EIFFEL

87 11 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Pirentz menyelesaikan perjalanan bisnisnya di Paris. Besok mereka harus pulang ke Boston.

Setelah menghabiskan malam romantis di atas cruise pagi ini Pirentz bangun lebih awal.
Ia membiarkan Velicia tetap terlelap. Perasaannya begitu lapang setelah apa yang Velicia ungkapkan tadi malam.

Dengan perlahan ia membersihkan diri kemudian memesan sarapan. Sambil menunggu ia membuka laptop untuk menyelesaikan berkas berkas penting yang akan diserahkan pada kolega bisnis serta perwakilan dirinya yang mengelola perusahannya di Paris.

Velicia membuka mata ketika pegawai hotel mengantarkan sarapan. Ia begitu malu melihat Pirentz sudah bangun dan penampilannya begitu rapi. Setelah pegawai hotel menata semua sarapan dan keluar Velicia langsung loncat dari tempat tidur dan menghampiri kekasihnya.

Pirentz menepuk pahanya dan Velicia duduk di pangkuannya sambil mengalungkan tangan di leher Pirentz.

"Morning Rentz,maaf aku menikmati tidurku"ucapnya mengecup bibir Pirentz.

"Tak apa sayang. Aku senang kau nyenyak".

"Bersihkan dirimu setelah itu kita sarapan."lanjut Pirentz.

Velicia mengangguk dan mencuri satu ciuman lagi dan berlari ke kamar mandi.

Setelah bersiap,mereka sarapan di balkon kamar. Terlihat menara Eiffel di kejauhan. Velicia terus melirik bangunan ikon Paris itu. Pirentz memandangnya dan tersenyum. Aku akan membawamu kesana sayang...

Selesai sarapan Pirentz masih harus melanjutkan pekerjaannya. Velicia merebahkan kepalanya di pangkuan Pirents dan memeluk erat perut rata Pirentz. Pirentz menunduk dan mencium puncak kepalanya.

"Sedikit lagi selesai sayang"kata Pirentz.

"Lanjutkan pekerjaanmu. Aku tak akan mengganggumu".

"Thanks Vel. I love you".

"I know Rentz"ucap Velicia memejamkan mata sambil menghirup aroma tubuh pria yang paling dicintainya saat ini.

Akhirnya semua dokumen telah selesai dikerjakan dan dikirim ke email kolega bisnisnya. Pirentz menutup laptopnya.
Ia membelai rambut Velicia.

"Bersiaplah kita akan makan siang di luar"kata Pirentz.

"Aku tak akan menolak karena aku ingin menikmati udara Paris sebelum kita pulang".

Dengan menggenggam tangan Velicia mereka turun ke lobi. Mobil mereka telah siap. Pirentz akan mengemudi sendiri. Ia ingin menikmati hari ini dengan kekasih tercintanya.

Pirentz memarkirkan mobilnya di depan sebuah mall mewah.

Galeries La Fayette.

Sebuah pusat perbelanjaan kelas atas di Paris yang menyediakan brand  ternama seperti Chanel, Burberry, Gucci dan merek dunia lainnya.

Mereka masuk menuju butik butik langganan Pirentz. Velicia melongo tak percaya pada label harga di setiap jenis pakaian,sepatu dan tas.

Pirentz tahu Velicia menyukai itu tapi ia tak akan meminta,. Karena itu Pirentz berbicara kepada pemilik butik dengan bahasa Prancis dan meminta agar apapun yang dipegang oleh kekasihnya ia akan membelinya.

Ia juga meminta agar belanjaan mereka diantar ke hotel tempat mereka menginap. Ia akan mentransfer total harga semua barang yang dibeli.

Setelah puas mengitari butik-butik langganannya Pirentz mengajak Velicia untuk makan di restoran.

"Apa kau lelah sayang?".

"No Rentz. Aku menikmati semuanya. Oh ya,barang branded harganya lumayan. Aku bahkan harus menabung lama untuk satu barang".

"Tentu saja sesuai dengan kualitasnya dan kadang ada barang limited edition sayang."

Velicia mengangguk.

Mereka berjalan jalan ke beberapa taman favorit Pirentz di Paris hingga hari petang. Mobil melaju menuju tower yang menjadi simbol cinta kota Paris bahkan semua orang di dunia.

Menara Eiffel.

Pirentz membawa Velicia naik lift menuju puncak menara. Di sebuah restoran gastronomi Pirentz mengajak Velicia untuk makan.

Penyajian makanan ini unik karena langsung dibuat dihadapan pelanggan. Pirentz menyodorkan sebuah cupcake pink.

Velicia menyuap dirinya dan ia sangat takjub dengan rasa cupcake di mulutnya. Matanya berbinar,kemudian ia merasakan sesuatu yang keras di mulutnya.

Ia mengambil tisu dihadapannya dan mengeluarkan sesuatu yang aneh dari dalam mulutnya. Dan ternyata itu adalah sebuah cincin berlian yang elegan dan simple bentuknya.

Ia menatap Pirentz tak percaya. Pirentz mengambil cincin itu dan melingkarkannya di jari manisnya.

"Aku mencintaimu Vel. Now and ever. Kau senyumku. Tawaku. Jiwaku. Hidupku. Kau segalanya untukku. Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku karena aku pasti akan membawamu kembali dengan cara apapun".

Velicia sudah berurai airmata. Ia langsung memeluk Pirentz erat.

"Thanks Rentz sudah memilihku. Aku bangga harus aku diantara beribu wanita di dunia ini. Kau segalanya untukku. Pegang tanganku dan jangan lepaskan. Kita akan menua bersama selamanya bahkan di kehidupan berikutnya."

Pirentz menyambar bibir sempurna yang menjadi candunya. Ia melumatnya dengan penuh cinta dan gairah. Mereka tidak memperdulikan orang orang disekitar mereka.

Bahkan ada pasangan pasangan lainnya yang berciuman juga melihat cara mereka mengungkapkan perasaan satu sama lain.

Tak ketinggalan beberapa orang mencuri foto dan video dari moment indah Pirentz dan Velicia. Mereka menguploadnya di sosial media pribadi.

Pirentz dan Velicia berjalan ke puncak tertinggi Eiffel. Pemandangan luar biasa kota Paris di malam hari. Pirentz masih memeluk Velicia sambil mencuri ciuman ciuman kecil di puncak kepala,pipi , leher belakang bahkan menggigit telinga Velicia untuk menggodanyà.

"Aku sangat bahagia Rentz".

"Aku lebih bahagia darimu".

"Berjanjilah Rentz. Apapun yang terjadi di depan mari hadapi bersama".

"Tentu saja. Aku akan selalu disampingmu Vel".

"Jika nanti kau menyukai seseorang melebihi diriku,katakanlah dengan jujur. Aku akan mengalah untukmu".

"Tidak akan pernah Vel. Bagiku hanya dirimu dan selamanya hanya dirimu. Percayalah padaku".

"Aku percaya padamu. Selalu akan begitu. Aku mencintaimu Rentz lebih dari diriku sendiri".

"Thanks Vel. Kau tak perlu mengatakannya karena aku tau dan aku bisa merasakannya sejak aku jatuh cinta padamu. Kau punya segala yang aku inginkan dalam hidupku bahkan masa depanku".

Velicia berbalik dan memeluknya erat... Pirentz menatap langit malam kota Paris. Ada perasaan ragu di sudut hatinya karena ia belum jujur pada Velicia tentang sesuatu.

Peristiwa itu terus membayanginya bagai hantu.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now