12

4.9K 555 44
                                    

Pagi menjelang siang, sekitaran pukul 10 beberapa orang sudah berkumpul di lobi resort. Hari ini rombongan terakhir akan pulang, setelah beberapa tamu undangan pulang sore kemarin.
Hanya ayah dan papa Win yang masih tinggal. Ayah Mew sepertinya telah berangkat semalam. Dan sekarang tinggal pasangan BrightWin, salah satu sepupu mereka Thong dan istrinya, dan beberapa sepupu Win yang masih sendiri yang Gulf tak kenal. Oh, dan tentu saja Mew. Yang saat ini tengah berdiri sambil merangkul pinggang Gulf. Sesuatu yang sedari tadi menjadi pusat perhatian banyak orang.

Gulf juga sebenarnya heran, kenapa harus merangkulnya? Kenapa harus menunjukan kemesraan saat tn. Jong sudah memilih penggantinya?
Tapi anehnya, Gulf tidak menghindar atau berusaha melepaskan rangkulan itu. Ia hanya diam saja. Malah terlihat menikmati. Tak sadar ada sepasang mata yang mencuri pandang, tampak tak begitu suka.

Mereka semua sedang menunggu mobil jemputan yang akan mengantar mereka ke bandara.
Saat mobil minibus itu tiba, Gulf dapat melihat New juga ada disana. Bersama 3 anak muda lain, hendak masuk ke dalam mobil yang sama dengan mereka.
Tak mau banyak ambil pusing, Gulf segera melangkahkan kaki saat dirasa tangan Mew mendorong pinggangnya lembut. Minibus itu hanya berisikan 10 kursi penumpang, termasuk samping sopir. Dan Gulf dapat melihat New duduk di samping sopirnya.

Mew dan Gulf duduk di kursi gandeng bagian tengah, dengan Thong dan istrinya di depan mereka, dan Bright dan Win di belakang, dengan seorang pemuda lagi. Sementara 2 kursi single di samping diisi oleh dua sepupu Win Yang entah siapa.

Perjalanannya tak lama. Hanya 20 menitan. Setelah itu, mereka langsung naik pesawat menuju bangkok dan Gulf hanya mengingat sedikit dari perjalanan beberapa jam itu. Ia terlalu mengantuk untuk tetap sadar. Ia memasrahkan dirinya pada rangkulan suaminya di tubuhnya.

Ia tak lagi peduli pada tatapan New pada Mew, atau tatapan Bright padanya, atau tatapan Win pada Bright. Ia lelah.

Tak sampai tiga hari di Phuket, tubuh dan pikirannya sudah diperas habis-habisan.
Ia rindu kehidupan bangkoknya. Ia rindu kehidupan damai dan tentramnya di Bangkok.

Tapi ia sadar, mungkin, setelah ini kehidupan nyamannya di Bangkok pun akan hilang. Dan tanpa sadar, sebutir air mata jatuh dari sudut mata terpejamnya, mengalir menuju pipi, saat tangan besar berurat itu mengusapnya.

Dalam tidurnya, Gulf tak tau sepasang mata yang biasanya tampak dingin itu terus memandanginya sejak tadi. Dengan pandangan lembut memuja. Yang kini tak lagi segan ia tunjukan di hadapan orang-orang. Termasuk pada sepasang mata yang sedari tadi selalu mencuri pandang pada Gulf, mata tak tau diri yang bahkan tak menyadari jika mata pasangannya juga berair saat melihat suaminya memandang begitu memuja pada kakak iparnya sendiri.
.
.
.
Hari sudah mulai gelap saat Gulf membuka matanya. Ia sudah terbaring pada kasur empuk dengan aroma yang sangat ia kenali.
Entah bagaimana, Gulf sudah berbaring di kamar mereka, di rumah mereka, dengan piyama biru tuanya. Gulf pikir, mungkin Mild yang mengangkutnya kesini.

Perutnya berbunyi saat ia melirik jam dekat tv dalam kamar mereka. Sudah pukul 7 malam. Sepertinya tadi Gulf hibernasi.
Ia kemudian turun hendak menuju dapur, saat dilihatnya Mew duduk di ruang tamu mereka, dengan Kaownah di sampingnya dan seorang lagi yg duduk di sofa single, membelakangi Gulf. Sepertinya orang baru, karena Gulf sama sekali belum pernah melihatnya. Yah, Mew memang jarang membawa orang kerumah. Paling sering Kaow.

Gulf kembali berjalan, ingin langsung  menuju dapur, mencari makan atau mungkin harus membuatnya, lalu cepat-cepat kembali lagi ke kamar. Tak berniat mengganggu Tuan dan tamunya.

Gulf sudah hampir sampai di anak tangga terakhir dan akan langsung berbelok menuju dapur saat suara Kaownah menahannya.

"Hai nyonya rumah. Mau kemana mengendap-endap begitu?"
Kali ini, Gulf sedikit mengutuk Kaownah dalam hatinya. Karena dengan itu, Mew juga jadi sadar akan keberadaannya.

USWhere stories live. Discover now