TOUCH

173 20 2
                                    

Hari ini Velicia berencana untuk mengunjungi toko buku terdekat yang ada di pusat kota.

Tapi dia enggan pergi sendiri karena dia belum terlalu mengenal kota ini dengan baik. Tadi pagi dia sudah mengajak Nichole tapi Nichole tidak bisa karena ia ada kuliah tambahan sampai jam 7.00 malam.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk menghubungi Jose.

"Apa kau sibuk?"tanya Velicia melalui sambungan telepon.

"Tidak. Tentu saja tidak. Ada apa?"balas Jose.

"Aku ingin pergi ke toko buku tapi aku tidak punya teman".

"Kalau begitu tunggu aku, aku akan menjemputmu sekarang".

Tak lama kemudian bel apartemen Velicia berbunyi. Velicia tahu ini Jose karena baru 2 orang yang ia kenal dekat. Velicia membuka pintu.

"Apa kau terlalu lama menungguku?"kata Jose.

"Tentu saja tidak Jos"jawab Velicia.

" Maaf aku merepotkanmu tapi aku benar benar butuh seseorang untuk menemaniku"tambahnya.

"Its okay Vel. Aku merasa jadi berguna sebagai tetanggamu".

Velicia tersenyum geli lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil sekaleng minuman bersoda lalu memberikannya pada Jose.

"Minumlah. Aku tidak tahu kau suka apa. Atau kau ingin makan sesuatu?".

"Thanks Vel. Tapi ini saja. Sisakan tawaranmu untuk lain kali karena mungkin aku akan sering berada di apartemen mu nanti".

"Terserah kau saja, apapun yang kau inginkan tuan".

Mereka berdua tertawa terbahak- bahak. Akrab.

"Kurasa kita harus berangkat sekarang sebelum kau berubah pikiran Vel karena terus berbicara denganku".

"Lets go Sir".

Mereka berdua lalu berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lobi.

Lucy Parson's Center.

Sebuah toko buku terkenal di Boston karena menyediakan berbagai jenis buku bacaan. Bukan hanya itu tapi disini juga terdapat loak buku second yang tentu saja harganya ramah di kantong mahasiswa seperti Velicia.

Dan disinilah Velicia dan Jose sekarang. Velicia sangat takjub dengan tempat ini, maklum dari kecil Velicia suka membaca buku apalagi yang berhubungan dengan bisnis dan sejenisnya.

Velicia sibuk memilih buku yang ia butuhkan sementara tanpa diketahui Velicia, Jose menghubungi seseorang lewat chat.

"Apa kau sibuk sekarang?"_____ J.

"Tentu saja aku sangat sibuk. Aku bukan pengangguran "____ P.

" Baiklah. Terserah kau saja".____J

Jose menghentakkan kakinya dengan kasar hingga membuat Velicia terkejut dan memandangnya.

"Apa kau bosan Jos?"tanya Velicia.

"Tentu saja tidak nona, maafkan aku tadi aku hampir terpeleset"bohong Jose.

"Ohh...ya sudah. Aku kira ada apa".

Velicia melanjutkan memilih buku yang akan dibeli.

"Vel. Bolehkah kita mengambil sebuah foto disini? Hitung-  hitung sebagai kenangan persahabatan kita".

"Tentu saja".

Velicia lalu menarik tangan Jose menuju sudut rak buku. Kemudian Velicia merapatkan tubuhnya ke arah Jose.

"Miringkan kepalamu Jos"pinta Velicia.

Velicia lalu meletakan kepalanya di bahu Jose dan tersenyum manis.

"Chesee".

Satu jepretan membuat wajah mereka berdua terpampang di layar handphone Jose.Mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

"Thanks Vel. Nice pic".

"Its okay Jos".

Velicia melanjutkan memilih buku.

Sementara itu....

Pirentz sedang berada di kantornya dan berkutat dengan banyak berkas yang menumpuk di mejanya.

Ting!!!
Bunyi notifikasi masuk di telepon selular miliknya. Ia mengangkat kepala dan melihat nama Jose di layar. Ia mengabaikan dan melanjutkan pekerjaannya.

Ting!!!!!
Bunyi notifikasi untuk kedua kalinya. Ia melihat nama Jose lagi lalu dengan kesal ia membuka pesan chat itu.

Ia sangat terkejut melihat foto yang dikirim Jose. Dengan sangat kesal ia langsung menekan tombol panggilan dan meneleponJose.

Panggilan masuk tapi diabaikan oleh Jose. Ia mencoba sekali lagi dan hasilnya sama.

"Dia membalasku"gumam Pirentz geram.

Ia lalu memanggil sekertarisnya Davina.

"Apa kau tahu ini dimana?".

"Memangnya ada apa sir?".

"Jawab aku! Cepat!"bentak Pirentz.

"Sepertinya itu di Lucy Parson's Center sir".

Tanpa membuang waktu ia lalu mengambil mantel dan kunci mobil dan bergegas keluar dan langsung menuju lift khusus yang akan membawanya ke lobi.

Dengan tergesa - gesa Pirentz menuju mobil yang sudah disiapkan sopirnya.
"Aku akan menyetir sendiri".

Sepanjang perjalanan ia terus mengumpat dalam hati. Bahkan beberapa kali ia kesal karena lampu merah yang terlalu lama durasinya.

Awas kau Jose. Jangan macam-macam dengan milikku!

Pirentz bicara sendiri seakan Jose ada di hadapannya. Ia tak sabar untuk tiba di toko buku itu.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now