16

4.9K 532 75
                                    

Lima tahun pernikahan mereka, baik Gulf maupun Mew tak pernah benar-benar merasakan kehidupan pasangan yang keduanya idam-idamkan. Mereka justru saling menghindar, terkesan saling mengabaikan. Padahal sebenarnya, keduanya punya angan yang sama untuk kehidupan pernikahan ideal, tak perlu seperti dongeng, cukup dipenuhi kehangatan dan kejujuran. Kehidupan keluarga yg saling terbuka dan mengerti, yg saling melengkapi.

Dan setelah malam itu, angan mereka perlahan menjadi nyata. Setidaknya, keduanya tidak terlihat seperti dua orang asing yang tinggal seatap sekarang. Mereka terlihat seperti dua remaja pada masa penjajakan. Yang dominan terlihat kasmaran dan yang submisif terlihat malu-malu. Terlihat manis.

"Jadi... sekarang bagaimana?"
"Apanya yg bagaimana?"
"Kalian. Kalian sekarang bagaimana?"
"Kalian siapa? Dan bagaimana apanya phi?"

Gulf balik bertanya, tak kalah bingung dengan wajah Mild di sampingnya. Kedua orang itu sekarang tengah berada di dekat kolam renang. Seperti biasa, menghabiskan waktu luang berdua sambil bercerita. Kadang Mild lebih terlihat seperti teman bagi Gulf, bukan kepala pelayan di mansion besar itu. Sedikit banyaknya hal itu memang benar, Mew sengaja membawa Mild kesana agar bisa menemani dan menjaga Gulf.

"Gulf, aku sedang tak bercanda. Kau dan Mew. Sesuatu terjadi. Ada apa? Kapan? Astaga aku sangat penasaran."

Mild tak tahan lagi. Sudah seminggu dari kejadian ia membelai rahang Mew dan segalanya tentang kedua manusia itu berubah menjadi manis. Mew yg selalu berangkat kerja dengan senyum lebar, Gulf yg sama gilanya karena tersenyum hampir sepanjang hari, dan beberapa gerak tubuh mereka yg terlihat jauh lebih intim. Mild penasaran, sangat penasaran. Ia seperti akan mati jika tak mendapat pencerahan sekarang.

Tawa kecil Gulf terdengar, wajah itu memerah, terlihat bahagia. Ekspresi yg sejak lama ingin Mild lihat, dan ia berharap tawa bahagia Gulf itu ada karena Mew. Kedua orang itu terlalu sayang jika tak bersama, mereka terlalu serasi, pas. Mereka tepat saat bersama.

"Selama ini kau benar phi. Aku seharusnya lebih berani untuk berbicara padanya." Senyum bahagia itu terlihat menyenangkan, bahkan untuk Mild.
"Jadi, mau bercerita, Nong?" Mild penasaran.

Gulf lalu menceritakan semuanya, alasan ia dapat tersenyum lebar tiap saat. Bagaimana Mew datang dan menjelaskan padanya malam itu di rumah orangtuanya, minus segala hal tentang ayah mertuanya tentu saja. Lalu hal-hal baru yg mereka berdua lakukan setiap harinya. Makan bersama, menonton TV bersama sambil bercerita, mendengarkan cerita Mew soal pekerjaanya, tidur dalam pelukan masing-masing, dan segala hal kecil lain yg selalu Mew lakukan dan berdampak bersemunya pipi Gulf.

"Jadi, kalian sudah..." Mild sengaja tak menyelesaikan kalimatnya.
Tawa lepas Gulf terdengar "Tidak phi. Mungkin nanti, di masa heatku."

Mild tentu saja terkejut. Apa Gulf memang sepolos itu?
"Gulf, aku bukan berkata tentang matting. Maksudku soal seks biasa, antar pasangan yg sudah menikah." Sepertinya Mild harus to the point.
"Ya phi. Itu maksudku. Rut phi Mew mungkin masih lama, jadi kita belum bisa, kau tau.. emmm, matting." Senyum Gulf kelewat polos untuk orang yg sedang bercanda.

Dan telapak tangan Mild mendarat pada dahinya. Kasian sekali Mew...

"Gulf, apa kau pikir pasangan melakukan seks hanya saat heat dan rut?" Mild bertanya lembut, berharap jawabannya adalah bantahan.

Tapi wajah manis dan polos itu, kepala kecil itu, mengangguk. Dengan ekspresi wajah yang seolah mengatakan tentu saja seperti itu.
Mild kehilangan kata. Apa ia harus memberi kursus tentang kehidupan seks dalam rumah tangga pada Gulf? Ia bahkan belum menikah, usia mereka pun hanya terpaut dua tahun.

"Phi, mungkin phi Mew sudah mendapatkan jatah hariannya. Kau tau kan..."
"Aku tak tau. Memangnya darimana ia dapat jatah kalau tak kau kasih Gulf, astaga."
"Aehm, maksudku, dari orang itu."
"Orang_ siapa Gulf?" Mild bertanya keheranan.
"Ayolah phi, kau sendiri yg memberitahu namanya padaku dulu. Newwie."

USWhere stories live. Discover now