PIRENTZ'S PENTHOUSE

82 11 0
                                    

Velicia terbangun saat alarm ponselnya berbunyi. Segera turun menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

Semalam ia menginap di penthouse Pirentz. Setelah merayakan Valentine, Pirentz mengajaknya untuk candle light dinner.

Dibantu Bradley untuk menyiapkan semuanya ternyata gelas minum mereka telah diisi dengan alkohol mahal yang tentu saja sangat memabukan.

Pirentz yang mabuk tak bisa mengantarkan Velicia pulang jadi ia menginap di salah satu kamar kosong yang ada disamping kamar Pirentz.

Mereka memang sepakat untuk menjalani hubungan dengan benar sampai tahapan menikah nanti. Jadi Pirentz setuju untuk menjaga komitmen itu. Ia sangat menghormati Velicia dan harga dirinya.

Keluar dari kamar mandi Velicia hanya mengenakan bathrobe saja. Ia menuju dapur untuk membuat sarapan. Isi kulkas Pirentz menyediakan segala sesuatu.

Pirentz sangat menjaga kesehatan tubuhnya, ia lebih suka masakan rumahan yang fresh dan sehat.

Velicia membuat ommelete dan salad sayuran. Tak lupa ia memanggang beberapa potong roti gandum yang diberi isian sayuran dan telur setengah matang. Dan sebagai minuman , 2 gelas susu putih hangat ia siapkan.

Ia menuju kamar Pirentz dan mengetuknya. Tak ada sahutan dari dalam, ia memberanikan diri untuk membuka pintu perlahan dan ia mendapati Pirentz masih tertidur nyenyak.

Ia Mengambil remot lalu mematikan AC. Lalu mendekati ranjang dan duduk disisi tempat tidur. Tangannya mengelus rambut lembut Pirentz lalu mengecup bibirnya singkat.

"Morning Rentz".

Pirentz mengusap matanya lalu menatap Velicia.

"Kau sudah bangun sayang?".

"Bangunlah. Aku sudah menyiapkan sarapan. Nanti kita terlambat'.

Pirentz duduk lalu memeluknya erat. Menghirup aroma tubuh Velicia.

"Just 5 minutes Vel".

Velicia mengusap punggung Pirentz. Pirentz mengecup leher jenjangnya.

"Ayo siapkan dirimu. Tapi Rentz apa aku pulang dengan bathrobe ini? Kau tahu semalam aku tak menyangka akan menginap disini".

"10 menit lagi pakaianmu datang. Jangan cemas sayang, apapun untukmu".

Pirentz meraih ponselnya dan menghubungi Davina.

"Tunggu aku disini. Aku akan siap dalam 3 menit" ia mengecup puncak kepala Velicia dan berlalu ke kamar mandi.

Sepeninggal Pirentz , Velicia berdiri dan merapikan tempat tidur. Membuka gorden agar sinar matahari pagi masuk.

Kamar Pirentz  sangat luas didominasi warna grey warna khas pria. Sebuah pigura foto besar berada tepat didinding yang menghadap tempat tidur.

Velicia mengulurkan tangan mengusap pigura itu. Foto Pirentz dalam balutan jas lengkap yang tampak seksi dan memanjakan mata.

"Aku mencintaimu Rentz, lebih dari yang kau tau" Gumam Velicia.

Velicia segera keluar saat mendengar bel apartemen berbunyi. Seorang pegawai penthouse memberikan beberapa Paperbag. Velicia  menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

Pirentz muncul dan melihat paperbag di atas meja.

"Aku tidak tahu apa yang kau suka Vel".

"Ini terlalu banyak Rentz".

"Tak apa, biar kamu rajin datang kesini"Pirentz tertawa.

Ia mendekati Velicia dan memegang kedua pundaknya.

"Jangan pernah merasa canggung dengan pemberianku. Aku tulus memberikannya padamu. Apapun milikku, itu juga milikmu. Ingat itu. Bersiaplah, pilih pakaian ke kampus, supaya menghemat waktu".

Velicia menuju kamarnya untuk bersiap. Tak lupa ia merapikan  isi paper bag lain di lemari pakaian yang ada di situ.

Mereka sarapan dengan saling menatap mesra satu sama lain.

"Kau sempurna untuk masa depanku Vel. Tuhan benar benar mengirim mu padaku sayang".

"Aku hanya melakukan apa yang biasanya kulakukan Rentz".

Pirentz menggeleng.

" Tidak semua wanita mampu melakukan hal sederhana ini. Cepatlah lulus. Aku ingin setiap hariku seperti ini Vel. Aku sudah tak sabar menunggu dirimu menjadi istriku".

"Sebentar lagi aku lulus Rentz, doakan aku biar semua tepat dan lancar seperti rencanaku".

Pirentz tersenyum.

"Aku selalu meminta yang terbaik untukmu dan keberuntungan akan menyertaimu. Hatimu bagai malaikat jadi aku yakin semuanya akan baik-baik  saja sayang".

Velicia segera membereskan sisa sarapan mereka. Ia kembali ke kamarnya dan merapikan dirinya sebentar.

Pirentz mengambil tas kerjanya.
Ia memeluk Velicia dan mencium puncak kepalanya.

"Terima kasih untuk segalanya. Aku sangat bahagia. Jangan pernah lepaskan kalung ini dari lehermu. Aku akan marah padamu".

Kata Pirentz sambil meraih tangan Velicia .

"Siap bos. Aku mencintaimu".

Velicia mencuri ciuman di bibir Pirentz. Pirentz tersenyum bahagia.

"Ayo berangkat atau aku akan membawamu  ke gereja sekarang Vel".

"No Rentz".

Velicia mencubit  lengan Pirentz lalu bergelayut manja sambil berjalan menuju lift.

Sopirnya telah menunggu mereka di lobi.

"Kita akan ke apartemen untuk mengambil perlengkapan kuliah Velicia"kata Pirentz pada sopirnya.

"Baik tuan".

Mobil melaju membelah jalanan kota Boston di pagi hari. Arus lalu lintas belum ramai. Mereka singgah sebentar di apartemen dan Velicia hanya mengambil tasnya. Pirentz tidak turun dari mobil.

Kemudian Mobil melaju menuju kampus. Sepanjang jalan Velicia bersandar manja pada Pirentz.

Mereka mengobrol apa saja, tak lupa Pirentz mencuri ciuman-ciuman kecil di wajah Velicia. Mereka sangat menikmati rasa cinta satu sama lain.

Velicia turun di gerbang, tak lupa ia mencium pipi Pirentz.

"Belajar yang rajin biar cepat lulus"kata Pirentz.

"Tentu saja sayang. Pagi ini aku mendapat vitamin dosis tinggi".

Velicia tertawa lalu berlari ke halaman kampus. Pirentz menatapnya dengan tertawa kecil.

Mobil bergerak meninggalkan area kampus menuju kantor.

"Dia gadis yang baik tuan"kata pak sopir.

"Kau benar, aku beruntung bertemu dengannya"jawab Pirentz.

"Aku mendoakan kebahagiaan untuk cinta kalian"sambung pak sopir.

"Terima kasih. Semoga semesta mendukung cinta kami".

Pirentz tersenyum sambil memandang langit biru.

Kebahagiaan melingkupi hatinya. Ia benar-benar jatuh cinta yang sedalam-dalamnya.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang