BAD DAY

152 16 0
                                    

Sejak kepulangan mereka dari Paris hubungan merka semakin erat. Bahkan Pirentz selalu membawa Velicia di setiap acara bisnis. Kolega kolega bisnis bahkan sudah menganggap Velicia sebagai tunangan Pirentz.

Tinggal menghitung bulan Velicia akan lulus kuliah. Ia sementara mempersiapkan diri untuk ujian akhir. Pirentz sengaja tak mengganggunya biar ia lebih fokus. Hanya chat dan video call yang menjadi komunikasi mereka.

Pukul 5 sore Velicia baru saja tiba di apartemennya. Ia melambai kepada sekuriti dan segera naik menuju lantai apartemennya.
Dari ujung lorong ia melihat seorang perempuan berdiri di depan pintunya. Ia mengernyit heran lalu menghampiri wanita tersebut.

"Permisi"kata Velicia.

"Apa ini Velicia?"perempuan itu bertanya dengan nada sinis.

Velicia mengangguk lalu menekan nomor PIN pintu apartemennya.

"Silahkan masuk"ucap Velicia.

Perempuan itu mengikuti Velicia ke dalam. Ia memandangi isi apartemen dan mengangguk.

Velicia menuju dapur dan kembali dengan dua minuman soda kaleng dan camilan.

"Silahkan duduk dan nikmati ini. Maaf aku hanya punya ini".

Perempuan itu duduk dan menatap Velicia tajam.
"Apa kau pacarnya Pirentz?".

"Ya".jawab Velicia.

"Sudah berapa lama?".

"Hampir 3 tahun".

"Apa kau mencintainya?".

"Tentu saja". Velicia tertawa keheranan.

Perempuan itu berdiri dengan angkuh dan mengulurkan tangannya.
"Aku Anna. Pacarnya Pirentz. Aku sudah 8 tahun bersamanya".

Velicia terperanjat. Tapi ia berusaha tenang.Aku percaya padamu Rentz.

"Kami sudah tidur bersama. Kau ingat beberapa bulan lalu Pirentz sedang berkunjung ke New York?
Aku tidak akan berbicara panjang lebar. Kau bisa menanyakannya pada Pirentz. Aku permisi".

Perempuan itu melangkah menuju pintu keluar. Velicia masih terdiam mencerna setiap ucapan Anna barusan. Tidak,aku akan bertanya langsung padamu Rentz. Ucapnya meyakinkan dirinya bahwa ini semua tidak benar.

Ia meneguk sekaleng soda dengan haus. Berlari ke kamar dan mengambil mantel dan slingbag. Ia segera turun menuju lobi dan memesan taksi.

Tiba di penthouse Pirentz hari benar benar sudah gelap bahkan langit tampak gelap sepertinya akan turun hujan.
Ia menyapa resepsionis. Mereka mengenalnya karena ia sering datang kesini bahkan menginap beberapa kali.

Lift membawanya ke lantai teratas penthouse. Ia meletakkan tangan pada scanner. Ia segera masuk dan melihat ke seluruh ruangan. Seorang perempuan paruh baya mendekatinya.

"Barusan tuan pulang,tapi langsung pergi lagi. Duduklah,sebentar lagi tuan pasti pulang".

"Tak usah Bi,katakan padanya aku datang dan tolong minta dia segera ke apartemenku. Aku permisi".

"Baik nona. Aku akan menyampaikannya".

Velicia segera turun ke lobi. Ia melambai kepada resepsionis. Ia segera memesan taksi. Taksi segera datang ia langsung menunjukan alamat mansion orangtua Pirentz.

Sang sopir mengangguk lalu taksi segera meluncur kesana.
Tak lama kemudian dia tiba di mansion keluarga Ronalds. Kedua orangtua Pirentz terkejut.

"Apa kau sendirian kesini?"tanya ibu Pirentz sambil mengecup pipi Velicia. Velicia mengangguk lalu duduk.

"Mom apa Pirentz ada disini?".

"Tidak Vel. Jika dia kesini itupun selalu denganmu kau tau itu".

"Kalau begitu aku permisi. Jika dia kesini tolong katakan padanya untuk menemuiku di apartemen."

Velicia berdiri dan mencium pipi ayah dan ibunya Pirentz.

"Apa kalian bertengkar sayang?"tanya Mr. Ronalds.

"Tentu saja tidak Dad. Kami baik baik saja"Velicia berbohong.

"Jika kalian ada masalah selesaikan baik baik. Atau kau bisa menceritakannya pada kami"lanjut Mrs. Ronalds.

"Yah Mom. Aku permisi sekarang. Taksiku menunggu".

Velicia berlalu meninggalkan mansion orangtua Pirentz.

Taksi membawanya kembali ke apartemennya. Jujur saja seluruh tubuhnya sangat lelah. Sejak pagi ia sarapan dan belum makan apa apa hingga kini. Ia pikir tiba di apartemen ia akan makan dan istirahat,nyatanya sekarang ia ada di jalan dengan 1001 pertanyaan yang tak bisa dijawabnya sendiri.

Hujan gerimis mulai turun saat ia tiba di lobi apartemen. Baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba sebuah suara perempuan menyapanya.

"Hai,Vel apa kau bertemu dengannya?".
Velicia menggeleng.

"Ayo. Aku antar kau menemuinya. Aku tau dia dimana"lanjut Anna.

Velicia mengangguk dan segera berjalan menuju mobil Anna.

Mereka tiba di sebuah club malam. Velicia menatap heran tempat ini. Karena 3 tahun ia bersama Pirentz, sedikitpun ia tak pernah tahu bahwa Pirents bisa pergi ke club. Velicia menggigit bibirnya kuat, ada perasaan ragu dihatinya. Apa aku sudah mengenal Pirentz?

Ia melihat Anna menunjukan sebuah kartu pada sekuriti dan sekuriti itu menunjuk ke samping barat club. Anna meminta Velicia mengikutinya.

Mereka tiba pada sebuah pintu,Anna mendorongnya perlahan lalu masuk. Velicia berjalan di belakang Anna.

Tiba di ujung lorong terlihat sebuah bar yang luas dan mewah. Dilengkapi dengan meja biliard dan meja kartu juga sofa panjang di sudut. Lampu agak temaram.

Velicia terkejut saat melihat Pirentz sedang bermain biliard. Anna maju beberapa langkah di depan.

"Hai Rentz..." Pirentz mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Anna.

Dia meletakkan tongkat biliardnya dan mencuci tangannya kemudian berjalan menghampiri Anna.

Velicia masih berdiri terpaku ditempatnya melihat apa yang terjadi dihadapannya sekarang.

Anna bergelayut manja di lengan Pirentz. Ia memeluk Pirentz, ia membelakangi Velicia. Pirentz mengangkat kepalanya dan memandang ke lorong. Ia terkejut dan melepaskan pelukan Anna.
Velicia menatapnya tak percaya.

Pirentz menatap Anna.
"Sudah ku bilang berkali kali. Jangan ganggu dia Anna."

Velicia segera berlari keluar dan menyetop taksi. Hujan gerimis masih mengguyur kota Boston. Velicia menggigit bibirnya kuat kuat. Aku tak boleh menangis. Aku Velicia. Wanita yang kuat.

Ia melihat keluar jendela. Semua kejadian sepanjang sore hingga malam berputar putar di kepalanya. Ia memegang dadanya terasa menyakitkan.

Apa yang harus kulakukan Rentz??

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now