BIRU ITU, SEPERTI APA? - JaemRen

7K 589 45
                                    

"Renjun, lihat! Langitnya sangat indah." Jaemin menunjuk kearah langit yang ia lihat dengan awan yang mengelilinginya.

"Sangat indah?"

"Iya, berwarna biru cerah."

"Biru cerah itu... Seperti apa?"

"Masa kamu tidak tahu-?" Perkataan itu semakin mengecil suaranya diakhir kalimat setelah Jaemin menoleh menatap Renjun yang juga menghadapnya.

"Maaf Jaemin... Renjun tidak bisa melihatnya, tapi Renjun yakin warnanya sangat indah seperti yang Jaemin katakan!" Renjun tersenyum. Ia menemani Jaemin untuk menatap langit ditengah pantai. Renjun mengigit bibirnya kala ia tidak bisa merasakan kesenangan yang sama karena tidak tahu seperti apa warna langit diatas sana.

"Jaemin, kata ibu ada satu tempat duduk di ujung kanan, seperti ayunan. Ibu pernah janji mengajak Renjun kesana, tapi setiap hari ibu sibuk membuat makanan atau ada pengunjung yang menempatinya. Apa disana ada yang sedang menempatinya? Kalau tidak... Jaemin mau temani Renjun berjalan kesana?"

Jaemin terdiam sebentar, masih terpaku akan kesalahannya berbicara pada teman barunya yang seminggu ini menemaninya liburan.

Namanya Renjun, tidak bisa melihat sejak lahir membuatnya tidak tahu, warna itu seperti apa. Ibunya hanya mengatakan, beberapa warna terlihat cerah, gelap dan indah.

"Jaemin? Tidak bisa, ya? Tidak apa, kok! Ayo, pulang saja." Renjun mengambil tongkat kayunya, berdiri lebih dulu dan berjalan menjauhi Jaemin. Didalam hati ia menghitung setiap langkah untuk kembali kerumahnya sendiri. Setiap Jaemin mengajaknya main, ia akan menghitung langkahnya agar bisa kembali kerumahnya sendiri.

"Tadi berapa ya... 30 lalu belok ke kanan... lalu 11 lurus terus..." Renjun mengetuk-ngetuk tongkat itu, mencoba merasakan apakah ada yang menghalangi atau tidak.

"Renjun... salah, kamu kelewatan jalannya." Jaemin menghalangi jalan Renjun, memegang tangan temannya itu untuk ia tuntun berjalan.

"Maaf Jaemin, sepertinya Renjun salah menghitung langkah lagi." Cengiran khas dari bibir itu mencoba menutupi malunya. Renjun masih belum terbiasa dengan jalan yang sedikit jauh dari rumahnya. Langkahnya juga tidak benar-benar sama besarnya.

"Warna biru, warna langit. Cerah dan indah. Baju yang Renjun pakai, berwarna biru." Jaemin mencoba membuat Renjun mengerti seperti apa warna biru itu.

"Renjun bagus tidak pakai warna biru?"

"Bagus."

"Kalau begitu Renjun suka biru!"

Renjun menyukai warna biru, tanpa mengetahui warna biru seperti apa. Setidaknya, jika ia ditanya oleh orang lain tentang warna, Renjun bisa mengatakan biru disetiap jawabannya.

👥👥👥👥

"Jaemin ingin kembali ke kota?" Renjun memegang jemari ibunya saat ibunya sedang duduk santai bersamanya.

"Iya, sayang." Elusan pada kepala Renjun terasa, Ibunya paham bahwa Renjun sangat merasa ditemani saat ada Jaemin disini. Diajak berkeliling dan tidak bosan dirumah sendirian menunggu ibunya pulang.

"Memang sudah seminggu ya, ibu?"

"Sudah."

"Kira-kira Jaemin akan kemari lagi tidak, ya?"

"Renjun, tidak ada Jaemin, akan ada anak lainnya yang menjadi teman barumu."

Renjun terdiam. Memang akan ada banyak anak lainnya yang datang. Tapi, Jaemin yang pertama kali mengajaknya berbicara dan memberikan coklat saat ia berdiri dalam diam didepan rumahnya.

ONE SHOT - RENJUN HAREMWhere stories live. Discover now