KEEP STRONG

198 14 0
                                    

Velicia memutuskan untuk berangkat ke kampus. Semalam ia merenungkan kata kata yang diucapkan Nichole. Benar. Ia harus membiasakan diri untuk mulai menerima kenyataan. Walau pada dasarnya ia sama seperti orang lain. Ada rasa sakit dan kecewa luar biasa .

Di kampus ia bertemu dengan Nancy. Nancy memeluknya erat. Ia membawa Velicia ke taman.

"Aku turut prihatin atas apa yang terjadi Vel".

"Kau tau Cy. Sampai saat ini aku masih berharap bahwa semua ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir".

Velicia kembali menggigit bibirnya kuat,ia menahan perasaannya.

"Aku tahu ini berat. Tapi percayalah semuanya pasti ada hikmahnya"ucap Nancy.

"Aku tak apa jika ia meninggalkanku, asal tidak dengan cara seperti ini. Terlalu menyakitkan untukku Cy".

"Pirentz benar benar keterlaluan. Apapun alasannya seharusnya dia jujur padamu".

"Dia...dia membawaku terbang tinggi lalu menghempaskan aku ke jurang yang amat dalam Cy. Aku bahkan tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang".

Luruh juga airmata yang sedari tadi ditahan oleh Velicia.

Nancy memeluknya erat. Ia tak tahu harus melakukan apa.

"Tolong antar aku pulang Cy. Aku...aku tidak bisa seperti ini".

"Baiklah. Ayo".

Nancy segera berdiri dan menyeka airmata Velicia. Merapikan rambutnya dan menuntunnya ke parkiran mobil.

Di perjalanan Velicia terus menangis. Nancy mengemudi dengan perlahan. Ia menghentikan mobilnya di sebuah restoran cepat saji.

Membeli beberapa makanan untuk dibawa pulang ke apartemen Velicia. Ia tahu Velicia harus makan supaya tidak sakit.

Tiba di apartemen ia menuntun Velicia ke kamar. Velicia merebahkan diri sambil menekuk kedua kakinya sampai di dada.

"Cy, ini sangat menyakitkan untukku. Pirentz menghancurkan hatiku. Dia menyakitiku."Velicia kembali berteriak histeris.

Nancy memeluknya erat dan mengusap punggungnya.
"Bencilah dia jika itu bisa mengurangi rasa sakitmu Vel".

Velicia menggeleng lemah.
"Aku tidak bisa. Rasa cintaku padanya melebihi diriku sendiri".

"Kau harus bisa Vel. Jangan tangisi pria seperti itu".

Ucapan Nancy barusan seperti setetes air bagi kepedihan hati Velicia. Perlahan tangisnya reda.

Nancy meninggalkannya dan kembali dengan makanan dan segelas susu hangat.

"Makanlah. Kau harus tetap sehat untuk membuktikan pada pria brengsek itu bahwa kau baik baik saja tanpanya".

Velicia mengangguk dan menghabiskan makanannya. Setelah itu ia minum susu hangat sampai tak tersisa. Ia benar benar kelaparan.

Nancy tersenyum. Tak sia sia aku menggunakan jurus ini.

Nancy masih menemani Velicia hingga  hari sore. Ketika dilihatnya Velicia sudah terlelap maka ia meninggalkan apartemen Velicia.

Velicia terbangun dengan mata sembab dan kepala pening. Ia segera menuju dapur untuk membuat segelas cappucino hangat.

Kesadarannya datang kala ia menghirup aroma cappucino itu. Mengingatkan dia tentang sosok laki laki yang begitu dicintainya dan dipujanya.

Ia duduk dilantai dapur dan menangis. Banyak kenangan dan hal hal romantis yang mereka lakukan di apartemen ini. Dan itu sangat menyakitinya sekarang.

Ia bangun dan ke kamar untuk mencari ponselnya. Ia menekan nama Pirentz dan membuat panggilan. Jawaban masih sama. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Ia menghembuskan napasnya kecewa. See,Rentz kau benar benar meninggalkan aku".

Velicia membuka ponselnya dan melihat semua foto dan video di Paris berulang ulang.
Kau berbohong Rentz. Kau tidak mencintaiku. Kau menyakitiku.

Teriaknya histeris. Ia melempar apa saja di dekatnya, bahkan ia membenturkan kepalanya di tembok berulang kali, berharap ingatannya bisa hilang.
Ia terus saja berteriak memanggil nama Pirentz.

Ia tidak menyadari di sudut ruang tamu yang gelap seseorang tengah memandangnya dengan hati yang hancur. Yah ! Pirentz tiba ketika dia melihat Velicia sedang menelpon seseorang. Kemudian ia melihat tatapan kecewa di wajah Velicia dan ia menyaksikan semuanya.

Ia ingin memeluknya tapi ia tak punya keberanian. Ia takut kehadirannya hanya akan menambah kepedihan hatinya.

Ia mengepalkan tangannya erat hingga buku jarinya memutih. Ia tak menyangka ia akan menyakiti gadis yang dicintainya sedemikian hebat.

Velicia masih sama. Ia terus menangis pilu,sambil menyebut namanya. Teriakan histeris Velicia menyayat hatinya.
Velicia menangis hingga tertidur di lantai kamarnya.

Pirentz berjalan perlahan mendekati Velicia. Ia memandang wajah yng dipenuhi airmata. Matanya begitu sembab menandakan berapa lama ia telah menangis.

Pirentz menggendongnya perlahan dan membaringkannya di kasur. Ia menarik selimut dan menutup tubuhnya hingga dada.
Maafkan aku Vel. Aku benar benar pengecut.

Velicia bergerak perlahan, Pirentz berlari kecil keluar kamar. Ia berdiri di samping tembok kamar.
Velicia membuka mata. Ia mencium aroma tubuh Pirentz begitu kuat.

"Rentz"panggil Velicia serak.

"Apa kau disini?"tak ada jawaban.

"Rentz, lihat aku bahkan mengira kau disini. Kenapa harus aku Rentz. Semuanya begitu menyakitkan untukku. Apa yang harus aku lakukan Rentz? ".

Velicia kembali berteriak histeris. Ia menangis meraung raung.

Suara tangisan pilunya menyayat hati Pirentz. Ia meluruh ke lantai. Airmatanya sudah mengalir. Ia bahkan berusaha mengeraskan rahangnya tapi suara jeritan Velicia yang memanggil namanya terus mengoyak hatinya.

Ia tak menyangka kesakitan yang diberikannya pada Velicia sehebat itu. Ia bahkan tak pernah melihat jerit pilu seperti tangisan Velicia saat ini.

Pirentz ingin berlari memeluknya tapi kakinya mati rasa. Aku benar benar pengecut Vel. Maafkan aku.

Ia segera berdiri dan berjalan menuju pintu. Aku harus pulang atau aku akan melakukan kesalahan besar lagi.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now