THE FACT

216 16 0
                                    

Velicia tidak segera pulang ke apartemen. Ia memutuskan untuk pergi ke taman favoritnya. Rosse Kennedy Greenway.

Ia membeli segelas coklat hangat dan roti daging. Perutnya sudah sangat lapar. Aku tidak boleh sakit nanti Pirentz marah padaku.

Ia tersenyum sambil menggigit rotinya, airmatanya mengalir dengan deras. Ia membiarkan dirinya menangis, rasa nyeri di kepalanya dan rasa kecewa di hatinya bercampur jadi satu.

Pukul 11.00 malam ia tiba di apartemen. Ia merapikan dirinya sebelum turun dari taksi. Ia melihat mobil Pirentz terparkir di bassement. Ia segera turun. Aku harus mengendalikan diriku.
Pirentz menghampirinya.

"Apa kau baik baik saja sayang? Kau darimana? Kau tak menjawab panggilan ponselku. Aku khawatir padamu."ucap Pirentz panjang.

"Aku baik baik saja Rentz. Kau tak perlu cemas".

Lift membawa mereka menuju lantai apartemen Velicia. Pirentz terdiam menatap Velicia yang memandang lurus ke pintu lift.

Mereka segera masuk ke dalam. Pirentz duduk ditempat biasanya. Velicia segera ke kamar ,ia ingin mandi air hangat.

Pirentz melihat 2 kaleng soda dan camilan yang masih ada di meja. Tas kuliah Velicia tergeletak begitu saja dengan tumpukan tugas akhir yang dijilid . Anna pasti kesini tadi.

Velicia muncul dari pintu kamarnya. Ia menuju dapur dan kembali dengan 2 gelas coklat hangat.

"Minumlah Rentz."
Pirentz mengangguk dan segera meminum coklat hangat tersebut.

Velicia kembali ke dapur dan menyiapkan makan malam. Steak dan kentang goreng juga salad sayuran dan 2 gelas jus.

"Ayo makan. Aku sangat lapar".

Pirentz tak menjawab apapun. Ia menuruti semua yang dikatakan Velicia. Mereka makan dalam diam.

Selesai makan Velicia membereskan piring dan meletakkannya  di tempat cucian piring.

Ia duduk di sofa. Ia menatap Pirentz lama.

"Sejak kapan Rentz?".
Pirentz terkesiap dengan pertanyaannya.

"Hmm..maafkan aku. Anna hanya masa laluku jauh sebelum aku bertemu denganmu. Itu sudah 8 tahun yang lalu. Aku tak tahu ia kesini.".

Velicia menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan.

"Apa kalian sudah tidur bersama? Tepatnya melakukan hubungan badan?".

Pirentz terkejut dengan pertanyaan ini,.ia tak tahu harus menjawab apa.

"Jawablah Rentz. Aku tak apa. Kau tau aku..".

Pirentz memotong ucapan Velicia.
"Maafkan aku. Itu tak disengaja. Anna menjebakku Vel. Aku hanya mencintaimu".

"Kau belum menjawab pertanyaanku Rentz".

"Ya aku melakukannya. Hanya sekali. Malam itu di New York".

Velicia menggigit bibirnya kuat. Ia menahan gejolak hatinya. Ia berdiri dan berjalan menuju jendela. Ia menatap keluar.

"Pulanglah. Aku harus istirahat. Besok hari yang sibuk".

"Vel maafkan aku. Hanya dirimu untukku.dan selamanya hanya kau. Aku mencintaimu. Percayalah padaku."

Velicia tak menatapnya sama sekali. Ia berjalan menuju kamarnya dan menguncinya. Ia tak perduli Pirentz masih diluar atau tidak.

Ia hanya merasa sangat lelah lahir batin. Ia membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga lehernya. Ia menekuk kedua kakinya hingga dada. Tak ada airmata. Ia menekan perasaannya sekuat mungkin. Aku tak boleh menangis,ya. Aku tak akan menangis.

Ia memejamkan matanya dan tertidur lelap. Dini hari ia terbangun ketika notifikasi ponselnya terus berbunyi.
Ia melihat banyaknya panggilan tak terjawab dan chat masuk dari Pirentz. Ia tak membacanya sama sekali. Ia menghapusnya.

Ia duduk dan bersandar di kepala ranjang. Menekuk lututnya dan membuka galeri ponselnya. Ada begitu banyak foto dan video selama di Paris. Airmatanya luruh seketika.

Ia baru saja sadar kejadian sore tadi. Kenyataan menghampirinya. Ia menangis meraung raung. Menggigit bantalnya kuat kuat.

"Aku harus bagaimana Rentz?teriaknya. Ia menangis hingga tertidur.

Ia terbangun ketika sinar matahari menyinari jendela kamarnya.
Ia segera menuju kamar mandi. Ia harus ke kampus.

Tiba di kampus ia bertemu dengan Nancy. Ia meminta Nancy menunggunya karena ia akan menemui dosen pembimbing.

Setelah itu ia dan Nancy menuju kantin. Sambil menikmati makanan dan minuman ia bercerita pada Nancy.

"Aku tak percaya Pirentz melakukan itu. Semua orang pasti tak percaya".kata Nancy.

"Aku juga tak percaya tapi mendengarnya langsung dari mulut Pirentz semuanya terasa nyata".

"Tenangkan dirimu dan berpikir positif. Mungkin Pirentz benar,Anna hanya menjebaknya".

"Tapi Cy...kau tak melihat reaksi Pirentz saat bertemu Anna. Itu mengatakan segalanya".

"Hei Vel..semua orang bahkan seisi Boston tau kau adalah kekasihnya. Dimanapun bahkan di sudut sudut kota ini kau adalah Pirentz dan Pirentz adalah Velicia".
Velicia terdiam.

Selesai makan mereka segera berjalan menuju parkiran. Nancy ingin mengantar Velicia tapi ia menolak. Ia mengatakan akan naik taksi saja.

Nancy memeluknya erat.
"Semua akan baik baik saja Vel. Pulang dan istirahatlah. Jangan terlalu dipikirkan. Jaga kesehatanmu. Ujian sebentar lagi".

"Thanks Nancy. Aku jauh lebih baik sekarang. Ya kau benar. Semua akan baik baik saja. Pirentz mencintaiku,dia tak mungkin menyakitiku".

Nancy mengangguk dan menyelipkan rambut di belakang telinga Velicia.

Taksi pun datang,Velicia segera meninggalkan kampus. Nancy meraih ponselnya dan menghubungi Jose. Jose pasti tahu semuanya benar atau tidak.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now