NEW YORK

98 12 0
                                    

Tak terasa sudah hampir 2 tahun kisah cinta Pirentz dan Velicia.
Berbagai kisah suka dan duka telah dilewati bersama.

Momen - momen cinta mereka menjadi cerita indah bersama sahabat- sahabat terbaik mereka. Bahkan di tiap kesempatan Pirentz selalu membawa Velicia dan memperkenalkannya sebagai calon istrinya.

Di lingkungan kampus hubungan mereka sudah menjadi rahasia umum. Dari sekurity hingga pimpinan universitas menjadi saksi kisah cinta seorang Pirentz Ronalds dan gadis sederhana yang cantik dan supel.

Di kalangan kolega bisnis, wajah Velicia sudah begitu akrab. Bahkan sebagian memanggilnya dengan Nyonya Ronalds.

Mereka hanya menunggu gereja dan negara mensahkan hubungan cinta mereka.

Di setiap acara keluarga besar bahkan Velicia sudah dilibatkan seperti menantu.

Ia benar-benar  bahagia dengan cinta pertamanya, Pirentz Ronalds.

Ia selalu bersyukur atas kebaikan Tuhan dalam hidupnya dengan memberikan seorang pria yang sangat mencintainya dan memujanya begitu luar biasa.

Pirentz baru saja pulang dari kantor. Ia berniat menghampiri Velicia di apartemen. Velicia baru saja menyelesaikan magangnya dan fokus untuk menyelesaikan tugas akhirnya sebagai salah satu syarat diwisuda.

Akhir - akhir ini Pirentz lebih memperhatikan Velicia, walau ia lelah ia akan meluangkan waktu untuk melihat proses tugas akhir yang sedang dikerjakan Velicia.

Setidaknya ia bisa membantu memberi masukan. Ia sudah tak sabar untuk menikahi kekasihnya ini.

Tiba di apartemen Velicia, Pirentz mendapati Velicia tengah berkutat di depan laptop. Ia telah membawa paperbag berisi makanan sehat dan jus buah segar.

Pirentz memeluknya erat dan menutup laptopnya. Ia menuntun Velicia untuk duduk di sofa. Velicia menaikkan kedua kakinya di atas sofa dan merebahkan kepalanya di pangkuan Pirentz.

"Sebentar  saja Rentz. Aku sangat lelah".

Kata  Velicia sambil memejamkan matanya. Pirentz tersenyum dan membelai rambutnya mesra.

"Apapun yang bisa membuatmu lebih baik terserah. Aku tahu  kau bekerja dengan sangat keras sayang".

Pirentz menunduk dan mencium pipinya.

"Ayo makan dulu, setelah itu lanjutkan ini"lanjut Pirentz.

Ia perlahan bangkit dan menggendong Velicia menuju meja makan. Ia menurunkan Velicia di kursi lalu mengeluarkan makanan dan minuman dari paperbag.

Ia memberikan jus pada Velicia.

"Minumlah ini untuk mengganti energimu".

Velicia mengangguk lalu menenggak jus itu dalam hitungan detik.
Pirentz mengambil sendok dan menyuap Velicia. Velicia menurut saja apa yang Pirentz lakukan. Ia memang ingin bermanja-manja.

"Kamu juga harus makan Rentz"kata Velicia dengan nada manja.

Perasaan Pirentz menghangat. Ia mengangguk lalu menyuap dirinya sendiri. Velicia menatapnya lalu tertawa.

"Apa ada yang lucu sayang?" tanya Pirentz.

"No. Aku hanya merasa tersanjung diperlakukan seperti ini. Kau memang yang terbaik untukku Rentz".

"Kau tau aku mencintaimu kan? Dan aku akan melakukan apapun untukmu".

Velicia mengangguk lalu refleks memeluk Pirentz erat.

Selesai makan, mereka kembali duduk di sofa. Pirentz menggenggam tangan Velicia.

"Ikutlah denganku ke New York besok. Hanya 3 hari Vel".

"No Rentz. Lain kali saja. Aku harus cepat menyelesaikan ini".

"Ayolah. Anggap ini refreshing. Hanya 3 hari".

"Simpan itu sebagai hadiahku . Saat lulus nanti kita ke sana lagi".

"Aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Atau kau bawa saja pekerjaanmu nanti kau boleh mengerjakannya di sana".

"Tidak sayang. Itu bukan ide bagus. Aku baik baik saja. Kau tau aku wanita yang kuat"Velicia meyakinkan Pirentz.

Pirentz meraihnya dalam pelukannya. Velicia merebahkan kepalanya di dadanya. Pirentz mengecup puncak kepalanya bertubi tubi.

"Kau ingin oleh - oleh apa sayang?".

"Hmm.. pulanglah dengan selamat dan jaga hatimu untukku". Velicia memeluk nya erat.

"Percaya padaku sayang, hanya kau seorang..hanya kau selamanya" Pirentz mengecup puncak kepalanya.

"Aku akan berangkat pukul 6 pagi. Selama aku tak ada tolong jaga kesehatanmu"ujar Pirentz.

"Baiklah tuan".

Pirentz tersenyum
"Jangan sekali - kali matikan ponselmu atau aku akan langsung pulang saat itu juga"lanjut Pirentz.

"Ya. Kau cerewet sekali".

Velicia membungkam Pirentz dengan ciuman penuh gairah. Mereka berhenti saat pasokan udara di paru - paru menipis.

"Aku akan sangat merindukanmu Vel"kata Pirentz.

"Pulanglah dan istirahat. Aku titip semua rasa cintaku padamu Rentz".

Keesokan harinya...
Tepat jam 6 Pirentz terbang ke New York untuk urusan pekerjaan. Tiba disana ia segera mengabari Velicia.

Velicia sedang berada di kampus untuk konsultasi. Entah kenapa ia begitu merindukan Pirentz. Padahal baru tadi malam mereka menghabiskan waktu bersama.

Biasanya Pirentz selalu bepergian untuk urusan bisnis ke Eropa, Asia bahkan Australia. Waktunya pun lebih dari  3 hari.
Kadang seminggu bahkan lebih.

Namun untuk kali ini Velicia merasakan kerinduan yang amat sangat, bahkan ini baru 1 hari.

"Ini hanya perasaanku saja, semua akan baik baik saja kan Rentz. Hanya 3 hari saja" batin Velicia.

Ini sudah hari ketiga dan besok Pirentz akan kembali.

Pulang dari kampus hari sudah petang. Velicia tiba di apartemen dan segera mandi. Biasanya Pirentz akan menelponnya pukul 8 malam saat ia selesai makan.

Seperti biasa sambil menunggu videocall dari Pirentz , ia membuka laptop untuk mengedit tugas akhirnya yang sudah direvisi tadi.

Namun, tak ada telpon dari Pirentz. Ini bahkan hampir jam 10.00 malam. Velicia terus melirik layar ponselnya. Sama. Tak ada panggilan masuk. Mungkin dia masih sibuk,sebentar lagi.
Velicia mencoba berpikir positif.

Sudah hampir setengah sebelas,Velicia memberanikan diri untuk menekan tombol panggilan. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Suara operator terdengar dari seberang.

Velicia menggigit bibirnya. Mungkin dia sudah tidur, dia lelah. Toh besok dia sudah pulang.
Velicia meyakinkan pikirannya. Aku percaya padamu Rentz.

Velicia beranjak masuk ke kamarnya untuk tidur. Pikirannya gelisah. Mungkin aku berlebihan,semuanya baik baik saja kan Rentz????

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now