FIRST DATE

140 18 0
                                    

Ini adalah hari Minggu. Seperti biasa Velicia akan pergi ke gereja terdekat untuk beribadah. Tepat pukul 10. 00 pagi ia sudah tiba di apartemennya.

Merebahkan diri di kasur sambil membaca buku bisnis. Cita_citanya adalah menjadi bussines woman yang sukses di usia muda seperti tokoh- tokoh yang biasa ia lihat di majalah bisnis dan televisi.

Bel apartemen berbunyi, dengan malas ia bangun lalu menuju pintu. Ia terkejut melihat siapa yang datang.

"Happy Sunday Vel"ucap pria tampan di hadapannya.Velicia tersenyum.

"Masuklah Rentz".

Pirentz mengikuti Velicia lalu duduk di sofa.

"Apa kau sibuk? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat".

"Sekarang?Oh, ayolah Pirentz hari masih pagi".

"Tak ada penolakan sayang". Pirentz menggenggam tangan Velicia.

"Baiklah. Apa yang harus kukenakan?"tanya Velicia.

"Apa saja. Kau sudah cantik".

Velicia melepaskan tangannya dan beranjak ke kamar. Ia keluar dengan outfit kaos oblong putih, hot pants black dan sneakers putih berlogo Nike ditambah slingbag hitam dan topi. Sempurna!!!

"Kau sangat keren sayang, kau selalu tahu apa yang ada di pikiranku.Tuhan memang mengirim dirimu untukku".

Pirentz berdiri dan meraih Velicia dalam pelukannya.

"Terima kasih untuk segalanya Vel. Aku sangat bahagia melebihi apapun di dunia ini. Aku mencintaimu".

"I know Rentz. Kau selalu mengatakan itu. Ayo kita berangkat".

"Aku ingin berteriak sekarang dengan keras Vel biar semua tahu aku sangat mencintaimu".

"Kalau begitu lakukan saja Rentz".

Velicia tertawa lalu menarik tangan Pirentz untuk keluar dan mengunci pintu.

Sepanjang jalan menuju lobi Pirentz terus menggenggam tangan Velicia. Velicia merasa kikuk dan risih apalagi ada beberapa penghuni apartemen yang melihat mereka sambil tersenyum.

Pirentz melihat wajah Velicia memerah dan menunduk.

"Tetaplah seperti ini sayang, jangan hiraukan orang di sekelilingmu".

Mereka tiba di parkiran. Sebuah mobil Audi hitam sudah terparkir di sana. Pirentz membuka pintu mobil lalu menutupnya lagi setelah Velicia masuk. Ia duduk di balik kemudi lalu memasang sabuk pengaman untuk Velicia dan juga dirinya.

"Welcome to my Boston, honey".

Pirentz mengecup kening Velicia lalu tersenyum dan melajukan mobilnya.

"Nikmati perjalananmu dan katakan apapun yang kau inginkan".

Sepanjang perjalanan mereka saling bercerita tentang keseharian mereka, apa yang disukai dan tidak hingga tanpa sadar mobil telah berhenti di sebuah parkiran yang luas.

"Kita sampai sayang".

Belum sempat Pirentz membuka pintu,Velicia sudah membuka pintu untuk dirinya sendiri.

"Biarkan aku yang melakukannya Vel".

"No Rentz. Aku bisa sendiri. Jangan perlakukan aku seperti kaca. Aku terbiasa mandiri".

"Bukan itu maksudku honey, aku hanya ingin melakukan hal- hal kecil yang belum pernah aku lakukan. Maafkan aku".

"Kita hanya perlu saling memahami. Mari melakukan hal apapun tanpa saling menyakiti" jawab Velicia.

Pirentz menggenggam tangan Velicia dan berjalan masuk ke dalam Mapperium.

Sebuah akuarium berbentuk setengah lingkaran yang sangat luas yang dikelilingi gambar peta dunia. Velicia terkesima dan tanpa sadar menggenggam erat tangan Pirentz.

"Ini luar biasa".

Velicia terpesona. Matanya terus berputar memandang sekeliling Mapperium ini.

"Kau tahu,kau bahkan bisa mendengarkan pantulan suaramu di sini dengan jelas sekalipun kau berbisik sayang"jelas Pirentz.

"Aku mencintaimu Rentz".

Tiba - tiba Velicia mengucapkannya, Pirentz sangat terkejut mendengarnya dan yang lebih dari itu adalah pantulan suara Velicia setelah itu.

Pirentz terkesan, hatinya berbunga_bunga, jantungnya berdegup keras. Ia tak menyangka Velicia akan membalas perkataan cintanya dengan cara seperti ini.

Dengan refleks ia lalu mengangkat Velicia dalam gendongannya dan menatapnya dalam.

"Kau selalu punya cara tersendiri untuk membuat aku jatuh cinta padamu Vel. Berkali_kali aku berpikir untuk sebuah alasan tapi selalu hanya ada satu alasan yaitu Tuhan yang mengirimmu untukku. Kau adalah keajaiban dalam hidupku sayang".

Pirentz mengecup bibir Velicia dalam dan lama. Sejenak ia hanya ingin meresapi momen ini.

"Aku mencintaimu seumur hidupku. Ingat itu".

Pirentz memberi penegasan.
Ia menurunkan Velicia tapi tetap menggenggam tangannya.

"Masih ada yang ingin aku tunjukan padamu".

Velicia tak percaya dihadapannya kini terbentang luas dan berjejer rak- rak penuh buku. Dan ajaibnya rak -rak itu berjejer mengelilingi Mapperium.

"Perfect place Rentz. Aku akan mengubur diriku di sini dalam jangka waktu yang sangat lama apabila kau menghancurkan hatiku"ucapnya tersenyum.

"Apa yang kau katakan?No. Aku tidak akan pernah menyakitimu sayang. Aku berjanji. Jadi kata_katamu itu harus kau singkirkan jauh_jauh sayang".

Tanpa terasa hari sudah petang, mereka harus pulang. Mereka menyempurnakan first date hari ini dengan makan berdua di sebuah restoran Prancis.

"Kau sangat boros Rentz" protes Velicia saat mereka sudah di dalam mobil.

"Itu bukan apa-apa. Lagi pula aku tak ingin kau sibuk memasak di apartemen lagi. Hari ini kau sudah menemaniku dan tentu saja kau lelah".

" Tapi kau jangan sering seperti ini. Aku jadi malu. Aku bahkan belum pernah mentraktirmu apa-apa".

Pirentz mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Velicia.

"Jangan biasakan diri berpikir yang berat. Nikmati saja setiap momen dengan santai. Anggap saja Tuhan sedang baik padamu".

Velicia tersenyum. Ia meraih telapak tangan Pirentz yang bebas dan menautkan tangannya.

Ia bersyukur bertemu Pirentz. Pria dewasa, baik dan bijaksana. Benar-benar sebuah keberuntungan.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now