USWhere stories live. Discover now