SURPRICE

93 17 0
                                    

Akhir tahun tinggal 2 hari lagi. Velicia sedang menikmati kebersamaan di tengah keluarganya. Sudah seminggu hujan dan angin menghantam pesisir timur Boston.

Kadang cuaca pagi cerah namun tiba tiba hujan angin turun membuat panik warga. Akhirnya ayah Velicia memutuskan untuk mengirim Velicia pulang ke Boston. Ia takut cuaca ekstrim akan berkepanjangan sehingga Velicia tidak bisa pulang untuk semester berikutnya.

Dengan berat hati Velicia meninggalkan kedua orangtuanya, ia tidak ingin kedua orangtuanya bertambah cemas.

Pagi hari tanggal 31 December Velicia kembali ke Boston. Ia menggunakan kereta pertama. Ia sengaja tak memberitahukan kepulangannya pada Pirentz.

Pukul 13.00 siang ia tiba di apartemen. Cuaca di Boston agak berawan. Ia memutuskan untuk istirahat saja. Ia sangat lelah.

Pirentz baru saja mengakhiri rapat akhir tahun bersama seluruh direksi. Ini adalah kegiatan rutin setiap tahun di perusahaannya.

Ia akan segera pulang karena ia akan menghabiskan malam akhir tahun bersama orangtuanya dan adik perempuannya Patrice di mansion orang tuanya.

Ditengah perjalanan ia melihat ke langit.

Sebentar lagi hujan. Aku sangat merindukanmu Vel.

Ia memutar arah menuju apartemen Velicia.

Aku hanya ingin merasakan kehadiranmu sayang dan mengobati kerinduanku.

Tiba di apartemen ia segera menekan PIN dan masuk. Duduk di sofa dan menegakkan punggungnya, menghirup aroma rose Velicia. Ia menarik napas lama dan ia memejamkan mata mengingat hari terakhir sebelum Velicia pergi.

Entah kenapa ia seperti merasakan kehadiran Velicia di sini, bahkan aroma tubuh Velicia terasa sangat tajam.

Perlahan ia membuka mata, hari telah senja sebentar lagi gelap. Pirentz berdiri menatap jendela besar di hadapannya, menarik tirainya lalu hendak melangkah ke pintu.

Tekkkk!!!

Lampu menyala. Pirentz kaget dan berbalik. Ia terpaku melihat sosok di hadapannya. Ia menggosok kedua matanya kasar.

"Apa aku bermimpi?".

"Hei, ini aku Rentz".

Pirentz masih terdiam di tempat mencoba mencerna semua yang barusan terjadi. Velicia berjalan mendekatinya dan memeluknya erat.

"Ini aku sayang. Maaf aku tak sempat menghubungimu"ucap Velicia.

"Jangan lakukan ini lagi Vel. Aku...aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku sangat tersiksa saat tak ada dirimu. Aku mencintaimu lebih dari apapun".

Suaranya tercekat dan serak. Velicia mencium bibirnya lembut.

"Kau akan baik - baik saja Rentz. Aku penasaran kenapa kau ada di sini"lanjut Velicia.

"Aku hanya terlalu merindukanmu. Aku ingin mencium aroma tubuhmu di sini makanya aku mampir setelah dari kantor. Sekarang aku jadi tahu apa itu kontak batin".

Pirentz tersenyum lalu mengacak rambut Velicia.

"Bersiaplah, kita makan di luàr. Kau pasti kelaparan karena aku juga lapar".

Velicia berjalan menuju dapur lalu kembali dengan segelas cappucino hangat.

"Minumlah selagi aku bersiap".

Velicia mengecup bibir Pirentz singkat. Pirentz tersenyum dan mengambil gelas dari tangannya.

"Kau selalu membuatku jatuh cinta padamu Vel".

Velicia bergegas ke kamar untuk bersiap. Ia bahkan bernyanyi kecil saat mandi. Sungguh ia merasa sikap Pirentz sangat konyol.

Mobil Pirentz sudah melaju di jalan raya. Sepanjang jalan mereka bertukar cerita dan kadang tertawa bersama. Mereka tiba di The capital Grill untuk makan.

Setelah makan mobil kembali membawa mereka menuju mansion orang tua Pirentz. Pirentz berencana akan menghabiskan malam akhir tahun di rumah orang tuanya bersama Velicia tapi tentu saja Velicia tidak tahu.

Mereka tiba di depan sebuah gerbang besar. Pirentz menekan klakson dan pintu terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. Rumah mewah bergaya Eropa modern yang sangat besar.

"Ini rumah orang tuaku".

Pirentz membaca raut tanya di wajah Velicia.

"Kau tidak mengatakannya padaku agar aku memakai pakaian yang lebih baik Rentz".

"Apapun yang kau kenakan selalu terlihat pas Vel. Ketulusan hatimu memancarkan segalanya. Jadi buat dirimu nyaman".

Pirentz menggenggam erat tangan Velicia dan memasuki pintu utama.

Di ruangan utama terlihat sepasang suami istri sedang menonton televisi sambil tertawa mesra.

"Dad ! Mom! Aku pulang"ujar Pirentz.

Kedua orang tuanya berbalik dan menatap sosok gadis cantik di samping Pirentz.

Dengan langkah perlahan Pirentz menghampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka. Lalu ia mengurai pelukan mereka dan menarik tangan Velicia untuk duduk di sofa.

"Ini Velicia kekasihku".

Evelyn, ibu Pirentz langsung berdiri dan memeluk Velicia.

"Welcome home sweety ".

Wajah Velicia terlihat canggung. Pirentz menyikut lengannya.

"Velicia akan merayakan akhir tahun bersama kita. Ia tinggal sendiri di apartemen jadi aku mengajaknya. Aku harap ayah dan ibu tidak keberatan".

"Tentu saja tidak! Ayolah Evelyn, apa kau tidak akan melepaskan Velicia? Siapkan sesuatu untuknya".

Tuan Ronaldo, ayah Pirentz bersuara. Velicia hanya bisa tersenyum paksa. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Pirentz akan membawanya ke sini.

"Apa kau akan menginap sayang?".

Tanya Evelyn lembut. Velicia menoleh pada Pirentz.

"Maafkan aku aunty. Tapi aku tidak membawa pakaian ganti, Pirentz tidak mengatakan ini sebelumnya".

"Tidak perlu cemas sayang, pakaian Patrice pasti pas untukmu. Rentz, bawa Velicia ke lantai atas. Biarkan ia menempati kamar kosong di samping kamar Patrice".

"Baiklah mom. Ayo Vel!".

Dengan mengulurkan tangannya pada Velicia, Pirentz menggandeng kekasihnya menaiki tangga menuju kamar yang dimaksud Evelyn.

"Apa kau gugup?".

"Tentu saja. Ini terlalu cepat untukku. Lihat, aku bahkan tidak membawa apa-apa di tanganku. Lain kali, tolong beritahu aku Rentz".

Pirentz memahami perkataan Velicia. Dengan cepat ia menarik Velicia dalam pelukannya dan mengecup bibirnya cepat.

"Aku minta maaf sayang".

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang