BACK

102 13 0
                                    

Velicia bangun pagi ini dengan kepala agak pening. Semalam ia sangat gelisah dalam tidurnya. Tapi ia harus ke kampus.

Ini hanya perasaanku saja.

Ia meyakinkan dirinya.

Bergegas membuat sarapan dan segelas susu hangat. Sambil sarapan ia membuka ponselnya tak ada kabar sama sekali dari Pirentz. Ia mencoba berpikir positif bahwa kekasihnya pasti sibuk.

Tiba di kampus ia melakukan konsultasi pada dosen pembimbingnya. Keluar dari ruang dosen ia mengirim pesan pada Nancy untuk bertemu di kantin.

Dalam perjalanan ke kantin tak sengaja ia berpapasan dengan Rektor.

"Apa kabar Sir?"sapa Velicia.

"Hai nona, seperti yang kau lihat"jawab rektor ramah.

"Apa kabar tuan Ronalds"lanjutnya.

"Dia sedang di New York untuk pekerjaan"jawab Velicia berbinar.

"Anak itu benar- benar... titip salam untuknya saat dia kembali nanti"kata rektor.

"Tentu saja Sir. Akan aku sampaikan padanya".

"Baiklah Vel, see you again"rektor berlalu meninggalkan Velicia.

Tiba di kantin Nancy sudah menunggunya dengan 2 gelas jus.

"Kau lama sekali"sapa Nancy.

"Maafkan aku. Aku menyapa sir William".

"Hmmm...ada keperluan apa?" tanya Nancy penasaran.

"Tidak. Hanya kebetulan berpapasan jadi sedikit basa basi kau tau".

"Ya..ya.. I know it mean. Oh ya,kapan Pirentz pulang?".

" Kalau sesuai jadwal hari ini, tapi aku tak tahu pastinya".

"Apa maksudmu Vel?".

"Yah..dari semalam ponselnya tidak aktif, jadi kami putus komunikasi"ucap Velicia lesu.

"Hahaaaa...wajahmu seperti Pirentz sedang selingkuh saja. Buang pikiran negatif. Dia bukan pria seperti itu"jelas Nancy.
"I know Cy.. hanya saja perasaanku kacau. Aku...".

"Sudahlah. Semua akan baik baik saja"potong Nancy cepat.

"Ayo pulang. Aku lelah, kepalaku agak pening. Aku ingin istirahat hari ini saja di apartemen".

Nancy mengangguk lalu menggandeng tangan Velicia meninggalkan kampus.

Hari telah sore ketika Pirentz tiba di penthousenya. Ia belum menghubungi Velicia. Ada sedikit rasa canggung. Ia telah melihat chat dan beberapa panggilan tak terjawab dari Velicia.

Entah mengapa ia tiba - tiba merasa tak tahu harus mulai darimana untuk berbicara dengan Velicia. Ia kecewa pada dirinya sendiri.

Tidak,aku tidak boleh seperti ini. Aku akan bicara langsung padanya. Aku mencintainya.

Malam harinya Pirentz sudah berada di apartemen Jose. Ia mengajak Jose untuk menemaninya bertemu Velicia. Dia telah menceritakan semua yang terjadi di New York pada sahabatnya Jose.

"Kau harus menyelesaikan semuanya dengan benar Rentz. Ini seperti bom waktu. Aku yakin Velicia akan memahami ini asalkan kau jujur padanya".

Pirentz menghembuskan napas kasar.
"Baiklah Jos. Ayo. Aku merindukannya".

Jose menekan bel pintu apartemen berulang ulang tapi pintu tak kunjung terbuka. Akhirnya Pirentz menekan PIN dan mereka masuk.

Semua masih sama, hanya tas kuliah yang tergeletak di meja dan laptop masih tertutup. Pirentz beranjak ke kamar dan ia melihat Velicia tengah tertidur.

Perlahan ia mengecup keningnya. Velicia menggeliat dan membuka mata.

"Hei, apa kau begitu lelah?"sapa Pirentz lembut.

Velicia menghambur dalam pelukannya.

"Syukurlah kau baik baik saja Rentz. Dari semalam aku sangat gelisah".

Deg!!!!

Pirentz tegang, tapi ia berusaha tenang dengan menggigit bibirnya kuat kuat. Velicia tak menyadari itu sama sekali.

"Rentz? Apa kau melamun?".

"Oh..tidak sayang aku baik baik saja. Aku hanya sangat merindukanmu".
Degup jantung Pirentz tak karuan.

"Oh ya Vel, bersihkan dirimu. Aku menunggu di luar. Jose datang bersamaku"lanjut Pirentz.

"Jose???".

"Yah, tadi aku bertemu dengannya dan dia ingin berkunjung. Jadi aku tidak bisa menolak".

"Aneh. Ya sudah, aku mandi dulu sayang".

Velicia mengecup bibir Pirentz singkat. Pirentz hanya menatapnya sebentar lalu berjalan keluar.

Di bawah guyuran shower Velicia masih memikirkan pertemuannya dengan Pirentz barusan. Terasa ada yang berbeda. Pirentz seperti canggung padanya. Ah sial,perasaan semalam masih kubawa hingga hari ini. Lihat,dia baik baik saja.

Velicia menghampiri Pirentz dan Jose yang sedang mengobrol sambil menikmati kopi.

"Lama tak bertemu Vel, semakin cantik saja"sapa Jose.

"Ah..kau berlebihan. Aku selalu disini, kau saja yang terlalu sibuk hingga mengabaikan aku" Jawab Velicia.

"Yah..aku harus fokus pada masa depanku dan Nancy"Jose tertawa.

"Aku senang kau akan melamar sahabatku, Nancy sudah cerita padaku".

"Padahal aku memintanya untuk merahasiakan hingga harinya. Perempuan memang tak pandai menyimpan rahasia"lanjut Jose.

Velicia melirik Pirentz di sampingnya. Ia menyikut lengannya.

"Apa kau masih jetlag sayang?".

"Ohh..tidak." jawab Pirentz singkat.

"Tapi kau melamun".

"Tidak Vel. Aku mendengarkan kau dan Jose"sambung Pirentz.

"Tak apa bila kau ingin istirahat. Berkunjunglah nanti. Aku tau kau sangat lelah selama di New York"kata Velicia.

Pirentz terlihat tegang, telinganya memerah. Jose memperhatikan itu. Velicia sama sekali tak memperhatikan perubahan wajah Pirentz.

"Aku sudah melarangnya tadi, tapi dia bersikeras ingin menemuimu. Dia sangat merindukan kekasihnya" Jawab Jose.

Velicia memeluknya erat.

"Pulang dan istirahat ya, aku baik baik saja. Jangan paksakan dirimu atau aku akan marah padamu".

Velicia menatap mata Pirentz singkat. Pirentz menatap Jose.
"Baiklah Vel. Aku akan mengunjungimu besok. Maafkan aku"ucap Pirentz.

Pirentz dan Jose meninggalkan kamar Velicia.

"Aku tidak bisa Jos. Aku tidak sanggup".

"Kendalikan dirimu atau semuanya akan hancur saat ini".

"Bagaimana aku bisa sebodoh ini?". Sesal Pirentz.

"Hei, tenangkan dirimu. Kita akan memikirkan caranya. Pulanglah dan istirahat." Jose meletakkan tangannya di bahu Pirentz.

Pirentz menuju lift meninggalkan apartemen Velicia.
Langkahnya terasa berat. Ia mendesah frustasi. Ia berharap segalanya akan baik-baik saja.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now