THE TROUBLE FINDER

6.2K 587 18
                                    

《MARKREN, HYUCKREN, NOREN, JAEMREN》

Mereka berkumpul ditempat dengan pencahayaan yang kurang, tempat yang selalu mereka datangi saat diperlukan untuk berkumpul. Tidak akan ada yang tahu bahwa pabrik ini masih digunakan. Dirasa aman karena tidak adanya manusia yang akan berlalu lalang. Sebuah tempat yang mirip dengan pabrik ditengah hutan. Bagaimana bisa mereka berkumpul disana sekarang?

Renjun. Renjun yang membuat keempat orang lainnya berkumpul. Tanpa memberitahu apa sebabnya, tapi malah mengancam dalam pesannya.

Empat orang lainnya duduk terdiam menatap lurus, menunggu Renjun untuk mengeluarkan suaranya, menjelaskan niatnya. Hingga sepuluh menit berjalan, Renjun masih sesekali menyesap cairan merah miliknya. Bersandar, menatap satu persatu teman-temannya.

Renjun berdiri, duduk dimeja dan menjadi pusat perhatian lainnya. "Aku butuh bantuan."

"Kali ini, siapa yang ingin kamu bantu?" Mark melonggarkan dasinya. Merasa muak karena sifat Renjun yang seakan tidak ada kerjaan.

"Jika tidak ingin membantu, pergi saja." Renjun membuka jasnya, berjalan kearah Mark dan memeluknya dari belakang, "Kamu bisa melakukannya saat kamu bosan dengan tubuhku, sialan." Bisikan itu terdengar oleh telinga Mark dengan jelas.

"Aku ingin kalian membunuh seseorang." Renjun mengelus leher Mark dengan pelan, "Ia memperkosa seorang perempuan hingga bunuh diri karena trauma. Kepolisian tidak ingin membantu karena pelaku adalah salah satu anak pejabat. Menutup kasusnya dengan alasan bukti yang tidak kuat. Orang tua perempuan itu mencoba mencari pembelaan lewat sosial media, tapi tentunya itu tidak akan ada kemajuan yang signifikan." Renjun berjalan kearah pria lainnya.

"Jeno... Kamu sangat seksi saat menancapkan pisau ke tubuh para pelaku sebelumnya. Dengan darah yang mengenai wajahmu." Renjun meraba jas yang dikenakan Jeno, mencari sebuah pisau yang selalu dibawa oleh lelaki itu. Pisau lipat kesukaan Renjun, pemberian Renjun masih Jeno kenakan hingga sekarang dan tetap digunakan.

"Aku, selalu bertanya dahulu pada keluarga korban, hukuman apa yang mereka inginkan untuk pelakunya? Mereka bilang... Ia ingin pelaku diperlakukan hal yang sama seperti anaknya." Renjun kembali berdiri, berjalan kearah pria dengan dasi berwarna navy.

"Jaemin... Rindu. Rindu senyumanmu saat mencoba mengambil organ tubuh seseorang dan menunjukkannya padaku dengan wajah senangmu." Renjun duduk dipangkuan Jaemin, menyandarkan kepalanya pada bahu itu.

Ciuman dileher Jaemin terasa. Renjun melakukannya karena Jaemin memiliki aroma tubuh yang menyegarkan. Benar-benar membuat Renjun tergoda untuk merasakannya.

Renjun berdiri kembali, berjalan dengan tersenyum ceria pada Haechan, pria yang mengenakan kaos didalam jasnya. "Haechan... Aku selalu kasihan pada korban... Apakah salah membantu mereka?" Renjun berlutut, menumpukan dagunya di paha Haechan. Tangan itu memeluk kaki Haechan dengan wajah yang terlihat sedih.

"Tidak ada yang salah. Berikan aku ciumanmu." Renjun tersenyum, berdiri dan mencium Haechan dengan tangan yang berada di pipi pria itu.

Renjun memeluk Haechan, membisikkan kata-katanya, "Terima kasih."

👥👥👥👥

Renjun. Huang Renjun. Beberapa orang, tepatnya orang yang selalu membutuhkan bantuannya, memanggilnya masked angel. Sebuah nama yang diberikan oleh para korban yang merasa putus asa karena sebuah trauma. Memberikan harapan saat uang menutupi keadilan. Memberikan sebuah uluran tangan menghindari kematian.

Seseorang yang trauma, akan terus merasakan ketakutan bahkan jika pelaku mati sekalipun. Renjun, membantu membasmi orang yang menurutnya tidak berguna dan hanya bisa menimbulkan kerugian bagi yang lainnya.

"Membuat orang sepertimu mati adalah sebuah hadiah dan keselamatan bagi yang lainnya. Kamu harus mensyukurinya, karena kematianmu adalah anugerah bagi korban. Ucapkan selamat tinggal pada dunia, karena dunia sudah membantumu menutupi kesalahanmu."

