21

4.9K 536 43
                                    

Gulf membuka matanya dengan tenggorokan yg terasa kering luar biasa. Ia melirik pemilik tubuh yg dadanya ia jadikan bantal. Kelopak mata Mew masih tertutup. Gulf lalu beranjak perlahan dari tempat tidur, memakai apapun pakaian terdekat yg ia bisa gapai. Tadi Mew hanya sempat memberikan boxer baru padanya, karena itu mereka tidur tanpa atasan.

Gulf lalu membawa tubuhnya menuruni tangga. Rasanya seluruh tubuhnya remuk. Apalagi pinggangnya.
Kakinya ia bawa perlahan, ia sempatkan untuk menyalakan lampu di beberapa ruangan.

Saat telah berhasil mencapai dapur, Gulf segera membuka kulkas dan mencari air. Rasanya lega luar biasa saat air dingin mengaliri tenggorokannya.
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu depan rumahnya. Gulf penasaran, kira-kira siapa. Padahal seingatnya sebelum mereka melakukan itu suaminya sudah berpesan agar mereka tidak diganggu. Ahh, wajahnya terasa panas hanya dengan mengingat semuanya.

Ketukan itu terdengar lagi, Gulf lalu meninggalkan gelasnya di dapur dan menuju pintu depan.

"Hai"
"Phi, kenapa kesini?"
"Memeriksamu" balas Mild santai sambil menerobos masuk ke rumah itu.

Gulf hanya mengangkat bahu, sekalian bersiap dengan apapun tujuan Mild datang kemari.

"Kemari, Gulf. Duduk di sini." Katanya sambil menepuk-nepuk salah satu kursi di meja makan yg posisinya menghadap dapur.

Gulf hanya mengangguk lalu memposisikannya untuk duduk secara perlahan.

"Uurghh." Suara Gulf terdengar saat mencoba duduk. Mild hanya tersenyum, lebar sekali tapi.

"Kau ingin makan apa?"
"Terserah padamu, phi. Aku terlalu lapar untuk berpikir."
"Yang sederhana saja, ya? Kalau hanya nasi goreng, kau mau?"

Mild terlihat seperti kakak yg tak pernah Gulf punya jika seperti ini. Gulf sedikit tersentuh. Ia lalu tersenyum sambil melihat Mild bekerja.
Setelah makanannya tersaji di meja dan Gulf sudah mulai memakan makanannya, tujuan Mild datang mulai terlihat.

"Jadi... kenapa seluruh bawahan mendapat perintah don't disturb dari tuan muda kami?" Mild bertanya dengan senyum lebar dan alis naik turun

Gulf menyesal sempat tersentuh, harusnya ia tahu Mild punya tujuan lain.

Gulf mendengus, tapi kemudian menjawab juga. "Kau pasti tau alasannya phi."

"Kata siapa? Aku tidak." Jawabnya dengan tampang sengaja dibuat polos, belum lagi kedipan perlahan kedua matanya.

"Ck. Ya sudah kalau tak tau, selamanya tak tau justru lebih bagus." Kesal Gulf, lalu tangannya kembali menyuap makanan di hadapannya. Ia lapar sekali.

"Kau ini, boss tak mau diganggu, apapun alasannya, di rumah, bersamamu. Rumah ini terisolasi sekitar 6 jam. Kau harus bersyukur karena aku selalu memantau, dan saat lampu rumah ini menyala, aku tau Mew sudah selesai denganmu." Mild terlalu bersemangat, tapi Gulf suka. Ini hiburan tersendiri buatnya.
"Lehermu penuh bekas percintaan, kau hanya mengenakan kemeja dan boxer, bibirmu bengkak, tampilanmu kacau, jalanmu aneh. Jadi aku hanya mau memastikan, apakah kalian..." Mild tak meneruskan, tapi matanya menggoda Gulf habis-habisan.

"Hentikan phi. Aku sedang makan. Berhenti bicara hal aneh." Gulf masih melanjutkan makannya.

Decakan tak puas Mild perdengarkan. Dan Gulf tertawa dalam hati, mengerjai phi Mild memang selalu seru.

"Phi..." panggilan Gulf mengundang Mild mengangkat wajahnya, saat ia menunduk karena berpikir Gulf tak akan membuka mulut padanya.

Dan mata itu membulat terkejut diawal, saat ia melihat Gulf menarik kerah leher sebelah kiri dan menunjukan bekas gigitan Mew disana.
Tapi kemudian, "hiks" Mild terdengar menangis.

USWhere stories live. Discover now