MISCONCEPTION

87 13 0
                                    

Semakin banyak Velicia mengenal teman - teman Pirentz, semakin bertambah orang dalam lingkup pergaulannya.

Banyak acara atau kegiatan yang diikuti membuat hidup Velicia semakin berwarna. Ia bisa mendatangi banyak tempat di Boston tanpa menunggu waktu luang Pirentz. Ia benar - benar menikmati waktunya di Boston.

Siang ini seusai mata kuliah terakhir, Noel sepupu Pirentz mengajaknya ke club. Noel meminta Velicia menemaninya karena ia belum punya pacar. Ia malu datang sendirian.

Velicia menyetujui ajakan Noel. Ia belum pernah ke club jadi ia sangat penasaran. Mereka berdua meninggalkan kampus begitu dosen terakhir keluar dari kelas.

"Bisakah kau matikan saja ponsel mu? Aku takut Pirentz akan melarangmu"kata Noel.

"Baiklah. Tapi kau harus janji untuk memberitahunya nanti".
Noel mengangguk.

Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah club. Sebenarnya club ini buka malam hari namun karena ini reuni maka Noel dan teman temannya mem_booking hingga beberapa jam ke depan.

Suasana club begitu sunyi ketika mereka masuk. Velicia mengedarkan pandangan dan tak menemukan orang lain.

"Ayo ke atas".

Noel menarik tangan Velicia menuju lantai dua kemudian membuka pintu bertuliskan VVIP.

Di dalamnya sudah ramai orang, kebanyakan anak muda seusia mereka berdua.

"Hai guyss"sapa Noel.

Teman temannya memandang padanya sambil tertawa. Lalu mereka melirik pada Velicia.

"Oh perkenalkan ini Velicia. Velicia ini teman-temanku".

Velicia mengulurkan tangan menyalami teman teman Noel.

"Duduklah Vel".

Noel menepuk tempat di sebelahnya,Velicia duduk di sampingnya. Teman-teman Noel menatap Velicia dengan tatapan nakal. Velicia merasa tak nyaman. Noel tidak memperhatikan itu.

Sementara itu hari telah petang, Pirentz baru saja turun ke lobi untuk pulang. Ia berencana mengunjungi Velicia di apartemen.
Sengaja ia tidak menelepon karena ingin membuat kejutan.

Di perjalanan ia singgah di restoran cepat saji dan membeli beberapa makanan dan minuman.

Aku merindukanmu sayang.

Tiba di apartemen Pirentz menekan PIN dan masuk. Ia meletakkan paperbag yang di bawanya. Berjalan ke kamar namun tak menemukan Velicia.

Apa dia belum pulang? Tapi ini sudah gelap.

Pirentz merogoh ponselnya kemudian melakukan panggilan tapi nomor yang dituju tidak aktif.

Pirentz mulai cemas. Ia menelepon  Nancy tapi kata Nancy kelas sudah berakhir sejak siang. Ia tak melihat Velicia pulang dengan siapa.

Pirentz semakin gelisah. Ia berjalan keluar pintu menuju kamar Jose.
Baru saja tiba di depan pintu Jose ia melihat Velicia berjalan dari lorong.

Ia segera berlari menemui Velicia dan memeluknya erat.

"Apa kau baik baik saja?"tanya Pirentz.
Velicia mengangguk.

Pirentz mencium aroma rokok dan alkohol yang kuat.

"Kau pergi kemana?".

Velicia tak menjawab. Ia langsung masuk ke kamarnya dan ke kamar mandi. Pirentz berdiri di depan jendela sambil memandang keluar. Pikirannya mulai berkelana kemana-mana.

Velicia muncul dengan tubuh yang segar setelah mandi. Rambutnya masih basah dan aroma rose begitu menyegarkan penciuman Pirentz.

Pirentz bersandar di jendela dan menatapnya tanpa ekspresi. Ia butuh penjelasan.

"Jelaskan semuanya padaku. Sekarang!".

Kata Pirentz sedikit emosi.

"Memangnya apa yang harus kujelaskan?"jawab Velicia bingung.

Pirentz menarik napas kasar dan berjalan menuju sofa untuk mengambil mantelnya.

"Baiklah. Aku pulang sekarang. Istirahatlah, kau pasti lelah!".

Dengan perasaan kecewa Pirentz berjalan menuju pintu.

"Hei, ada apa denganmu Rentz?".

Velicia mengejarnya.Pirentz tak menjawab, ia berusaha menekan emosinya saat ini. Velicia meraih lengannya.

Pirentz masih tak menoleh.

"Istirahatlah".

Velicia memeluknya dari belakang.

"Apa aku melakukan kesalahan?"tanya Velicia.

Tak ada jawaban.

Pirentz menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia berbalik dan langsung melumat bibir Velicia dengan kasar. Ia menyalurkan semua rasa  yang campur aduk saat ini.

Rasa marah dan rindu.

Velicia berusaha melepaskan ciumannya tapi tak berhasil. Pirentz seperti kesetanan. Velicia memukul dadanya keras, napasnya terasa sesak. Belum pernah ia dicium oleh Pirentz seperti ini.

Akhirnya Velicia menggigit bibir Pirentz kuat-kuat dan ciuman mereka terlepas.

Velicia batuk dengan keras hingga airmatanya mengalir. Pirentz mengelus punggungnya dan meraihnya dalam pelukan.

"Maafkan aku sayang" kata Pirentz.

Velicia masih menangis. Pirentz menuntunnya untuk duduk di sofa. Pirentz menghapus airmatanya.

"Kenapa ponsel mu tidak aktif?".

"Aku...aku pergi bersama Noel".

Velicia menunduk.Pirentz mengangkat dagunya.

"Kemana?".

"Ke club".

"Club ?Untuk apa dia mengajakmu ke sana?".

Pirentz mulai emosi.

"Dia ada reuni jadi dia mengajakku karena tak punya pasangan".

"Pantasan seluruh tubuhmu penuh aroma rokok dan alkohol. Aku akan mnghajarnya setelah ini".

"Sebenarnya aku tidak nyaman, tapi aku malu untuk bicara padanya"sambung Velicia.

"Lalu kenapa tidak mengirim pesan padaku?".

"Noel menyuruhku mematikan ponselku".

"Fuck!! Dengar Vel, ini pertama dan terakhir kalinya kau keluar tanpa ijinku. Tidak ada dua kali atau aku akan mematahkan leher orang yang mengajakmu".

"Ya. Maafkan aku".

Velicia memeluk Pirentz dan menyembunyikan wajahnya, ia sangat malu.

"Aku memaafkan mu".

Pirentz mengecup kepalanya lalu berjalan ke dapur.

Ia kembali dengan 2 gelas coklat hangat, kemudian berbalik dan membawa 2 piring makanan.

"Ayo makan aku sangat lapar".

Velicia mengangguk lalu mulai makan .

Setelah makan mereka mengobrol dan membuat komitmen baru dalam hubungan mereka. Pirentz pamit pulang, ia menyuruh Velicia untuk istirahat karena besok harus kuliah pagi.

" Jaga dirimu baik-baik. Mulai sekarang beritahu aku jika kau akan kemana. Ini kota besar. Aku takut hal buruk menimpamu. Kau tahu seberapa berartinya dirimu untukku".

"Aku janji. Maafkan aku".

Kemudian Pirentz melangkah keluar.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now