HE'S CRAZY - JaemRen

9.4K 704 48
                                    

《JAEMREN》

Dentingan gelas terdengar. Suara yang tercipta karena benturan antar sendok dan gelas. Ruangan gelap terasa pengap. Sunyi dengan detakan jam dinding terdengar jelas.

Lantai dua ruangan paling ujung dimaksudkan untuk penyimpanan barang. Untuk sampai keruangan ini, harus berjalan dengan lorong tanpa pencahayaan. Pemiliknya enggan untuk melakukannya walau mampu, entah apa alasannya.

Rumah besar ini memang sepi. Hanya ditempati satu manusia,

Yang masih hidup.

Meja dan kursi kayu terlihat tak rapi, menambah kesan berantakan dan menakutkan. Kumpulan foto berjejer rapi, bergantungan sampai mengenai kepala Jaemin saat berdiri.

Ia duduk menatap seseorang yang telah tergeletak tak berdaya, tubuh yang mulai mendingin seperti pemberitahuan jika nyawa telah tiada.

Jaemin tersenyum, membersihkan bagian kukunya yang menempel noda merah. Duduk dengan bersandar dan memejamkan mata.

Ia bangkit dengan tiba-tiba, mengambil kaca mata dimeja, dan mulai meninggalkan jasad itu tanpa suara.

Bel pintu berbunyi, senyuman Jaemin seakan terlihat senang dengan kehadiran sosok yang ia nanti-nantikan. Ia berjalan kearah pintu setelah menyemprotkan parfum miliknya, menghindari bau yang tertinggal pada tubuhnya.

Membuka pintu dan memeluk temannya. "Mengapa telat?"

"Aku bangun kesiangan, maaf." Lelaki itu memasuki rumah yang sudah sering ia kunjungi.

"Tidak masalah, masuklah."

Duduk berdua dilantai, membuat sofa tak ada gunanya. Jaemin dan Renjun lebih menyukai hal itu, mengingatkan mereka saat mereka masih sangat kecil dan bermain bersama.

"Hari ini, mau menonton film, Renjun?"

"Iya."

"Menginaplah disini."

"Jaemin.. Kamu tidak takut tinggal sendirian? Setiap aku menginap disini, aku terkadang mendengar bunyi-bunyi aneh." Renjun mengatakannya sambil merapatkan tubuhnya sendiri kearah Jaemin. Ia sebenarnya tak ingin menginap bukan karena tak nyaman dengan Jaemin, hanya terkadang setiap malam, suara pada satu tempat dirumah ini terdengar menakutkan.

"Tidak ada hal seperti itu, Ren. Ayo, menonton saja."

👥👥👥👥

"Bagaimana bisa dia membunuh tanpa perasaan seperti itu?"

Jaemin menoleh, "Memangnya, membunuh harus memiliki perasaan seperti apa?"

"Kasihan, tidak tega, atau apapun itu. Terlihat tidak manusiawi."

"Jika mereka mempunyai perasaan itu, bukankah tidak mungkin membunuh?"

Renjun menolehkan wajahnya, menatap Jaemin yang bertanya lewat tatapan matanya, menunggu jawaban Renjun, "Benar."

"Tapi, Jaemin. Pembunuh itu selalu mempunyai luka ditangannya, ya?"

Jaemin mengedikkan bahu, "Entah, mereka berbeda-beda." Jaemin menjawab singkat. Tangannya mengelus bahu Renjun dan membuat kepala Renjun bersandar pada bahunya.

"Perhatikan saja."

"Jaemin, aku sudah bilang berhenti melakukan itu." Renjun memegang tangan Jaemin. Jari-jari milik Jaemin tak bisa diam, seakan terus menggaruk tanpa disadari. Kulit kemerahan itu sudah tak terasa terlalu sakit lagi karena Jaemin sudah terbiasa melakukannya.

"Maaf, tidak sadar."

Renjun mengelus tangan itu dan beralih menggenggam erat, membuat Jaemin menatap Renjun penuh pertanyaan, "Aku akan menggenggam tanganmu, agar saat pertama kali kamu menggaruknya, kamu melukaiku dahulu."

ONE SHOT - RENJUN HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang