SWEET NIGHT

109 15 0
                                    

Malam akhir tahun selalu menjadi malam yang ingin dikenang semua orang.

Hampir setiap orang akan memilih melewatkan malam itu dengan istimewa bersama orang-orang terdekat mereka. Entah itu sahabat, keluarga ataupun kekasih tercinta. Mereka ingin membuat kenangan pada setiap malam pergantian tahun itu.

Hal ini berlaku juga untuk Pirentz. Karena Velicia sudah di sini, di mansion orang tuanya maka ia memilih untuk menghabiskan malam ini bersamanya. Jika tahun-tahun sebelumnya ia akan pergi ke Paris atau keluar merayakan bersama Jose dan Bradley  maka tahun ini ia ingin seutuhnya bersama Velicia dan kedua orangtuanya.

Setelah makan malam Pirentz mengajak Velicia ke balkon.

"Aku akan membawa Velicia ke atas".

" Tentu saja sayang. Anggap ini rumahmu juga. Buat dirimu nyaman".

"Mom, pinjamkan baju Patrice"kata Pirentz.

Ibunya tersenyum mengangguk.

"Baiklah".

Evelyn mencium pipi Velicia dan meninggalkan mereka diikuti ayahnya.

Pirentz membawa Velicia ke balkon  lantai atas. Kamar Pirentz di ujung lorong sedangkan kamar Velicia di sisi kiri lorong. Mereka harus melewati kamar Velicia. Pirentz sengaja membuka pintu kamar dan Velicia terkejut.

Kamar itu dihiasi dengan ornamen serba green warna kesukaan Velicia. Di atas ranjang ada beberapa kresek bertuliskan Gucci dan Prada. Pirentz menatapnya.

"Ini untukmu. Selamat Natal sayang, maaf terlambat".

"Ini berlebihan Rentz. Aku tak ingin apa-apa. Aku hanya ingin dirimu di sisiku itu lebih dari cukup"kata Velicia.

Pirentz mendekat dan mencium keningnya.

"Ini bukan apa-apa. Aku melihatnya dan ingin memberikannya padamu. Itu saja".

"Baiklah. Aku tak bisa menolak kan?
Terima kasih Rentz. Lain kali jangan lakukan ini lagi".

Pirentz mengajak Velicia ke balkon yang ada di kamar itu. Pemandangan malam kota Boston sangat indah. Velicia berdiri membelakangi Pirentz.

Pirentz memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Velicia.

"Terima kasih sudah mencintaiku Vel. Sebelum ini aku tak pernah mencintai seseorang sebesar aku mencintaimu. Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku. Jika kau pergi aku pasti hancur. Senyumku, tawaku, napasku, jiwaku seutuhnya untukmu. Jika kau meninggalkan aku maka kau akan membawa semuanya. Apapun boleh kau lakukan asalkan tetaplah di sisiku selamanya. Hanya kau dan aku, itu sudah cukup untukku".

Velicia terdiam mencerna semua ucapan Pirentz. Hal itu juga sama yang tengah ia rasakan.

"I know Rentz. Aku pun sama. Aku mencintaimu dengan seluruh hidupku sekarang dan nanti".

Tepat saat Velicia mengucapkan kata-kata itu ledakan kembang api bertaburan di langit Boston. Bergantian berwarna warni. Pemandangan yang sangat indah.

Velicia membalikkan tubuhnya menghadap Pirentz. Ia berjinjit dan mencium bibir Pirentz. Pirentz menahan tengkuk Velicia dan memperdalam ciumannya. Velicia membuka mulutnya dan lidah Pirentz masuk ke dalam dengan lapar.

Napas mereka memburu, melepaskan kerinduan satu sama lain. Perlahan tangan Pirentz sampai ke dada Velicia dan menggesekan telapak tangannya dengan lembut. Jantung Velicia berdetak tak karuan, ada rasa aneh di sekujur tubuhnya.

Ia melepaskan ciuman mereka saat kesadarannya timbul.

"Jangan Rentz".

Kata  Velicia gugup. Pirentz memeluknya erat.

"Maafkan aku Vel. Aku tak bisa menahan perasaanku".

"Tak apa. Ini juga salahku. Aku ingin semuanya sesuai tempatnya. Maafkan aku Rentz".

"Hei honey. Aku bangga padamu. Kepribadianmu ini yang membuatku memilihmu untuk mengikat hatiku utuh padamu. Lain kali aku tak akan melewati batas. Aku  janji".

Velicia tersenyum.

"Terima kasih Rentz,kau memahamiku. Aku mencintaimu".

"Aku  haus Rentz".

"Tunggu aku, aku akan mengambilkan air".

Sepeninggal Pirentz,Velicia tersenyum.

Aku sangat bahagia hari ini.

Velicia mendengar suara orang berdebat. Suara laki laki dan perempuan. Ia berjalan menuju pintu, belum sempat tangannya mencapai handle, pintu terbuka dan seorang gadis berusia sepertinya berdiri dihadapannya dan menatapnya tajam.

Velicia bingung dan gugup.

"Maafkan aku Vel. Ini..."kata Pirentz.

"Hai aku Patrice. Adik tersayang Pirentz".

"Hai, aku Velicia".

Pirentz mendorong tubuh Patrice keluar dengan paksa.

"Jangan ganggu aku. Nikmati hidupmu sendiri ".

"Jangan seperti itu Rentz. Biarkan ia di sini"kata Velicia.

"No Vel. Aku hanya ingin berdua denganmu".

"Itu tidak masalah Vel. By the way, Senang bertemu denganmu. Nikmati malam "Patrice berlalu.

"Kau membuatku merasa tak enak padanya Rentz".

"Jangan dipikirkan. Kami selalu seperti ini. Lagipula aku hanya ingin bersamamu malam ini. Besok sudah tahun baru sayang".

"Baiklah. Terserah maumu saja"sahut Velicia.

Mereka mengobrol hingga dini hari. Pirentz meninggalkan Velicia dan kembali ke kamarnya untuk tidur. Ia mencium bibir Velicia sekali lagi.

"Good night honey. Terima kasih untuk hari ini. Aku mencintaimu".

Pirentz keluar dan menutup pintu. Ia bersandar pada daun pintu dan tersenyum.

God, save her for me. Only for me.

***

HATE YOU 1%( COMPLETE)Where stories live. Discover now