Ssaem..

5.9K 402 29
                                    

cerita kedua, dengan pilihan couple disesuaikan dengan kesukaan pembaca.

★★★

Renjun menatap beberapa muridnya sesaat. Lalu menatap lama kearah satu anak lelaki yang sering mengunjunginya di UKS. Dirinya menggeleng pelan, seakan menatap seseorang yang memiliki predikat langganan BK.

Terlihat tak tega dengan wajah memar yang dimiliki muridnya, saat murid itu mendapatkan hukumannya juga. Sekolah ini seakan tak bisa menghentikan kenakalan yang dilakukan pria dengan tindik yang ia miliki ditelinganya.

Bersama teman-temannya dirinya terkikik geli dibelakang guru yang sudah meninggalkan mereka. Renjun yang melihatnya hanya bisa menghela napas pasrah, tak ingin ikut campur.

Renjun ini guru bimbingan konseling disekolah ini. Jika pertanyaan muncul, mengapa Renjun bisa selalu bertemu Jeno di UKS, maka jawabannya, setelah Jeno yang Renjun nasehati itu mengeluh wajahnya ngilu, maka Renjun akan menarik tangan pria itu dan mulai mengobatinya.

Seperti saat ini, Renjun mengobati luka Jeno dengan ringisan yang pria itu keluarkan terus menerus, "Pelan-pelan, Ssaem."

"Katakan itu didepan temanmu, lemah."

Awalnya Jeno menolak tegas saat dirinya pertama kali diobati Renjun. Marah dan membentak pria itu. Mungkin itu kejadian setahun yang lalu, saat Jeno berkelahi dengan sekolah lainnya.

Namun, tubuh yang memundur perlahan dengan kepala yang menunduk seakan takut, entah mengapa membuat Jeno setidaknya menutup rapat mulutnya. Lelaki didepannya ini bukanlah lawannya, bukanlah seseorang yang akan melawannya, bukan juga seseorang yang akan berani tiba-tiba memukulnya.

Bahkan saat Renjun mendongak saat itu untuk menatapnya, tubuh Jeno seperti ingin merengkuhnya karena mata itu mengundangnya untuk merasa kasihan.

Menggemaskan. Laki-laki didepannya ini bukan seorang lelaki dimana Jeno akan menantangnya berkelahi. Jeno tak berani, saat menghadapi lelaki kecil ini seorang diri.

Wajah yang dibuat dengan sangat pas untuk membuat pikiran Jeno buyar untuk menantang itu, mimik wajah serta ukuran tubuh yang terlihat ringkih, siapa yang akan mencoba untuk menjadikannya lawan?

Jika dikatakan, Renjun bukanlah lawan Jeno, memang benar. Tak pantas diajak adu jotos, pria dengan kaca mata didepan Jeno ini, lebih baik menanam bunga dan menyiraminya.

Jeno, tak berani menghajarnya.

Jeno tak berani membentak untuk kedua kalinya.

Wajah marah itu bahkan membuat Jeno seperti ingin mencubitinya daripada memukulnya. Bagaimana bisa laki-laki diciptakan seperti ini?

Jeno mulai mempertanyakan keanehan pikirannya. Ia sedang gemas pada seorang laki-laki, terlebih lagi, ini adalah gurunya. Jadi, reaksi tubuhnya yang aneh ini, memang tidak ia ketahui pasti, namun ia semakin sengaja untuk terus berkelahi.

Hanya sekadar hubungan antar guru dan murid yang manis sebenarnya.

Hanya sampai Jeno mengetahui fakta bahwa gurunya berpelukan dengan orang lain.

Tak masalah memang saat membaca bagian atas dari tulisan ini, mungkin saja memang Renjun menjalin hubungan dengan orang lain. Namun ada penambahan kalimat yang kurang untuk melengkapi keanehan tersebut.

ONE SHOT - RENJUN HAREMWhere stories live. Discover now