Keempat orang temannya. Dengan pekerjaan yang tidak bisa dikatakan benar itu selalu membantunya dalam melakukan 'pembalasan'. Renjun tentunya tidak bisa melakukan segala hal dengan tangannya sendiri.

Berawal dari ibunya yang dikhianati oleh ayahnya dengan memilih wanita lain, membuat Renjun membenci dirinya sendiri karena diam saja saat itu, melihat ibunya yang setiap malam menangis dan membutuhkan uang untuk menghidupinya, dan menutupi hal itu seakan ibunya kuat didepan dirinya yang terkadang selalu menguping di depan pintu kamar mandi saat ibunya menumpahkan air matanya.

Ibunya menangis disana setiap malam saat Renjun, yang perempuan itu pastikan sudah tidur dengan tenang. Bahkan Renjun melihat ayahnya yang bersenang-senang dengan mobil yang dulu dipakai untuk mengantarnya kesekolah setiap hari. Menggandeng seorang wanita lainnya yang bukan ibunya. Bahkan ayahnya melupakan dirinya setelah pergi dari sana.

Renjun bersyukur sebenarnya saat ayahnya pergi. Ibunya tidak pernah mendapatkan luka lagi. Wajahnya membaik dan tidak lebam lagi. Ibunya tidak perlu ditendang atau di pukuli lagi setiap melakukan kesalahan, ibunya tidak perlu memintanya untuk bersembunyi saat ayahnya sedang pulang dalam keadaan mabuk.

Jika mengingat kembali kejadian itu, Renjun terkadang meneteskan air matanya dengan memegang kalung pemberian mendiang ibunya yang meninggal beberapa tahun lalu.

Membalas perilaku ayahnya tanpa ada rasa rindu akan sosok itu. Karena segalanya hanya ada memori menyedihkan. Membuat Renjun mengingat seberapa tidak berdayanya dirinya waktu itu.

"Ren. Sudah selesai. Ingin bagian jantung?" Jaemin menghampiri dengan tangan yang berlumuran darah segar. Bagian matanya terkena cipratan saat ia mencoba dengan kasar merobek bagian perut dengan tangan kosong yang sebelumnya bagian itu memang terdapat tusukan dari Jeno.

"Jaemin.." Renjun mengusap kelopak mata Jaemin dengan lembut, mengusap darah itu agar tidak mengganggu penglihatan Jaemin. "Tidak mau... Berikan itu pada anjingmu saja." Renjun berjinjit, mencium pipi Jaemin, "Terima kasih, sudah membantu." Lalu berjalan pergi.

👥👥👥👥

"Mark, bagaimana?"

Pria yang awalnya hendak menolak membantu itu menolehkan kepalanya. "Selesai."

"Terima kasih, Mark."

"Aku memerlukan imbalanku, jangan kabur malam ini." Setelahnya pria itu membuang napas, ia harus menuruti apa yang Renjun inginkan agar Renjun tidak menjauhinya. Perdebatan sering terjadi saat Renjun yang dirasa Mark terlalu suka ikut campur urusan orang lain. Tetapi selalu berakhir dengan Renjun yang meminta bantuan orang lain daripada menuruti apa yang Mark katakan.

Renjun terkekeh pelan, "Yes, daddy."

👥👥👥👥

Mari memperkenalkan, peranan apa saja teman Renjun ini. Yang pertama, Mark, penghancur jabatan seseorang. Ia pandai melakukannya. Renjun memerlukan Mark agar orang tua pelaku tidak mempunyai akses dan kekuatan untuk membela.

Yang kedua adalah Haechan. Ia diperlukan untuk melacak dimana pelaku berada. Mencari data tentang pelaku, dan masa lalunya.

Jaemin, si pintar berbicara ini, juga pandai dalam mencari tahu dalam urusan berbicara dengan orang yang berhubungan dengan pelaku. Memberikan sebuah pilihan pada orang yang ditanyainya hingga terpojok. Tentu saja, sebuah komputer terkadang tidak bisa mengakses suatu kejadian dengan rinci, kan?

Jeno, si pemilik ratusan senjata, memberikan sebuah fasilitas pada yang lainnya. Memiliki bawahan yang lebih banyak. Maka dari itu, hadiah yang Renjun berikan berupa pisau lipat. Jeno menyukainya, bukan karena itu senjata, tapi karena itu hadiah dari Renjun, tentu saja.

Lalu, apa peran Renjun? 4 orang ini tidak akan bekerja sama tanpa adanya si pencari masalah seperti Renjun. Mereka berempat tidak ingin ikut campur masalah apapun, tapi Renjun, mampu membuat mereka melakukannya.

Bukankah disini yang paling kuat adalah Renjun?

🦊🦊🦊

ONE SHOT - RENJUN HAREMKde žijí příběhy. Začni objevovat